ENERGI TINJA vs FISI NUKLIR

Berulang kali diberitakan masasalah tinja manusia yang
mencemari air tanah di wilayah DKI Jakarta. Di samping
itu sejak lama tinja beserta limbah rumah tangga telah
menimbulkan masalah polusi air sungai dan air tanah
yang mengancam kesehatan masyarakat miskin yang
menggantungkan sumber air untuk masak, mandi dan
mencuci. Belum lagi aneka sampah yang menyumbat
sungai-sungai dan saluran air serta bahaya banjir yang
diakibatkannya.

Lepas dari itu sebenarnya kita dapat mengambil sikap
bersahabat dengan tinja dan sampah tersebut. Daripada
dinista dan dihindari ternyata limbah tersebut dapat
diolah melalui sistim pengolahan sederhana untuk
menghasilkan energi liStrik. Disamping limbah ini juga
dapat digunakan sebagai pupuk alam.

Dalam soal tinja sebagai sumber enegeri terbukti bahwa
Indonesia sangat kaya sumber energi ini, paling tidk
ada tinja dari 200 juta penduduk . Menarik untuk
menyajikan informasi yang dipaparkan Prof Ir Abdul
kadir mengenai potensi tinja sebagai sumber energi
biogas (energi : Sumber Daya, Inovasi Tenaga Listrik
dan potensi Ekonomi UI Press 1995). Tinja 180 juta
jiwa manusia Indonesia (tahun 1988) ternyata
mengandung energi sebanyak 24.880 juta kcal sehari ( 1
kalori cal = 1,163x10 pangkat-6 kilowatt jam).
Ditambah dengan tinja hewan ternak sapi, kerbau, kuda
dll total mengandung energi sejumlah 142.389 juta kcal
sehari.

Fakta ini hanyalah sebuah contoh ektrim mengenai
berlimpah ruahnya energi biomassa yang kita miliki.
Barangkali memang sumber energi kuning keemasan dan
barbau ini dan pengolahannya lebih lanjut menjadi
listrik tak dapat memenuhi kegenitan penggagas PLTN
yang egonya akan terpuaskan menggpai ilusi kesejajaran
dengan bangsa-bangsa maju dengan fisi nuklirnya. Walau
dengan mega biaya ketergantungan dan lingkungan.

Tapi buat kaum ‘ecstacy fisi nuklir’ perlu direnungkan
pula bahwa dimungkinkan untuk menggunakan teknologi
super canggih tetapi menggunakan sumber energi yang
paling primitive. Misalnya pembangkit listrik Vanarmo
di Swedia mengubah energi (bio) kayu (hasil budi daya
bukan tebang habis) ke dalam gas menggunakan
pembakaran mesin jet mutakhir. Perlu diketahui pula
(tanpa malu-malu) pada tahun 1980 8% tenaga listrik
yang digunakan di Den Haag ternayata berasal dari
sampah kota.

Ditengah gandrung “ecstasy fisi nuklir’ yang menyimpan
potensi bahaya maha dasyat, agaknya lebih baik kita
manfaatkan energi tinja dan sampah sebagai salah satu
diversifikasi energi. Di samping menghasilkan listrik
dan pupuk, membumi, mampu pula mengatasi masalah
pencemaran di kota dan desa bukan malah mencemarinya.

Andreas Iswinarto
http://ruangasadirumahkata.blogspot.com/





      
____________________________________________________________________________________
Looking for last minute shopping deals?  
Find them fast with Yahoo! Search.  
http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping

Kirim email ke