Ikut nimbrung nih.
 
Saya kira, persoalannya bukanlah tentang Islam itu toleran dengan 
keyakinan yang berbeda atau tidak. Soal perbedaan yang macam-macam di tubuh 
Islam itu memang sudah sejak lama ada. 
Namun meskipun berbeda, fundamennya tetap sama, yaitu TIADA 
TUHAN SELAIN ALLAH DAN NABI MUHAMMAD ADALAH UTUSANNYA. Jadi jika kemudian hal 
yang elementer ini ada perbedaan, logikanya, mana mungkin dong dinamakan Islam.
 
Tapi kalau melihat sinetron monas yang menurut saya sukses ditayangkan itu, 
isyu tentang Ahmadiyah hanya dijadikan sekadar alat untuk kepentingan 
pengalihan lajunya demonstrasi menentang BBM, bukan untuk menyelesaikan soal 
Ahmadiyah dengan sebenarnya. Sebab, seperti banyak kita ketahui, saat ini 
pemerintahan Bush sedang terancam ekonominya gara-gara bangkrut membiayai 
perang di Irak. Dan pemerintah Indonesia yang presidennya konon punya "hutang 
jasa" kepada Amerika di saat masih berkampanye dulu, mau tidak mau harus 
tahu diri, ikut mensukseskan agenda Amerika itu, yaitu berperan dalam 
menaikkan harga minyak di negeri sendiri. Padahal hampir semua tambang 
minyak negeri ini sudah dikooptasi oleh negaranya Bush itu, dan ketika 
dinaikkan lagi (dan ini yang ketigakalinya lho), maka makin sengsaralah rakyat 
negeri ini.
Selain itu, yang lebih celakanya lagi, konon, para intelektual kita macam 
Goenawan Mohamad, Gus Dur, Adnan Buyung Nasution dll itu, katanya ikut pula 
terlibat dalam pembuatan skenario sinetron monas yang terjadi kemarin. Nah, 
kalau semua ini benar, maka nyaris mustahil membayangkan negeri ini bisa 
bangkit dari keterpurukannya.


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke