http://www.ranesi.nl/arsipaktua/indonesia060905/KasusMunir/penahanan_ter\ sangka_munir080528 <http://www.ranesi.nl/arsipaktua/indonesia060905/KasusMunir/penahanan_te\ rsangka_munir080528>
Penahanan Tersangka Utama Kasus Munir "Tinggal Soal Waktu" Laporan Aboeprijadi Santoso dari Jakarta 28-05-2008 Laporan Aboeprijadi Santoso mengenai perkembangan terakhir kasus Munir <http://download.omroep.nl/rnw/smac/cms/lomba_lagu_munir_20080528_44_1kH\ z.mp3> Penahanan "orang yang mengendalikan perencanaan pembunuhan Munir tinggal menunggu waktu yang tepat". Demikian ungkap Koordinator KontraS Usman Hamid kepada Radio Nederland Wereldomroep. Sebelumnya, Kapolri Jenderal Sutanto menyatakan oknum tersebut adalah "pejabat di sebuah institusi yang sudah beberapa kali diperiksa tim penyidik". Meski keduanya tidak menyebut nama maupun institusi, namun dugaan umum telah mengerucut pada Mayjen Muchdi Pr, mantan Deputi V Badan Intelejen Negara BIN. Bersamaan waktu, Kantor Berita Radio KBR-68H, bersama KontraS, Jumat silam menggelar pentas pemenang Lomba Cipta Lagu Munir. Doddy Djatmiko dari Yogyakarta menang hadiah pertama senilai 10 juta rupiah, dengan lagu "Pahlawan Sejati". Refrein: Pahlawan Sejati, Kau tak kan pernah mati; Walaupun kini kau telah pergi. ("Pahlawan Sejati", karya Doddy B. Jatmiko, Yogyakarta.) Dahsyat Almarhum Munir dan perjuangannya tidak saja hendak dikenang, tapi spiritnya juga hendak dikembangkan dan dilestarikan. Maka, atas prakarsa KBR 68H, semangat perjuangan Munir kini dibenamkan ke tengah masyarakat melalui musik, bahasa universal yang dipahami semua manusia. Lomba cipta lagu Munir, tidak tanggung-tanggung diminati ratusan khalayak, dari pengacara, mantan tapol sampai mahasiswa dan penjual soto. Munir dibunuh secara keji. Kini para sahabat dan khalayak pengagumnya seolah membalas kekejian itu secara santun dan beradab, yaitu melalui musik. Bagi Suciwati yang hadir bersama putrinya Diva, kesepuluh lagu pemenang dan sambutan khalayak itu "dahsyat", demikian ungkapnya kepada Radio Nederland. Suciwati bersama putri Diva Suciwati: "Saya rasakan betapa dahsyatnya musik bisa mempengaruhi orang. Dan saya ke depan sih berharap suara yang selama ini hanya beberapa orang, bisa dimiliki oleh rakyat Indonesia." Lagu Pemenang Ketiga: "Selamat Jalan Pahlawan Hak Asasi" Selamat jalan bagimu saudaraku, pejuang hak asasi bagi negeri ini; Bangsa Indonesia Relakan engkau pergi; Air mata buah hati. Pergelaran Album Munir ini juga dimeriahkan sebuah syair sumbangan budayawan terkenal, Butet Kertarajasa. Menghormati Munir, Butet memilih memplesetkan karya pujangga besar Indonesia Chairil Anwar, puisi "Kerawang Bekasi". Butet: Jadi kalau Eyang Chairil Anwar itu punya puisi judulnya Kerawang Bekasi, pusinya jadi "Jakarta Amsterdam". Kami yang kini terbaring antara Kerawang Bekasi, tidak bisa teriak merdeka atau angkat senjata lagi. Nah, bait ini langsung dijawab. Setujuuuu!!! Kita ganti saja syairnya. Kami yang kini terbaring dalam penerbangan Jakarta Amsterdam, tidak bisa teriak merdeka dan angkat suara lagi. Lha gimana mau suara, lha wong racun sedang beringsut-ingsut dalam perut, sementara sang maut melambai-lambai mau menjemput. Lagu Pemenang Ketiga: "Selamat Jalan Pahlawan Hak Asasi" Dan dia pun dibunuh. Dan dia pun terbunuh. Mereka pun membunuh. Mereka membunuh, tapi siapakah mereka itu? Dan mengapa penangkapan mereka terhambat? Butet Kertarajasa Tinggal soal waktu Sejumlah narasumber di Jakarta menengarai belakangan ini tidak hanya terjadi intimidasi satuan khusus, tapi juga ancaman nyata terhadap saksi-saksi kunci yang berada di dalam dan luar negeri. Koordinator KontraS Usman Hamid mengakui adanya hambatan, tapi, kini tinggal soal waktu saja, tambahnya. Usman Hamid [UH]: "Saya kira hambatannya lebih pada hambatan politik ya. Memang sejak awal indikasi-indikasi yuridis yang muncul di dalam proses penyelidikan Tim Pencari Fakta, penyelidikan dan penyidikan kepolisian, penuntutan di pengadilan yang berjalan selama satu dua tahun, itu cukup menjelaskan bahwa fakta-fakta yuridis itu sudah jelas. Bukti-bukti hukum itu sudah cukup lengkap. Dan tidak ada alasan misalnya untuk menunda proses penyelesaian hukum kasus kematian Munir. Tapi memang karena kendala politik tadi, proses hukumnya tidak bisa berjalan begitu saja. Ada kalkulasi-kalkulasi politik yang diperhitungkan untuk menjalankan setiap tahap yang penting dari proses pengusutan kasus semacam Munir. Misalnya dalam hal menyelidiki lebih jauh tentang keterlibatan seorang mantan petinggi militer, atau mantan petinggi Kopassus dan sekaligus mantan Deputi V Badan Intelijen Negara, Muchdi Pr, misalnya, itu juga kan menimbulkan impresi yang sangat kuat adanya kalkulasi-kalkulasi politik. Doddy Djatmiko, pemenang hadiah pertama lomba Cipta Lagu Munir Sebab, jika itu terjadi barangkali itulah yang pertama kali terjadi dalam 10 tahun reformasi di Indonesia. Dan itulah moment yang sangat akan memiliki nilai sejarah. Betul-betul merupakan ujian sejarah Indonesia, seperti yang digarisbawahi oleh Presiden Yudhoyono." Aboeprijadi Santoso [AS]: Bisa dikatakan ini cuma soal waktu saja? Usman Hamid: "Saya kira iya. Sudah tinggal menunggu waktu. Segala bukti hukum sudah disiapkan, perangkat hukumnya sudah disiapkan. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk diadakan tindakan paksa terhadap orang yang mengendalikan perencanaan pembunuhan Munir." Pemenang Ketiga: 'Selamat jalan, selamat jalan, teman' ("Selamat Jalan Pahlawan Hak Asasi", karya Neps Band, Jakarta). [Non-text portions of this message have been removed]