Mungkin hingga beberapa bulan yang lalu,
gagasan (any idea/irgend ein Begriff)
yg. mengandung "kata-kunci": >> Mesir <<
tidak akan banyak terasa maknanya bagi
sebagian besar masyarakat Indonesia,
kecuali bagi beberapa kalangan saja

 { misalnya:
   ---------
   * bagi civitas academica perguruan-2 tinggi
     Islam di INA, seperti IAIN (sekarang UIN)
     di mana banyak dosen-nya yang alumni
     universitas Al-Azhar, Mesir

   * kalangan pemerhati sejarah perkembangan
     intelektual Islam ( di mana Mesir pernah
     mempunyai peranan penting )

   * kalangan pemerhati politik Islam ( di mana
     gerakan Ihwanul Muslimin berasal, yang
     hingga hari ini besar pengaruhnya di dalam
     percaturan budaya dan politik internasional )

   * kalangan pemerhati sejarah gerakan negara-2
     Non Blok, di mana Mesir (bersama dengan India
     dan Indonesia) pernah menjadi pelopornya.
}

Tetapi sejak fenomena novel dan film AAC (Ayat-ayat
Cinta), tiba-tiba kata "Mesir" punya makna yang
punya imbas getar, dan imbas getarnya, unexpectedly,
punya arah makna romantis, gara-gara kisah haru-biru
yang (konon) diolah dengan sangat apik oleh kang Abik
di dalam novel-nya tersebut.

Karena alur cerita yang dituangkan kang Abik di dalam
novel-nya konon sebagian di"ilhami" oleh kehidupan
pelajar/mahasiswa Indonesia di Mesir, tentunya ini
membuat kita (atau saya) tergelitik untuk "mengecek"
apa betul atau sejauh apa novel AAC secara "akurat"
mencerminkan "realita" kehidupan pelajar/mahasiswa
Indonesia yang belajar di Mesir.

Untuk itu "tautan" yang saya gunakan untuk melakukan
penelisikan tentunya adalah kumpulan masyarakat pelajar
Indonesia di Mesir, yaitu "PPI" ( di sana nampaknya
menggunakan nama PPMI: Persatuan Pelajar dan Mahasiswa
Indonesia di Mesir ).

Dampak lainnya, mungkin kedudukan KBRI Kairo yang
selama ini termasuk KBRI "kelas 2", mungkin secara
perlahan akan naik ke KBRI "kelas 2.5", seiring dengan
meningkatnya "minat kultural" masyarakat Indonesia
terhadap Mesir dan sebaliknya. Dan ini harusnya tidak
terbatas pada masyarakat Muslimnya saja. FYI di Mesir
juga terdapat komunitas Kristen Koptik, salah satu
komunitas Kristen yang paling tua. Ini konon juga sempat
di 'potret' di dalam novel AAC.

----( ihsan hm )--------------------------------

note: Gamelan "Kiai Kanjeng" nya Emha juga
      pernah melakukan show di Mesir.

<http://ppmimesir.info/?pilih=lihat&id=361>

------------------------------------------------
Indonesia Peserta Terbaik Usbu Tsaqafi di Mesir
------------------------------------------------

Rabu, 26 Maret 08 - oleh : ppmimesir


Kairo-Tahun 2008, Indonesia dinobatkan sebagai Negara
sekaligus peserta terbaik dalam acara pameran dan
pagelaran kesenian dan kebudayaan (Usbu Tsaqafi) yang
diselenggarakan oleh Nadi Wafidin di Imaduddin Ramsis,
Kairo 15-20 Maret 2008.

Sebanyak Indonesia, Malaysia, Qazikistan, Yaman, Syuria,
dan Saudi Arabia ikut berpartisipasi dalama meramaikan
acara tahunan ini.

Pada tanggal 17 Maret 2008 ketika Indonesia menjadi tuan
rumah acara ini, berusaha tampil dengan optimal. Tari
Saman dari Aceh, Tari Jepeng dari Sulawesi, Tari Selampet
8 dari Jambi, Gamelan dari Jawa Barat dan Tari Kecak yang
dibawakan pelajar Sekolah Indonesia Cairo (SIC) meramaikan
acara ini.

Tidak heran, pada upacara malam penutupan Kamis 20 Maret
2008, Indonesia dinobatkan sebagai peserta terbaik Usbu
Tsaqafi tahun ini.

Keikutsertaan Indonesia, yang diwakili oleh Persatuan
Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, merupakan
sumbangsih terhadap bangsa dan Negara dalam mempromosikan
keindahan alam Indonesia dengan keaneragaman kesenian dan
kebudayaannya. Visit Indonesia 2008.



Reply via email to