Gelombang penolakan terhadap rencana pemerintah SBY-JK menaikkan harga BBM terus terjadi. Eskalasi penolakan kenaikan harga BBM ini sudah meluas dan melibatkan hampir seluruh sektor rakyat (kaum buruh, mahasiswa, petani dan kaum miskin kota), juga beberapa elit politik nasional dan ekonom. Berikut berita-berita aksi Front Rakyat Menggugat (FRM) dan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) diberbagai daerah.
Jakarta (20/05/08): Gelombang penolakan atas rencana pemerintah menaikkan BBM semakin meningkat. Di Jakarta, sekitar 8000-an lebih massa Front Rakyat Menggugat melakukan aksi massa di bunderan Hotel Indonesia dan Istana Negara. FRM merupakan gabungan dari puluhan organisasi seperti Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia (FNPBI), Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI), POPRAM, Partai Persatuan Pembebasan Nasional (Papernas), Dewan Tani Indonesia (DTI), Repdem, Front Aksi Mahasiswa untuk Reformasi dan Demokrasi (FAMRED), FAM Untirta, ISBI, GMNK, GMNI, GMKI, Front Pemuda 98, dan HikmahBudhi. Di Bunderan Hotel Indonesia, berbagai perwakilan organisasi menyampaikan orasi-orasi politik yang diselingi oleh lagu-lagu perjuangan oleh Serikat Pengamen Merdeka (SPM). Dita Indahsari, MPP Papernas menyatakan rencana pemerintahan SBY-JK menaikkan harga BBM untuk ketiga kalinya semasa berkuasa, merupakan buah dari sistem ekonomi dan politik yang menghamba kepada kepentingan Imperialisme. Dominasi asing terhadap sumber-sumber ekonomi sangat nampak dalam sektor pertambangan. Sekitar 90% lapangan migas di Indonesia dikuasai dan diekspolitasi oleh pihak korporasi asing, sedangkan keuntungan migas pemerintah hasil bagi hasil dengan pihak asing tidak diarahkan kepada kepentingan dalam negeri, akan tetapi diekspor kepada negara-negara maju alam bentuk minyak mentah. Situasi ini menyebabkan pemerintah harus terus menerus mengimpor BBM dari negara-negara lain. Sebagai contoh, Indonesia adalah penghasil gas terbesar di dunia, akan tetapi hanya 20% yang dipasok untuk kebutuhan dalam negeri, akibatnya industri dalam negeri bangkrut karena tidak adanya pasokan gas. Jalan keluar mengatasi krisis energi dan APBN saat ini adalah nasionalisasi Industri pertambangan dan penghapusan utang luar negeri. Lebih Lanjut Dita Sari mengungkapkan, Rakyat Indonesia saat ini bukan hanya membutuhkan pergantian presiden, akan tetapi yang terpenting adalah jalan baru, haluan ekonomi baru, presiden baru yang disebut dengan gerakan banting setir. Rieke Dyah Pitaloka yang hadir ditengah-tengah massa turut memberikan semangat kepada pengunjuk rasa. Beberapa menit kemudian, Rizal Ramli, mantan Menteri Koordinator Perekonomian era Gusdur menyampaikan orasi politik. Rizal menilai, menaikkan harga BBM bukanlah solusi terakhir. Masih banyak jalan yang bisa ditempuh oleh pemerintah seadainya mereka memang memiliki kemandirian ekonomi dan politik, bukan didikte oleh kepentingan asing. Menurut dia, pemerintah harus berani menyikat mafia yang mengutip minimal US$2 per barel dari impor minyak. Revisi skema bagi hasil minyak dan gas antara pemerintah dan perusahaan asing, harus segera dilakukan sehingga menguntungkan pihak Indonesia. Setelah berorasi di bunderan HI, massa FRM bergerak menuju Istana Merdeka dengan melakukan longmarch. Di depan istana negara sempat terjadi dorong-dorongan dengan pihak kepolisian yang menghadang massa FRM yang hendak melansungkan aksinya tepat didepan istana. Rizal Ramli dan Dita Sari kembali menyampaikan orasi politiknya didepan istana. Beberapa jam kemudian, massa FRM meninggalkan istana bergerak menuju Tugu Proklamasi untuk menginap. Rencananya FRM akan melanjutkan aksi esok harinya. Jakarta (21/05/08): sekitar 150-an massa FRM yang menginap ditugu proklamasi kembali melanjutkan aksinya menolak kenaikan harga BBM. Aksi diawali di bunderan HI yang kemudian bergerak istana negara. Sepanjang jalan, massa FRM meneriakkan yel-yel penolakan kenaikan BBM. Di istana negara, ribuan pengunjuk rasa dari berbagai kelompok sudah melansungkan aksinya. Niat FRM untuk menyampaikan tuntutannya tepat didepan istana terhalang oleh pihak kepolisian yang bertameng. Bentrokan tidak dapat dihindari, beberapa pengunjukrasa dipukuli oleh pihak polisi dan dibalas oleh massa aksi. 18 peserta aksi ditangkap oleh polisi yang terdiri dari 2 aktivis LMND (Reno dan Bilal), sisanya dari FAMRED dan Front Pemuda 98. Beberapa menit kemudian, FRM kembali berkumpul dan melakukan aksi duduk. Hingga berita ini diturunkan, 18 orang aktivis FRM masih ditahan di POLDA Metro Jaya. Bandung -Jawa Barat (21/05/08): penolakan terhadap rencana pemerintah menaikkan harga BBM dilakukan oleh 50-an orang aktivis Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Jawa barat. Massa bergerak dari kampus UNPAD menuju Gedung Sate untuk menyampaikan tuntutan penolakan kenaikan harga BBM. Leonard, Jubir LMND, menyatakan tidak ada alasan bagi rejim SBY-JK untuk menaikkan harga BBM. Jika harga minyak dunia menggelembung, seharunya Indonesia memperoleh keuntungan besar berupa wind-fall profit. Akan tetapi, karena hampir semua lapangan migas kita dikuasai asing, Indonesia harus menanggung beban sebagai negara importer. Lebih jauh Leonard menyimpulkan, pemerintah harus menasionalisasi Industri pertambangan untuk ketahanan energi dan basis industrialisasi nasional. Di gedung Sate, massa LMND dihadang oleh aparat kepolisian. Beberapa menit terjadi aksi dorong-dorongan yang berujung tindakan brutal kepolisian yang memukuli pengunjuk rasa. Akibatnya, 5 orang anggota LMND mengalami luka-luka akibat pukulan. Palu- Sulawesi Tengah (21/05/08): 30-an massa yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Anti Kenaikan BBM melakukan aksi unjuk rasa dikantor DPRD Sulteng. Gerakan Rakyat Anti kenaikan BBM terdiri dari Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) dan Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI). Dalam aksinya, mereka menuntut pemerintah agar membatalkan rencana kenaikan BBM. Ahimsa, Pengurus LMND Sulteng menyampaikan orasinya. "kita menuntut pemerintah segera menasionalisasi Industri pertambangan asing dan menghapuskan utang luar negeri" Ungkap Ahimsa. Kendari-Sulawesi Tenggara (21/05/08) : penolakan kenaikan BBM juga berlansung di kota kendari, Sulawesi Tenggara. Massa yang tergabung dalam Front Rakyat Menggugat(FRM) melakukan aksinya dikampus UNHALU menuju kantor DPRD Sultra. FRM merupakan gabungan dari beberapa organisasi seperti LMND, SRMI, FMPR, AMIK Yappenas, dan AMIK Catur Sakti. Didepan kampus Unhalu, massa sempat menutup jalan sebelum memulai aksinya menuju kantor DPRD. FRM kendari menolak kenaikan harga BBM karena hanya akan menambah beban penderitaan rakyat, dan memukul industri dalam negeri. Mereka menuntut nasionalisasi Industri pertambangan dan penghapusan utang luar negeri. Bima-NTB (21/05/08): Ratusan orang yang terdiri dari LMND, SMI, dan BPM STIKIP Bima melakukan aksi menentang rencana pemerintah menaikkan BBM. Akan tetapi, niat pengunjuk rasa digagalkan oleh pihak kepolisian yang tiba-tiba secara brutal membubarkan aksi dan menangkap pengunjuk rasa. Akibatnya 11 pengunjuk rasa dari LMND di tangkap oleh pihak kepolisian. Makassar (21/05/08): Ribuan massa Front Rakyat Menggugat (FRM) Sulawesi Selatan melakukan aksi menolak kenaikan BBM di depan kediaman Yusuf Kalla dan didepan kantor PT. INCO. Massa yang terdiri dari Mahasiswa, buruh, petani, dan kaum miskin kota menolak kenaikan BBM karena akan semakin menambah tekanan ekonomi rakyat Indonesia. Muhammad Anshar, Ketua Papernas Sulsel menyatakan bahwa kenaikan BBM karena kita tidak memiliki ketahanan energi. Hampir seluruh sektor pertambangan kita, terutama migas, dikuasai oleh korporasi-korporasi asing. Sehingga pemerintah harus berani mengambil langkah nasionalisasi perusahaan tambang asing sebagai jalan keluar krisis energi dan dominasi imperialisme. Toraja –Sulawesi selatan (21/05/08): 600 pengunjukrasa dari Aliansi Mahasiswa Se-Tana Toraja menduduki kantor DPRD Tana Toraja menolak kenaikan harga BBM. Massa terdiri dari Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Tana Toraja, BEM UKI, AKBID , AKPER, BEM STAKN Rantepao. Aksi para mahasiswa juga mendapat dukungan dari dosen-dosennya yang ikut berunjukrasa. "pemerintah tidak perlu menaikkan BBM!" teriak koordinator lapangan. Paskah Linting, pengurus LMND Kota Toraja menyatakan pemerintah harus berani menasionalisasi Industri pertambangan asing karena selama ini justru dikuasai pihak asing. Selain itu, harus berani menghapus Utang luar negeri yang selama ini membebani APBN. Massa sempat memaksa DPRD dan pemerintah Tana Toraja untuk mengeluarkan sikap penolakan kenaikan harga BBM. Menurut rencana, esoknya (22/05/08) pihak DPRD akan menggelar rapat paripurna untuk membahas sikap tersebut. Untuk itu, massa berencana akan kembali akan melakukan aksi massa yang lebih besar untuk mengawal dan menekan DPRD untuk memutuskan sikap penolakannya dalam paripurna tersebut. Manado-Sulawesi Utara (21/05/08): Ratusan massa dari Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), Partai Rakyat Demokratik (PRD), Papernas, Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia (FNPBI) melakukan aksi menentang kenaikan harga BBM. massa menuntut nasionalisasi Industri pertambangan asing dan menyerukan gerakan banting setir dengan dengan membangun Haluan Ekonomi Baru, Presiden Baru dan Pemerintahan Baru dengan Tri Panji Persatuan Nasional. Aksi yang berjalan damai tiba-tiba dihadang oleh pihak kepolisian. Dorong-dorongan antara massa dan pihak kepolisian tak terhindarkan, berujung pada aksi brutal polisi memukuli dan menangkap beberapa massa aksi yang dianggap sebagai pimpinan/penggerak massa. Tiga orang aktivis dari LMND dan Papernas ditangkap oleh pihak kepolisian setelah terjadi bentrokan dengan massa aksi. Ketiga kawan yang ditangkap adalah Ances (PRD), Irman Hayun dan Aman (LMND). Lampung (21/05/08) : puluhan organisasi seperti LMND, SPKL, SRMI, LPRKROB, UKM UBL, HIPMAWAN, SEMA Lambar, BEM STIKIP, STN, BEM FH-UTB, WALHI, FORMALAT, RESCO, KALAM-PBR, BEM UML, dan LIMA, melakukan aksi massa menolak rencana pemerintah menaikkan harga BBM. Massa menilai, jika SBY-JK tetap ngotot memaksakan kenaikan harga BBM, maka imbasnya akan menambah beban ekonomi dan penderitaan yang dialami oleh rakyat dari berbagai sektor. Massa juga menuntut nasionalisasi terhadap perusahaan tambang asing. Setelah menyampaikan orasi politik secara bergantian, massa akhirnya membubarkan diri. Surabaya- Jawa Timur (19/05/08): aksi penolakan rencana pemerintah menaikkan harga BBM dilakukan secara bergelombang. Aksi pertama dilakukan oleh puluhan aktifis FPPI dilakukan didepan gedung Grahadi, Surabaya. Aktifis FPPI menolak kenaikan BBM dengan menampilkan aksi teatrikal di jalanan. Berikutnya, 70-an massa dari Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Kota Surabaya juga menggelar aksi didepan patung Suryo, Surabaya. Enjang, Humas aksi LMND, menyatakan bahwa aksi ini merupakan bagian dari rangkaian aksi nasional menentang kebijakan pemerintah yang akan menaikkan harga BBM. Pemerintah tidak seharusnya mengambil sikap menaikkan harga BBM, karena masih begitu banyak jalan keluar yang lebih ampuh untuk mengatasi krisis energi yakni Nasionalisasi Industri pertambangan asing. Menurut Enjang, Yang dibutuhkan adalah keberanian politik pemerintah dan kekuatan elit politik nasional. Tapi SBY-JK (dan parpol pendukungnya: GOLKAR-DEMOKRAT) tidak akan sanggup mengambil jalan itu. Sehingga sesungguhnya rakyat harus menggagas gerakan banting setir; haluan ekonomi baru, presiden dan pemerintahan baru dengan tripanji persatuan nasional. Aksi puluhan aktifis LMND Surabaya juga ditandai dengan aksi rebahan di sepanjang jalan, tepat didepan patung gubernur suryo. Menurut Hadi, Korlap aksi, Aksi rebahan ini sebagai symbol penderitaan rakyat akibat kenaikan harga BBM. setelah membacakan pernyataan sikap, massa akhirnya membubarkan diri. Kudus- Jawa Tengah (16/05/08): puluhan aktifis dari Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) kota Kudus juga menggelar aksi penolakan kenaikan BBM di alun-alun simpang tujuh, Kudus (jumat,16/05). Dalam orasinya, Eko Wahyu Basuki menyampaikan mengenai dampak luas dari kenaikan harga BBM. kenaikan harga BBM akan menambah beban penderitaan rakyat, disamping kenaikan harga-harga sembako yang sudah mendahului kenaikan BBM. menurut Wahyu, Jalan keluar untuk mengatasi krisis energi dan liberalisasi perdagangan yang merugikan adalah melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan tambang asing dan penghapusan utang luar negeri. Wahyu juga menyerukan aksi-aksi untuk mengalih tambang asing diseluruh wilayah Indonesia. Medan-Sumatra Utara (21/05/08): ratusan massa yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat Miskin (FPRM) melakukan aksi penolakan kenaikan BBM dikantor DPRD Sumut. Massa yang terdiri dari kaum miskin kota, buruh dan petani membawa tuntutan utama; menolak kenaikan harga BBM, turunkan harga sembako, dan nasionalisasi Industri pertambangan asing. Di gedung DPRD, massa FRM melebur dengan beberapa kelompok lain seperti organisasi mahasiswa dan organisasi pengemudi (KESPER). Semarang-Jawa Tengah (21/05/08): aksi penolakan kenaikan BBM di Semarang dilakukan oleh Front Rakyat Menggugat (FRM) yang merupakan gabungan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI), dan Partai Persatuan Pembebasan Nasional (Papernas). Massa yang berjumlah ratusan orang ini melakukan aksinya di kantor DPRD Jawa tengah. Dalam tuntutannya, FRM menilai pemerintahan SBY-JK sebagai boneka Imperialis karena terlalu patuh kepada kepentingan asing. Massa membakar poster dan beberapa foto bergambar Presiden SBY sebagai bentuk protes. Salatiga- Jawa Tengah (21/05/08): ratusan massa mendatangi kantor DPRD Salatiga. Massa yang tergabung dalam Koalisi Indonesia, yang terdiri dari LMND, PMII, dan beberapa LSM Lokal melakukan aksi menolak rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Di depan kantor DPRD, kedatangan massa dihadang oleh barikade pihak kepolisian sehingga menimbulkan aksi dorong-dorongan. Massa juga menuntut agar SBY-JK segera turun dari jabatannya. Purwekerto- Jawa Tengah (21/05/08): Ratusan Massa dari KAMMI, LMND, PMII, HMI-MPO, GMNI, SMI dan FMN melakukan aksi penolakan terhadap rencana pemerintah menaikkan harga BBM. Dalam orasinya, pengunjuk rasa menilai kenaikan harga BBM akan menambah beban ekonomi yang dirasakan oleh rakyat Indonesia, utamanya kaum buruh, tani, dan kaum miskin kota. Ternate- Maluku Utara (21/05/08): aksi penolakan BBM di kantor DPRD Ternate, Maluku Utara diwarnai tindakan brutal pihak kepolisian. Aksi penolakan kenaikan BBM yang dilakukan oleh 500-an massa dari LMND, BEM Fakultas se-UNKHAIR, GAMHAS, LISMI, HMI, SAMURAI awalnya berlansung damai, namun, tiba-tiba dibubarkan paksa oleh pihak kepolisian. Akibatnya, 14 orang pengunjuk rasa dari LMND ditangkap oleh pihak kepolisian. Aksi ini menuntut agar pemerintah agar pemerintah membatalkan rencana menaikkan harga BBM. Pengunjuk rasa menilai, tindakan menaikkan BBM hanya akan menambah beban baru bagi masyarakat disamping melambungnya harga Sembako. Pemerintah seharusnya berani mengambil tindakan radikal untuk melawan dominasi asing dalam lapangan ekonomi, terutama sektor pertambangan, dengan menasionalisasi industri pertambangan asing tersebut. Setelah bentrok dengan kepolisian, massa kembali kekampus dan melakukan konsolidasi untuk menggalang aksi massa yang lebih besar. Hingga berita ini diturunkan, ke-14 aktivis yang ditangkap masih ditahan di Polres Ternate. Palembang- Sumatera Selatan (21/05/08): puluhan aktivis yang menamakan diri Gerakan Rakyat Palembang Menggugat (GRPM), melakukan aksi menolak kenaikan BBM di dua tempat yakni DPRD dan kantor Gubernur. Front ini terdiri dari Prabam, LMND dan PMII. Dalam orasinya, mereka menolak kenaikan harga BBM dan menuntut SBY-JK turun. Selain itu, massa juga menuntut agar perusahaan tambang asing dinasionalisasi sebagai cara untuk mengatasi krisis BBM. [Non-text portions of this message have been removed]