Email kaya gini dipercaya??? Males bangeeeet.......!!!!!

--- On Tue, 6/10/08, Angelina Sondakh <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Angelina Sondakh <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [ppiindia] Fwd: Wajah Islam yang kukenal, oleh Muslihah Razak
To: ppiindia@yahoogroups.com
Date: Tuesday, June 10, 2008, 12:32 PM










    
            ---------- Forwarded message ----------

From: Darmawan <[EMAIL PROTECTED] com>

Date: Jun 9, 2008 1:52 PM

Subject: [mediacare] Wajah Islam yang kukenal, oleh Muslihah Razak

To: [EMAIL PROTECTED] ps.com



Cerita Muslihah Razak di bawah ini harus menjadi bahan evaluasi bagi

pembesar negeri ini.

Muslihah Razak telah menjadi korban jualan agama yang tidak sesuai

dengan isinya (bandingkan orang beli obat yang isinya tidak sesuai

dengan yang digambarkan dalam kemasan. Dalam kemasan disebut obat

damai engga taunya isinya obat perang melawan kafir).

Dalam dunia perdaganan hal seperti itu disebut penipuan dan

pelakukan dapat dibawa ke meja hijau untuk mempertanggunjawabk an

perbuatannya menipu orang lain.

Selain membuka ke publik bahwa ada penipuan di mana yang diucapkan

si penjual agama tidak sesuai dengan isi juga perlu diusut bagaimana

sampai orang mudah dibohongi bahwa Muhammad yang pernah memimpin

perampokan, memimpin perang dan pernah punya istri hingga sebelas

orang dan istrinya-istrinya itu disetubuhinya secara bergiliran

setiap hari, bisa diterima sebagai orang baik yang punya sikap

lembut dan penuh kasih, anti kekerasan, pemaaf dan cinta damai.

Agar korban seperti Muslihah Razak tidak bertambah banyak para

pemimpin negeri ini perlu segera bertindak terutama mengambil

langkah agar generasi muda tidak lagi mengalami seperti apa yang

dialami Muslihah Razak.

Salam



Namaku Muslihah Razak, lahir dari keluarga kyai di sebuah desa yang

di Kabupaten Cirebon. Dari kecil aku sudah bersekolah di sekolah

agama. Pada sore harinya, aku juga ikut belajar kitab dan tata

bahasa Arab, juga sekolah malam hari yang khusus mengkaji kitab-

kitab kuning. Selesai Tsanawiyah aku langsung memasuki pesantren

selama 4 tahun, dan kemudian melanjutkan ke IAIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, yang kini sudah berganti nama menjadi UIN, dengan mengambil

Fakultas Syariah.

Aku bangga dengan keislamanku, dengan panutan suri tauladan Nabi

Muhammad. Beliau adalah seorang revolusioner, seorang yang lembut dan

penuh kasih. Ajarannya begitu luhur, mampu merangkul dan melindungi

semua kelompok apapun agamanya. Bagiku Muhammad bukan hanya sebuah

nama atau pribadi tapi dia adalah akidah yang hidup. Raganya sudah

meninggalkan kita tapi ajarannya akan hidup sepanjang jaman.

Muhammad adalah kita semua, cerminan sikap yang lembut dan penuh

kasih, anti kekerasan, pemaaf dan cinta damai. Aku bangga dengan

keislamanku sampai ada peristiwa yang begitu menamparku dan

membuatku merasa sangat terhina dan malu. Pada peringatan 63 tahun

Hari Kelahiran Pancasila, 1 Juni 2008 di Lapangan Monas yang lalu,

sekelompok orang dengan memakai kaos FPI berbendera hijau

bertuliskan La Ilaha Ilallah, menyerang kami sambil mengumandangkan

Allahu Akbar.

Tatapan mereka sangat beringas. Teriakan ibu-ibu, suara tangisan anak

kecil, jeritan perempuan-perempuan tidak membuat hati mereka luluh.

Tidak ada satupun dari kami yang melakukan perlawanan. Kami hanya

menghindar sampai terpojok didepan tugu yang di kanan kirinya ada

pembatas. Kami masih tetap diburu walaupun sudah terpojok.

Dari atas tugu mereka bahkan melempari kami dengan batu-batu besar

yang pasti sudah dipersiapkan sebelumnya, karena batu sebesar itu

tidak ada di taman Monas.

Mereka memakai pentungan dan bambu berpaku untuk memukul teman-teman

yang tidak bisa menaiki tembok pembatas taman. Teman-teman yang sudah

jatuh tersungkur pun, masih ditendang dan diinjak-injak.

Mereka menyerang siapa saja, tidak peduli orang Kristen, Hindu,

Budha, Konghucu. Ibu-ibu yang memakai pakaian muslim pun mereka

pukuli. Aku bahkan melihat ada anak kecil yang kepalanya dibenturkan

ke tembok.

Teman-teman kami banyak yang terluka. Tidak sedikit yang harus di

rawat di rumah sakit, karena gegar otak, kepalanya bocor, atau memar.

Luka fisik dapat kami obati, tapi luka batin begitu dalam.

Secara pribadi sebagai muslimah aku begitu shock melihat bangsaku

begitu beringas. Saat ini aku masih trauma mendengar kalimat Allahu

Akbar, tulisan syahadat, dan semua panji-panji Islam. Semua

nilai-nilai Islam yang kuyakini dari kecil seperti hancur berantakan.

Aku marah dan tidak rela FPI mewakili Islam. Islam yang mereka bawa

sama sekali tidak mencerminkan Islam yang lembut yang aku kenal.

Islam tidak perlu pembela seperti mereka yang tidak punya hati,

mereka yang tidak mampu mendengar jeritan dan tangisan saudara

sebangsanya sendiri.

Kata "maaf" terbersit dalam hatiku karena saat mereka meneriakkan

yel-yel Islam, aku sempat menjawab dalam hati, kalau kalian Islam

biarkan aku menjadi kafir karena aku tidak mau menjadi bagian dari

kalian.

Aku yakin lebih bangak muslim yang waras daripada mereka yang tidak

waras. Namun suara mereka terlalu keras karena hanya itu yang mereka

punya untuk menutupi kekerdilan hati mereka.

Karena itu, mari teman-temanku kita saling bergandengan tangan. Mari

kita membuat Nabi Muhammad terlahir setiap hari dengan perbuatan kita

yang mencerminkan ahlak beliau yang penuh kasih.

Kami yakin darah dan air mata teman-teman tidak sia-sia karena begitu

banyak mata melihat kebrutalan FPI. Tidak ada satupun ummat islam

yang mau kalian wakili, kecuali orang-orang yang hatinya keras

seperti batu.

Aku mencintai kalian semua teman-temanku di FPI. Aku yakin kalian

hanya kurang memahami. Tidak usahlah berbicara tentang agama yang

jelas-jelas melarang kekerasan. Tapi bicara dengan kemanusiaan pasti

kalian masih terketuk hatinya untuk tidak lagi menyakiti dan

melakukan tindakan anarkis.

Aku akan bergabung dengan kalian mencintai Nabi Muhammad sebagai

uswatun hasanah. Dan seperti Nabi Muhammad, mari kita menciptakan

perdamaian di manapun kaki kita berpijak.



[Non-text portions of this message have been removed]




      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke