*BUKU PUTIH Front Pembela Islam*

*(selengkapnya klik di  **http://www.bukuputihfpi.blogspot.com/*

* *

*KEMUNGKARAN KELOMPOK AHMADIYAH & AKKBB **  **(Aliansi Kebangsaan untuk
Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan)*

*Jihad Melawan Kelompok Pemikiran Kriminal Perusak Akidah Islam
Yang Menggunakan Pembiasan Akhlak & Eksploitasi HAM*


Rasulullah saw bersabda:
*
"Barangsiapa di antara kamu yang melihat suatu kemunkaran, maka hendaklah ia
mengubah dengan tangannya; jika ia tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya;
dan jika tidak mampu, (ubahlah) dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah
iman."* (HR Bukhari, Muslim, dan Ashabus Sunan).

Perintah untuk memberantas kemunkaran sangatlah jelas. Allah SWT berfirman:

*"Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan
Isa Putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu
melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar
yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka
perbuat itu."* (QS al-Maidah: 78-79).

Rasulullah saw bersabda:

*"Tidaklah dari satu kaum berbuat maksiat, dan diantara mereka ada orang
yang mampu untuk melawannya, tetapi dia tidak berbuat itu, melainkan
hampir-hampir Allah meratakan mereka dengan azab dari sisi-Nya."* (HR Abu
Dawud, at-Turmudzi, dan Ibnu Majah).

Juga, sabda beliau saw:
*
"Hendaklah kamu menjalankan amar ma'ruf dan nahi munkar, atau Allah akan
memberikan kekuasaan atasmu kepada orang-orang jahat diantara kamu, dan
kemudian orang-orang yang baik diantara kamu berdoa, lalu tidak dikabulkan
doa mereka itu*.(HR al-Bazzar dan at-Thabrani).

*"Sesungguhnya manusia, jika mereka melihat kemunkaran, sedangkan mereka
tidak mengubahnya, maka datanglah saatnya Allah menjatuhkan siksa-Nya
secara umum.* (HR Abu Dawud)

Karena begitu tegasnya perintah untuk amar makruf dan nahi munkar, maka para
ulama tidak berbeda pendapat dalam masalah ini. Bahwa, wajib hukumnya untuk
melakukan amar ma'ruf nahi munkar. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah menyatakan:
"Wajib hukumnya mengingkari kemunkaran. Hanya hal itu dilakukan sesuai
dengan kemampuan untuk melakukannya. Adapun mengingkari dengan hati adalah
suatu yang mesti, apabila tidak diingkari dengan hati, maka hal itu
merupakan dalil (bukti) atas hilangnya iman di hati seseorang." (Ibn
Taimiyah, Manhaj Da'wah Salafiyah, 2001:17).

Dalam kitabnya, Ihya' Ulumuddin, Imam al-Ghazali bahkan menempatkan satu bab
khusus tentang Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Ia menekankan, bahwa ativitas "amal
ma'ruf dan nahi munkar" adalah kutub terbesar dalam urusan agama. Ia adalah
sesuatu yang penting, dan karena misi itulah, maka Allah mengutus para nabi.
Jika aktivitas 'amar ma'ruf nahi munkar' hilang, maka syiar kenabian hilang,
agama menjadi rusak, kesesatan tersebar, kebodohan akan merajalela, satu
negeri akan binasa. Begitu juga umat secara keseluruhan.


Nabi Palsu

Jadi, begitu pentingnya masalah aktivitas ini, sehingga tidak bisa tidak,
umat Islam wajib memperhatikan masalah yang satu ini. Di dalam Islam, maka
yang wajib didulukan adalah kemunkaran yang paling besar, yang tidak lain
adalah kemunkaran di bidang aqidah. Sebab, hal inilah yang terkait dengan
masalah eksistensi keimanan seseorang. Oleh sebab itu, Rasulullah saw sangat
peduli dengan kemunkaran di dalam hal ini. Misalnya, yang terkait dengan
persoalan nabi palsu. Untuk melihat bagaimana Rasulullah saw dan Abu Bakar
ash-Shiddiq menangani masalah nabi palsu, dapat disimak dalam artikel Ahmad
Rofiqi di Harian Republika (29 Februari 2008) dibawah ini.



*Rasulullah SAW dan Nabi Palsu**

Oleh: Ahmad Rofiqi
(Mahasiswa Pasca-Sarjana Program Pendidikan dan Pemikiran Islam, Universitas
Ibn Khaldun, Bogor)*

*Dimuat di Harian REPUBLIKA, Jumat, 29 Februari 2008*

*atau 
**http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=325368&kat_id=16*<http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=325368&kat_id=16>


Dominasi peradaban Barat telah menyebabkan banyak cendekiawan berusaha
mengubah ajaran-ajaran Islam, agar sesuai dengan konsep HAM sekular Barat.
Salah satu konsep Islam yang mendapat serangan adalah konsep tentang murtad
(orang yang keluar dari agama Islam). Sesuai dengan Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia, maka manusia dijamin haknya untuk memeluk agama apa saja,
termasuk keluar masuk suatu agama. Bagi mereka, agama dianggap seperti baju.
Kapan saja boleh ditukar-tukar, sesuai dengan seleranya.
Salah satu cara yang dilakukan para cendekiawan adalah berusaha "mengubah
sejarah", dengan menulis bahwa seolah-olah, Nabi Muhammad saw berdiam diri
saja terhadap tindakan kemurtadan. Bahkan, perang melawan kaum murtad yang
dilakukan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. dikatakan sebagai perang melawan
pemberontak yang semata-mata bermotifkan politik, bukan perang atas dasar
agama.


Sebuah buku sejarah Nabi Muhammad SAW yang ditulis oleh Dr. Muhammad Husein
Haekal, misalnya, juga menulis, bahwa nabi palsu yang muncul pada masa
Rasulullah SAW tidaklah terlalu mempengaruhi beliau untuk melakukan
tindakan-tindakan militer. "Itulah sebabnya, tatkala ada tiga orang yang
mendakwakan diri sebagai nabi, oleh Muhammad tidak banyak dihiraukan."
(Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (terj). 1990:559). Di Indonesia, disertasi,
tesis, skripsi, dan buku-buku yang mendukung "hak murtad" ini sangat banyak.
Salah satu trik mereka adalah mengungkap sejarah dengan keliru.

Kisah Dua Utusan

Dalam kitabnya Al Sunan (Kitab Al Jihad, Bab Ar Rusul hadits no, 2380) Abu
Daud meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah bin Mas'ud. Ketika menerima
dua utusan Nabi palsu, Musailamah al-Kazzab, Rasulullah Saw bertanya kepada
mereka: "Apa yang kalian katakan (tentang Musailamah)? Mereka menjawab,
"Kami menerima pengakuannya (sebagai nabi)". Rasulullah SAW berkata: "Kalau
bukan karena utusan tidak boleh dibunuh, sungguh aku akan memenggal leher
kalian berdua".


Lafadz ini diceritakan juga oleh Ahmad (hadits no. 15420), Al Hakim (2: 155
no. 2632). Ahmad (hadits no. 15420) melaporkan melalui Abdullah bin Mas'ud
dengan lafadz "la-qataltu-kumaa", (aku pasti membunuh kalian berdua). Versi
hadits ini diceritakan kembali oleh kitab-kitab sejarah seperti Al Thabari
(Tarikh Al Thabari, Juz 3 Bab Masir Khalid bin Walid) dan Ibnu Katsir (Al
Bidayah wa Al Nihayah, Dar Ihya' Al Turats Al Arabi , tt, Juz 6, hal: 5).
Riwayat-riwayat ini menampilkan ketegasan Rasulullah SAW terhadap orang yang
mengakui kenabian Musailamah. Tetapi, karena Rasulullah SAW memegang etika
diplomatik yang tinggi, maka beliau membiarkan begitu saja kedua utusan Nabi
palsu itu.
Abu Daud (hadits no. 2381), Al Nasa'i (Al Sunan Al Kubra, 2: 205) dan Al
Darimi (Kitab Al Siyar, hadits no. 2391) menceritakan kesaksian Haritsah bin
Al Mudharib dan Ibn Mu'ayyiz yang mendapati sekelompok orang dipimpin Ibn
Nuwahah di sebuah masjid perkampungan Bani Hanifah, ternyata masih beriman
pada Musailamah. Setelah kejadian ini dilaporkan pada Ibn Mas'ud, beliau
berkata pada Ibn Nuwahah (tokoh kelompok tersebut), "Aku mendengar
Rasulullah Saw dulu bersabda "Kalau engkau bukan utusan, pasti aku akan
penggal kamu", nah, sekarang ini engkau bukanlah seorang utusan". Maka Ibn
Mas'ud menyuruh Quradhah bin Kaab untuk memenggal leher Ibn Nuwahah. Ibn
Mas'ud berkata, "Siapa yang ingin melihat Ibn Nuwahah mati, maka lihatlah ia
di pasar". Masjid mereka pun akhirnya dirobohkan.
Mengapa Rasulullah SAW tidak memerangi Musailamah? Ibn Khaldun menjelaskan
masalah ini, bahwa "Sepulangnya Nabi SAW dari Haji Wada', beliau kemudian
jatuh sakit. Tersebarlah berita sakit tersebut, sehingga muncullah Al Aswad
Al Anasi di Yaman, Musailamah di Yamamah dan Thulaihah bin Khuwailid dari
Bani Asad; mereka semua mengaku nabi. Rasulullah SAW segera memerintahkan
untuk memerangi mereka melalui edaran surat dan utusan-utusan kepada para
gubernurnya di daerah-daerah dengan bantuan orang-orang yang masih setia
dalam keislamannya. Rasulullah SAW menyuruh mereka semua bersungguh-sungguh
dalam jihad memerangi para nabi palsu itu sehingga Al Aswad dapat ditangkap
sebelum beliau wafat. Adapun sakit keras yang dialami tidak menyurutkan
Rasulullah SAW untuk menyampaikan perintah Allah dalam menjaga agama-Nya.
Beliau lalu menyerukan orang-orang Islam di penjuru Arab yang dekat dengan
wilayah para pendusta itu, menyuruh mereka untuk melakukan jihad (melawan
kelompok murtad—pen)". (Abdurrahman Ibnu Khaldun, Tarikh Ibn Khaldun, Dar Al
Kutub Al Ilmiyah: Beirut, Libanon, cet. 1, th. 1992, hal 474-475).

Tindakan Abu Bakar r.a.

Pada masa Abu Bakar r.a. kekisruhan negara sumbernya ada dua. Yang pertama
orang-orang yang menolak membayar zakat. Yang kedua adalah para nabi palsu.
Dalam Al Bidayah wa Al Nihayah Imam Ibn Katsir menulis judul "Fasal
Peperangan Abu Bakar melawan Orang-orang Murtad dan Penolak Zakat" (cet. 1
terbitan Dar Al Kutub Al Ilmiyah, Beirut, Libanon: 2001, jilid 6 hal 307).
Abu Bakar sampai membentuk sebelas ekspedisi militer untuk menumpas
gerakan-gerakan tersebut (Al Daulah Al Umawiyah, Muhammad Al Khudhari,
Mansyurat Kulliyah Dakwah Islamiyah, Tripoli, Libya: tt. hal 177-178)
Semula, Umar bin Khatab r.a. mencoba membujuk Abu Bakar r.a. agar tidak
memerangi para penolak zakat. Kata Abu Bakar, "Demi Allah, jika mereka
berani menolak menyerahkan seutas tali yang dulunya mereka berikan pada
Rasulullah SAW, aku pasti akan memerangi mereka karena penolakan ini"
(Dikeluarkan oleh Ahmad 1: 11, 19, 35, 2: 35, 4: 8, Al Bukhari hadits no
1561, Muslim Kitab Al Iman hadits no 82, 83 Juz 1 hal 52.)
Pada riwayat lain, disebutkan, bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq yang dikenal
sangat lembut perangainya, menyatakan: "Rasulullah SAW telah wafat dan wahyu
sudah tidak turun lagi! Demi Allah aku akan memerangi mereka selama masih
memegang pedang ditanganku meski mereka tidak mau menyerahkan seutas tali!"
(Tarikh Al Khulafa', Al Suyuthi, Fasal fii maa Waqa'a fii Khilafati Abi
Bakar Al Shiddiq ra). Ungkapan Abu Bakar r.a. "dan wahyu sudah tidak turun
lagi" menunjukkan ketegasannya terhadap persoalan "nabi palsu". Dari
Handzalah bin Ali Al Laitsi ia berkata, "Abu Bakar memerintahkan Khalid bin
Al Walid untuk memerangi orang-orang dengan sebab lima rukun Islam. Siapa
saja yang menolak salah satunya hendaknya ia diperangi". (Adz Dzahabi,
Tarikh Al Islam,Kitab Sanah Ihda 'Asyr Bab Khabar Al Riddah).
Terkait dengan perang melawan kelompok murtad itu, Ibnu Mas'ud berkata,
"Setelah Rasulullah SAW wafat, kami hampir saja binasa kalau saja Allah
tidak menganugerahi kami kepemimpinan Abu Bakar" (Tarikh Al Dzahabi, Juz 2,
Kitab Sanah Ihda 'Asyr, bab Akhbar al Riddah). Juga dikatakan: "Demi Allah,
aku melihat Allah telah melapangkan dada Abu Bakar untuk melakukan perang
dan baru aku tahu, inilah keputusan yang benar". (Al Bukhari hadits no
1561). Islam memandang masalah agama (ad-Dinul Islam) sebagai hal yang
prinsip, karena menyangkut urusan dunia dan akhirat. Agama bukan hanya
laksana baju; boleh dipakai dan ditanggalkan kapan saja. Untuk berganti
menjadi warga negara saja, orang tidak boleh sembarangan; apalagi menyangkut
gonta-ganti agama. Pandangan ini berbeda dengan cara pandang orang sekuler
yang melihat agama sebagai urusan pribadi dan hubungan antar manusia semata.
Karena itulah, Rasulullah SAW dan Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. bersikap tegas
terhadap setiap penyelewenangan terhadap agama. Jadi, sangat tidak benar,
jika umat Islam – apalagi para ulamanya – hanya berdiam diri terhadap segala
bentuk kesesatan dan kemurtadan. Oleh sebab itu, sesuai dengan fungsinya,
tindakan MUI yang menetapkan ajaran sejumlah nabi palsu sebagai "ajaran
sesat" adalah tindakan yang sangat tepat. Tentu saja, tindakan berikutnya
adalah menjadi tanggung jawab penguasa (umara). (***)





*Demikianlah salah satu artikel yang diterbitkan di Harian Republika. Lebih
jauh lagi, Ketua FPI Habib Rizieq Shihab juga sudah menulis artikel di
Harian yang sama, yang membongkar bagaimana kejahatan Ahmadiyah terhadap
umat Islam. Berikut ini artikel Habib Rizieq Shihab.


*

AHMADIYAH MENIPU
(LIMA PERKARA TOLAK AHMADIYAH)
*
Oleh : Hb. Muhammad Rizieq Syihab, Lc, MA.
Ketua Umum Front Pembela Islam / Ketua Rabithoh 'Alawiyah
dan Anggota Majelis A'la Dewan Imamah Nusantara
serta Kandidat Doktor bidang Syariah di Universiti Malaya.*

*Dimuat di Harian Republika, OPINI, tanggal 28 Mei 2008, atau di website
Republika :
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=335555&kat_id=16&kat_id1=&kat_id2=
*


Membaca tulisan Shamsir Ali di Republika, Jum'at 23 Mei 2008, yang berjudul
Ahmadiyah Menjawab, saya memandang perlu untuk menanggapi, karena penuh
dengan penipuan dan penyesatan.

Shamsir Ali hanya mengemukakan "sejumlah persamaan" antara Ahmadiyah dan
Islam, sambil menyembunyikan "segudang perbedaan" antara keduanya, lalu
mengambil kesimpulan bahwa Ahmadiyah sama dengan Islam. Padahal, kita sama
tahu bahwa adanya persamaan antara Ahmadiyah dan Islam tidak berarti bahwa
Ahmadiyah itu sama dengan Islam, sebagaimana banyaknya persamaan antara
monyet dan manusia tidak berarti monyet itu sama dengan manusia.

Disini, saya akan menyoroti tulisan Shamsir Ali terkait 5 (lima persoalan).
Pertama, soal kenabian. Ahmadiyah memang mengakui bahwa Muhammad saw adalah
Nabi dan Rasul, tapi Ahmadiyah tidak mengakuinya sebagai Penutup Para Nabi.
Kalau pun Ahmadiyah mengakui Nabi Muhammad saw sebagai Khaatamun Nabiyyiin,
tapi dengan makna Stempel Para Nabi atau Semulia-mulianya Para Nabi, bukan
dengan arti Penutup Para Nabi. Kalau pun Ahmadiyah terkadang menerima
Muhammad sebagai Penutup Para Nabi, tapi dibatasi hanya nabi yang bawa
syariat yang ditutup, sedang nabi yang tidak bawa syariat tetap ada sampai
akhir zaman.

Dalam kitab Tadzkirah hal 493 brs 14 tertulis bahwa Mirza Ghulam Ahmad (MGA)
dijadikan sebagai Rasul, dan di hal 651 brs 3 tertulis bahwa Allah memanggil
MGA dengan panggilan Yaa Nabiyyallaah (Wahai Nabi Allah).

Shamsir Ali pura-pura memuji Nabi Muhammad saw sebagai Nabi yang istimewa
dan termulia, padahal dalam kitab Tadzkirah hal 192, 368, 373, 496 dan 579
disebutkan bahwa MGA adalah makhluk terbaik di alam semesta yang mendapat
karunia Allah yang tidak pernah didapat oleh selainnya. Selain itu, Shamsir
Ali menyatakan bahwa MGA adalah Al-Masih, padahal dalam Tadzkirah disebutkan
bahwa MGA bukan hanya Al-Masih, tapi MGA adalah Al-Masih putra Maryam ( Hal
192, 219, 222, 223, 243, 280, 378, 380, 387, 401, 496, 579, 622, 637 dan
639). Disini, Shamsir Ali berusaha menyembunyikan "keanehan aqidah" nya.

Tidak sampai disitu "keanehan aqidah" Ahmadiyah. Dalam kitab Tadzkirah hal
412 brs 2 dan hal 436 brs 2-3 tertulis bahwa MGA disamakan dengan anak
Allah, dan di hal 636 brs 13 disamakan pula dengan 'Arsy. Lebih dari itu,
Tadzkirah menyebutkan bahwa kedudukan MGA sama dengan ketauhidan dan keesaan
Allah (Hal 15, 196, 223, 246, 368, 276, 381, 395, 496, 579, 636). Lalu MGA
menyatu dengan Allah dan menjadi Allah, lalu MGA lah yang menciptakan langit
dan bumi (Hal 195-197, 696 dan 700). Sedang di hal 51 brs 4 tertulis firman
Allah kepada MGA Yaa *Ahmad yatimmu ismuka wa laa yatimmu ismii *(Hai Ahmad,
sempurna namamu, dan tidak sempurna nama-Ku). Lihat juga di hal 245, 277 dan
366.

Kedua, soal Kitab Suci. Ahmadiyah memang mengakui bahwa Al-Qur'an adalah
Kitab Suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, tapi Ahmadiyah tidak
mengakuinya sebagai Kitab Suci terakhir. Kalau pun Ahmadiyah mengakui
Al-Qur'an sebagai Kitab Suci terakhir, tapi dibatasi hanya sebagai wahyu
syariat yang terakhir, sedang wahyu non syariat tetap ada sampai akhir
zaman. Menurut Ahmadiyah bahwa kitab Tadzkirah adalah kumpulan wahyu suci
dari Allah SWT kepada MGA yang kedudukannya sama dengan kitab suci.

Shamsir Ali boleh mengelak tentang penisbahan penulisan Tadzkirah kepada
MGA, tapi dia tidak bisa memungkiri bahwa isi kandungan Tadzkirah memang
berasal dari MGA, karena isi Tadzkirah - menurut Ahmadyah - adalah kumpulan
wahyu Allah SWT kepada MGA. Dan dia juga tidak bisa mengelak bahwa yang
tulis, cetak, perbanyak dan sebarluaskan Tadzkirah ke seluruh dunia adalah
Ahmadiyah sendiri. Dalam 12 poin komitmen Ahmadiyah - Departemen Agama RI
tertanggal 14 Januari 2008 dinyatakan bahwa Tadzkirah adalah catatan
pengalaman rohani MGA.

Penting diketahui, bahwa di awal kitab Tadzkirah tertulis bahwa Tadzkirah
adalah Wahyun Muqoddas (Wahyu yang suci). Di hal 43 brs 8, tertulis ucapan
MGA Khoothobani Robbii wa Qoola (Tuhanku bicara langsung kepadaku dan
berfirman). Di Hal 278, 369, 376 dan 637 tertulis bahwa Allah menurunkan
Tadzkirah di sekitar Qodiyan. Di hal 668 brs 12 tertulis bahwa MGA sama
dengan Al-Qur'an dan dia akan mendapatkan Al-Furqon.

Nah, bagaimana bisa disamakan antara Islam yang beriman bahwa Muhammad
adalah Penutup Para Nabi dan bahwa Al-Qur'an adalah Kitab Suci terakhir,
dengan Ahmadiyah yang "beriman" bahwa setelah Muhammad saw ada nabi baru
bernama MGA, dan bahwa setelah Al-Qur'an ada kitab suci baru bernama
Tadzkirah yang diturunkan kepada MGA di Qodiyan – India ? Bagaimana pula
bisa disamakan antara Islam yang beraqidahkan lurus dan benar, dengan aqidah
aneh Ahmadiyah yang meyakini bahwa MGA makhluq yang termulia, dan namanya
lebih sempurna dari nama Allah, serta bahwa MGA sama dengan 'Arsy dan anak
Allah, bahkan menyatu dengan Allah dan jadi Allah ? Ini adalah persoalan
Ushuluddin yang sangat prinsip dan mendasar.

Ketiga, soal Ahmadiyah antek kolonialisme, bukan fitnah, tapi MGA sendiri
yang mengaku. Dalam kitab Ruhani Khazain yang merupakan kumpulan karya MGA,
Vol 3 Hal 21, MGA menyatakan kesediaan berkorban nyawa & darah bagi Inggris
yang saat itu menjajah India. Dan di hal 166 pada Vol yang sama, MGA
mewajibkan berterima-kasih kepada Inggris yg diakui sebagai pemerintah yg
diberkahi. Di Vol 8 Hal 36, MGA mengaku sbg Pelayan Setia Inggris, lihat
juga di Vol 15 Hal 155 & 156. Dan puncaknya di Vol 16 Hal 26 dan Vol 17 Hal
443, MGA menghapuskan Hukum Jihad.

Perlu dicatat, bahwa di tahun 1857, tatkala terjadi pemberontakan besar yang
dilakukan kaum muslimin India terhadap penjajah Inggris, ayah MGA yang
bernama Ghulam Murtaza (Murtadha) ikut dalam pasukan Inggris untuk membantai
kaum muslimin. Hal ini MGA sendiri yang cerita dalam kitab Tuhfah
Qaishariyah Hal.16.

Dan itulah sebabnya Ahmadiyah disayang dan dipelihara Inggris hingga hari
ini. Dan itu pula yang menjadi sebab Belanda tertarik untuk menghadirkan
Ahmadiyah di Indonesia pada tahun 1925. Para Pelajar Jawa – Sumatera di
India yang disebut-sebut Shamsir Ali sebagai pembawa Ahmadiyah ke Indonesia
hanya kamuflase. Intinya mereka adalah antek Belanda.Dalam sejarah
perjuangan melawan penjajah Belanda, Inggris, Portugis dan Jepang di
Indonesia tidak ada seorang Ahmadiyah pun yang terlibat. Ada pun nama
seorang Ahmadiyah yang disebut-sebut Shamsir Ali sebagai anggota Panitia
Pemulihan Pemerintahan RI dan mendapat Bintang Jasa Kehormatan dari
Pemerintah RI masih harus diteliti dan diperiksa kebenarannya. Kalau pun
benar, itu tidak berarti menjadi bukti kebenaran Ahmadiyah. Banyak antek
penjajah saat menjelang kemerdekaan RI balik badan secara tiba-tiba untuk
mendukung pemerintah RI. Mereka menyalip di tikungan dan menjadi pahlawan
kesiangan. Mereka adalah para pengkhianat yang mencari selamat dan manfaat.

Keempat, soal legalitas Ahmadiyah di Indonesia. Memang, Ahmadiyah pernah
dilegalkan berdasarkan SK Menteri Kehakiman RI No. JA / 23 / 13 tgl 13 Maret
1953 yang kemudian dimuat dalam Tambahan Berita Negara RI No.26 tgl.31 Maret
1953. Tapi patut diperhatikan, bahwa SK tersebut sudah kadaluwarsa dan
secara hukum tidak berlaku dengan adanya Perpres No.1 Th.1965 tentang
Penodaan Agama dan KUHP Psl. 156a tentang Penistaan Agama. Karenanya,
legitimasi Ahmadiyah terus dikoreksi secara bertururt-turut melalui berbagai
SK yang melarang Ahmadiyah di berbagai daerah, antara lain : SK Kejari
Subang – Jabar Th.1976, SK Kejati Sulsel Th.1977, SK Kejari Lombok Timur
Th.1983, SE Dirjen Bimas Islam – Depag RI Th.1984, SK Kejari Sidenreng –
Sulsel Th.1986, SK Kejari Kerinci – Jambi Th.1989, SK Kejari Tarakan –
Kaltim Th.1989, SK Kejari Meulaboh – Aceh Barat Th.1990, SK Kejati Sumut
Th.1994, SKB Muspida Kuningan – Jabar Th.2003, SKB Muspida Bogor – Jabar
Th.2005, Rekomendasi Bakorpakem 18 Jan 2005 & 16 April 2008.

Kelima, soal prestasi dunia Ahmadiyah. Shamsir Ali begitu bangga dengan
banyaknya cabang Ahmadiyah di dunia, pembangunan tempat ibadah, sekolah,
stasiun televisi, dan sebagainya. Lalu Shamsir Ali menjadikan semua itu
sebagai bukti kebenaran Ahmadiyah. Itu sama sekali tidak berarti, karena
tidak menjadi bukti kebenaran Ahmadiyah. Apakah keberhasilan Yahudi dan
Nashrani di dunia berarti bahwa mereka benar dan lurus ?! Sekali-kali tidak.
Begitu juga keberhasilan Ahmadiyah. Itu semua adalah istidraaj.

Selain itu, tercatat dalam sejarah, sebagaimana dinukilkan oleh ulama
terkenal Pakistan, DR. Ihsan Ilahi Zhahir, dari berbagai sumber Ahmadiyah
sendiri melalui kitabnya Al-Qadiyaniyah Diraasaat wa Tahliil, bahwa pada
tanggal 15 April 1907, MGA menulis bahwa Surat Mubaahalah (saling sumpah dan
siap untuk dilaknat) kepada Asy-Syeikh Abul Wafa Tsanaa-allah Al-Amrtasri
rhm. Dalam Mubaahalah disebutkan bahwa Si Pendusta akan terkena kolera, dan
mati hina dilaknat Allah SWT, sedang Si Jujur akan tetap hidup saat kematian
Si Pendusta. Faktanya, selang13 bulan 11 hari, tepatnya pada tanggal 26 Mei
1908, MGA mati akibat kolera, bahkan sebagian sumber sejarah menyatakan
bahwa MGA mati di WC saat buang-buang air tiada henti seharian. Sedang Si
Jujur Syeikh Tsanaa-allah rhm tetap hidup sampai 40 tahun setelah kematian
Si Pendusta MGA Al-Kadzdzaab. Alhamdulillah.

Akhirnya, saya ingin menegaskan bahwa Islam sangat menghargai Kebebasan
Beragama, tapi Islam tidak pernah mentolerir Penodaan Agama. Islam
mengharamkan pemaksaan umat agama lain untuk masuk ke dalam agama Islam,
bahkan mengharamkan segala bentuk penghinaan dan gangguan terhadap umat
agama lain. Dalam pandangan Islam, bahwa agama lain seperti Kristen , Budha
dan Hindu, memiliki agama dan konsep ajaran sendiri, sehingga mereka mesti
dihargai dan dihormati, serta tidak boleh diganggu selama mereka tidak
mengganggu Islam. Inilah Kebebasan Beragama. Sedang Ahmadiyah
mengatasnamakan Islam tapi menyelewengkan ajaran Islam, sehingga mereka
sudah menyerang, mengganggu dan merusak Islam. Itulah Penodaan Agama.
Karenanya, mereka mesti dilawan dan dilenyapkan untuk menjaga kemurnian
ajaran Islam.




Siapa AKKBB?

Di dunia Islam, masalah Ahmadiyah sudah sangat jelas. Di Indonesia pun,
fatwa MUI sudah sangat jelas menyebutkan bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat
dan berada di luar Islam. Bahkan, setelah melakukan penelitian yang serius
terhadap kelompok ini, Bakorpakem pun sudah memutuskan bahwa Ahmadiyah
memang menyimpang dari ajaran pokok Islam. Maka, sebagaimana diatur dalam UU
No. 1/PNPS/1965, kelompok seperti ini bisa dibubarkan oleh pemerintah.


Tetapi, apa yang terjadi? Di Indonesia, bermunculan kelompok-kelompok yang
mengacaukan kebenaran, dengan mengatasnamakan kebebasan beragama, yang
dengan semena-mena menggalang opini dan kekuatan masyarakat untuk mendukung
aliran-aliran sesat dan merusak Islam, seperti kelompok Ahmadiyah. Salah
satu kelompok yang sangat aktif dalam membela aliran sesat – khususnya
Ahmadiyah -- adalah kelompok yang menamakan dirinya "ALIANSI KEBANGSAAN
untuk KEBEBASAN BERAGAMA dan BERKEYAKINAN", biasanya disingkat AKKBB.


Kampanye-kampanye jahat kelompok ini sangat menyesatkan. Mereka dengan
semena-mena menuduh bahwa umat Islam yang tersinggung keimanannya karena
dilecehkan agamanya oleh Ahmadiyah, adalah kelompok-kelompok yang
membahayakan ke-Indonesiaan. Seolah-solah, hanya kelompok ini saja yang
mencintai negeri ini. Pada tanggal 26 Mei 2008, kelompok ini memasang iklan
besar-besaran di beberapa media massa nasional, yang judulnya: "MARI
PERTAHANKAN INDONESIA KITA!"

Pengantar iklan tersebut berbunyi sebagai berikut:

*MARI PERTAHANKAN INDONESIA KITA

Indonesia menjamin tiap warga bebas beragama. Inilah hak asasi manusia yang
dijamin oleh konstitusi. Ini juga inti dari asas Bhinneka Tunggal Ika, yang
menjadi sendi ke-Indonesia- an kita. Tapi belakangan ini ada sekelompok
orang yang hendak menghapuskan hak asasi manusia itu dan mengancam
ke-bhineka-an. Mereka juga menyebarkan kebencian dan ketakutan di
masyarakat. Bahkan mereka menggunakan kekerasan, seperti yang terjadi
terhadap penganut Ahmadiyah yang sejak 1925 hidup di Indonesia dan
berdampingan damai dengan umat lain. Pada akhirnya mereka akan memaksakan
rencana mereka untuk mengubah dasar negara Indonesia, Pancasila, mengabaikan
konstitusi, dan menghancurkan sendi kebersamaan kita. Kami menyerukan, agar
pemerintah, para wakil rakyat, dan para pemegan otoritas hukum untuk tidak
takut kepada tekanan yang membahayakan ke-Indonesia- an itu. Marilah kita
jaga republik kita. Marilah kita pertahankan hak-hak asasi kita. Marilah
kita kembalikan persatuan kita. (Jakarta, 10 Mei 2008)
*


Bagi umat Islam yang meyakini kebenaran aqidahnya dan meyakini kedustaan
ajaran Nabi Palsu Mirza Ghulam Ahmad, maka iklan semacam itu jelas-jelas
melecehkan aqidah Islam. Apalagi, mereka tegas-tegas membela Ahmadiyah,
kelompok sesat yang jelas-jelas menodai Islam. Lebih menyakitkan lagi, AKKBB
dengan sengaja melibatkan orang-orang non-Muslim untuk turut campur dalam
masalah umat Islam. Padahal, selama ini, umat Islam tidak ikut campur
tangan. Semua ini sangatlah jelas merupakan indikasi adanya campur tangan
kaum kafir dalam mengacak-acak umat Islam. Iklan AKKBB tersebut sangatlah
jahat, karena memposisikan umat Islam yang menolak Ahmadiyah sebagai
orang-orang yang berbahaya bagi negara.

Dalam melihat masalah Ahmadiyah, sebaiknya semua pihak memahami hakekat
ajaran Islam dengan baik. Bagi umat Islam, masalah Ahmadiyah adalah masalah
hidup dan mati, karena sudah menyangkut masalah dasar-dasar keislaman.
Begitulah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dan Sayyidina Abu Bakar
ash-Shiddiq r.a. dalam menangani masalah nabi-nabi palsu. Jadi, sangat tidak
layak, jika dalam melihat kasus Ahmadiyah, kelompok-kelompok yang ada hanya
mendasarkan pada cara pandang HAM Barat, yang tidak mengenal istilah tauhid
atau syirik, sesat atau tidak sesat.

Jika dicermati, beberapa aktivis AKKBB sebenarnya sudah sangat keterlaluan
dalam melakukan penghinaan terhadap Islam, terhadap Nabi Muhammad saw dan
terhadap al-Quran. Banyak data-data yang telah dihimpun oleh FPI yang
membuktikan hal itu. Misalnya kelakuan seorang aktivis AKKBB yang bernama M.
Guntur Romli (menjadi korban insiden Monas dengan luka bonyok yang sangat
parah). Manusia bejat ini pernah menulis artikel yang dimuat oleh Koran
Tempo, pada tanggal 4 Mei 2007, dimana dia menulis:

*"Al-Quran adalah "suntingan" dari "kitab-kitab" sebelumnya, yang
disesuaikan dengan "kepentingan penyuntingnya". Al-Quran tidak bisa
melintasi "konteks" dan "sejarah", karena ia adalah "wahyu" budaya dan
sejarah." *(Koran Tempo, 4 Mei 2007. artikel berjudul: "Pewahyuan al-Quran:
Antara Budaya dan Sejarah")

Bagi umat Islam, tuduhan Guntur Romli itu sangat keterlaluan. Begitu juga
media massa yang menyiarkannya pun sudah tidak lagi mempedulikan perasaan
keimanan umat Islam. Bagi umat Islam, al-Quran adalah Kitab Suci yang
merupakan Kalamullah. Sebagai orang dari Jaringan Islam Liberal dan Jurnal
Perempuan, Guntur Romli juga sangat aktif dalam melecehkan al-Quran dan
mendukung pengesahan perkawinan homoseksual dan lesbian. Pada tanggal 1
September 2007, Guntur juga menulis artikel berjudul "Muhammad dan Kaum
Cerdik Pandai Kristen" , dimana dia membuat kesimpulan yang sangat salah
tentang Nabi Muhammad saw.

Selama ini umat Islam sudah sanngat bersabar diri dalam menghadapi semua
hujatan terhadap Islam yang dilakukan oleh kelompok-kelompok seperti AKKBB
ini. Atas nama kebebasan beragama, mereka menganggap semua orang bebas untuk
merusak agama, tanpa mempedulikan perasaan keimanan umat Islam.

Di dalam AKKBB juga ada nama Ulil Abshar Abdalla yang sudah sangat masyhur
pikiran dan perilakunya dalam merusak Islam. Ada juga nama Dr. Syafii Anwar
yang aktif menentang fatwa MUI dan menyebarkan paham sesat Pluralisme Agama
dengan dukungan lembaga-lembaga asing. Umat Islam pun tidak akan pernah lupa
gerakan merusak Islam yang dipelopori oleh aktivis AKKBB lainnya seperti
Siti Musdah Mulia yang merusak syariat Islam dengan mendukung perkawinan
antar-agama dan perkawinan sesama jenis. Semua manusia-manusia jenis inilah
yang selama ini telah semena-mena merusak Islam dan kemudian menjadi pembela
kelompok sesat Ahmadiyah.

Kita patut bertanya, apakah umat Islam disuruh diam saja saat agamanya
dirusak oleh manusia-manusia dari AKKBB tersebut? Apa kita disuruh bengong
saja melihat manusia-manusia tersebut semena-mena melecehkan Islam,
melecehkan al-Quran, dan melecehkan Nabi Muhammad saw? Ajaran Islam yang
mana yang mengajarkan seperti itu? TIDAK ADA! Kecuali yang sudah tidak
peduli lagi dengan agamanya, dan sudah tercekoki paham-paham sesat
sekularisme dan liberalisme. Umat Islam adalah umat yang cintai damai,
tetapi umat Islam jauh lebih mencintai kebenaran.

Sejak dikeluarkannya fatwa MUI tentang Ahmadiyah tahun 2005, orang-orang
yang terlibat dalam AKKBB memang sudah tidak henti-hentinya mencerca MUI dan
membela Ahmadiyah. Hal itu bisa dilihat dari kelompok yang bernama Aliansi
Masyarakat Madani, yang orang-orangnya juga hampir sama dengan orang-orang
AKKBB. Beberapa saat setelah fatwa MUI keluar, kelompok ini pada tanggal 29
Juli 2005 mengadakan jumpa pers yang secara terbuka membela Ahmadiyah dan
mengecam MUI. Bahkan salah satu kemudian mengatakan bahwa MUI adalah tolol.
Yang hadir waktu itu ialah diantaranya: Ulil Abshar Abdalla, Abdurrahman
Wahid, Dawam Rahardjo, Johan Effendi, M. Syafii Anwar, Romo Edi (Konferensi
Wali Gereja Indonesia-KWI), dan Pdt Weinata Sairin (Persekutuan
Gereja-gereja di Indonesia-PGI).

Pada waktu itu, Dawam Rahardjo mengatakan, bahwa MUI adalah sumber konflik
agama dan tidak menghargai hak asasi manusia. Selain itu, dalam hal
pelarangan Ahmadiyah, MUI mengalami kesesatan berpikir dan bertindak. Dawam
Rahardjo juga aktivis AKKBB. Pada tanggal 22 Juli 2005, kelompok Aliansi
Masyarakat Madani ini pun mendesak agar MUI mencabut fatwa tentang kesesatan
Ahmadiyah.

Tampak pula dalam daftar aktifis AKKBB nama Amien Rais, mantan Ketua MPR,
dan ini tidak mengherankan karena dalam rekaman "Selayang Pandang Ahmadiyah"
yang disebarluaskan Jemaat Ahmadiyah melalui http://www.youtube.com/, dengan
jelas Amien Rais berpelukan dengan Khalifah Ahmadiyah saat berkunjung ke
Indonesia dan menyambut baik langkah-langkah Ahmadiyah dalam men'syiar'kan
ajarannya di Amerika dan Eropa. entah kecolongan atau kesengajaan, Amien
sama sekali tidak mempertimbangkan aspek kesesatan akidah Ahmadiyah ini, dan
lebih memandang kesuksesan propaganda Ahmadiyah di banyak negeri.

Dari aktivitas para aktivis AKKBB tersebut, kelihatan dengan sangat jelas,
bahwa selama ini memang mereka sangat aktif dalam mendukung Ahmadiyah. Umat
Islam di belahan dunia lain sudah paham masalah Ahmadiyah, akan tetapi
justru masalah Ahmadiyah sengaja dibela oleh kelompok-kelompok liberal
seperti AKKBB. Oleh sebab itulah, umat Islam – termasuk juga FPI – sangat
paham siapa AKKBB dan apa saja kegiatan mereka.

Umat Islam di Indonesia sangat menghormati hukum yang berlaku, karena
itulah, umat Islam menyerahkan urusan Ahmadiyah kepada pemerintah, dengan
menggunakan perangkat-perangkat hukum yang ada. Namun, kita sangat memahami,
karena begitu besarnya penghinaan Ahmadiyah kepada Islam, maka umat Islam
juga tidaklah mudah untuk terus-menerus disuruh sabar. Apalagi,
kelompok-kelompok seperti AKKBB ini terus-menerus mendapat dukungan media
massa liberal di Indoensia yang tidak mau peduli dengan perasaan umat Islam.
Mereka hanya mahu kebebasan dan kebebasan. Mereka tidak peduli apakah agama
itu rusak atau tidak. Prinsip seperti itu sangat berbeda dengan prinsip FPI.


Penutup

Terhadap masalah-masalah teknik penanggulangan kemunkaran, apakah dengan
menggunakan "tangan", "lisan" atau "hati", kami sangat mengimbau agar umat
Islam, khususnya orang-orang yang dianggap tokoh dan cendekiawan – agar mau
belajar lagi tentang Islam, dengan membuka kembali ajaran Nabi Muhammad saw
dan para ulama yang sangat dihormati oleh umat Islam.
Berikut ini kami kutipkan beberapa ajaran tentang amar ma'ruf nahi munkar,
sebagaimana ditulis oleh Imam al-Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumuddin.
(Berdasarkan terjemah oleh Moh. Zuhri, dkk.):
Abnu Abbas r.aa berkata: "Ditanyakan: Wahai Rasulullah, apakah desa
dibinasakan sedangkan di tengah-tengah mereka ada orang-orang shaleh?"
Beliau bersabda: "Ya". Ditanyakan: "Disebabkan apa wahai Rasulullah?" Beliau
bersabda: " Disebabkan mereka menganggap remeh dan diam kepada
perbuatan-perbuatan yang mendurhakai Allah Ta'ala."
Jadi, misi FPI adalah menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, sebagaimana yang
diamanahkah oleh Rasulullah saw, baik dengan "tangan", "lisan" maupun
"hati". Tentu semua tidak ingin jika hanya memiliki "selemah-lemah iman"
karena hanya mampu melakukan amar ma'ruf nahi munkar dengan "hati" saja.
Karena itu sangatlah tidak sepatutnya, jika ada orang mengaku Muslim, tetapi
justru membenci aktivitas amar ma'ruf nahi munkar. Lebih aneh lagi jika ada
yang malah mendukung kemunkaran, atau bahkan bersekutu dengan kaum yang
jelas-jelas berbuat kemunkaran besar dalam Islam, seperti kelompok
Ahmadiyah. (***)



Diterbitkan oleh :
DEWAN PIMPINAN PUSAT – FRONT PEMBELA ISLAM
Jakarta, 3 Juni 2008


[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke