Metodologi Berpikir Para Pembela Nabi Palsu
oleh: AKMAL


assalaamu’alaikum wr. wb.
 
Sebagian orang membela para Nabi palsu dengan ucapan yang diusahakan supaya 
terdengar Islami.  Berbagai
dalil disampaikan, tapi justru dalil-dalil yang dikemukakannya itu
semakin membuat kita yakin bahwa mereka memang telah sangat jauh dari
Al-Qur’an.  Sebutlah misalnya argumen “Allah
tidak memberi cap sesat pada mereka, maka kita pun tak boleh memberi
cap sesat pada orang lain.”  Orang-orang ini
menghendaki agar Allah memberi petunjuk fisik yang 100% pasti untuk
membedakan mana yang baik dan mana yang sesat.  Bukankah
logika mereka sama persis seperti orang-orang kafir dalam Al-Qur’an
yang seringkali menantang para Nabi dan Rasul untuk memohon kepada
Allah agar menimpakan azab dengan segera, jika memang mereka berada di
pihak yang salah?  Sebagai perbandingan, rujuklah pada kisah Nabi Hud as. di 
surah Al-A’raaf.
 
Sebagian diantara mereka mengambil dalil dari ayat di bawah ini :
 
“Sesungguhnya
Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang orang yang mendapat
petunjuk.”
(Q.S. Al-An’aam [6] : 117)
 
Dengan ayat ini, mereka berpendapat bahwa hanya Allah-lah yang tahu siapa yang 
sesat dan siapa yang tidak.  Ironis
sekali jika pendapat ini harus datang dari mereka yang mengaku
‘kontekstualis’, ‘tidak literalis’, dan ‘komprehensif’ dalam memahami
ajaran Islam.  Pasalnya, mereka tidak melihat konteks pembicaraan di sekitar 
ayat tersebut.  Kalau
menilik ayat-ayat sebelumnya, jelaslah bahwa ayat tersebut bermaksud
bahwa kita hanya akan mendapat petunjuk kalau kembali kepada
aturan-aturan Allah, dan bukan mengikuti sebagian manusia yang patuh
pada hawa nafsunya masing-masing.  Selain itu,
deskripsi kesesatan telah sangat banyak dijelaskan di dalam Al-Qur’an,
dan karenanya, hanya mereka yang bodoh sajalah yang berpendapat bahwa
manusia tak mungkin bisa membedakan mana yang sesat dan mana yang tidak.
 
Ada juga yang menggunakan dalil ayat berikut ini :
 
“...Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.”
(Q.S. An-Nahl [16] : 125)
 
Argumen ini malah lebih tidak jujur lagi, karena memotong seenaknya bagian awal 
ayat tersebut.  Beginilah terjemahan lengkap dari ayat tersebut :
 
“Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(Q.S. An-Nahl [16] : 25)
 
Pernyataan
bahwa Allah lebih mengetahui siapa yang sesat dan mendapat petunjuk
sama sekali tidak menegasikan kenyataan bahwa manusia juga bisa
mengenali orang-orang yang sesat.  Jika tidak
bisa mengenali orang-orang yang fasik, lantas mengapa kita diperintah
untuk mengecek berita dari mereka (lihat Q.S. Al-Hujurat [49] : 6)?  Jika
tak mungkin mengenali orang-orang munafik, lantas mengapa deskripsi dan
bahaya keberadaan mereka dijelaskan di awal surah Al-Baqarah?
 
Jika
melihat konteks ayatnya (silakan cek ayat-ayat sebelumnya), maka jelas
bahwa ayat ini sama sekali tidak bermaksud mengatakan bahwa manusia tak
bisa mengenali siapa yang sesat dan siapa yang tidak.  Maksud
dari pernyataan ini adalah bahwa (sekali lagi, silakan cek ayat-ayat
sebelumnya) tugas para Nabi dan Rasul hanyalah berdakwah dengan cara
yang baik, dan tak perlu risau dengan banyaknya yang kafir dan
sedikitnya yang beriman, karena Allah lebih mengetahui hal itu.  Tak usah risau 
bagaimana nasib orang-orang beriman di dalam kepungan kekafiran, karena Allah 
Maha Tahu keadaan mereka.  Tak
usah pusing memikirkan azab yang mesti diterima oleh orang-orang kafir,
karena Allah Maha Tahu siapa-siapa saja yang mesti mendapat pahala dan
siapa yang harus diazab, baik di dunia maupun di akhirat.  Dan sekali lagi, 
silakan baca konteks ayat-ayat berikutnya untuk mendapatkan pemahaman yang 
lebih mendalam.
 
Ironi belum berhenti sampai di sini.  Ada juga yang berdalil dengan ayat di 
bawah ini, dengan logika yang kurang lebih sama.
 
Dan
katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu ; maka barangsiapa
yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin
(kafir) biarlah ia kafir”.
(Q.S. Al-Kahfi [18] : 29)
 
Lagi-lagi ketidakjujuran menjadi akar permasalahannya.  Kalau
memang beritikad baik, hendaknya mencantumkan ayatnya secara
keseluruhan, dan lebih baik lagi jika membahas konteksnya secara
komprehensif.  Beginilah bunyi keseluruhan ayatnya :
 
Dan
katakanlah : "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu ; maka barangsiapa
yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin
(kafir) biarlah ia kafir".  Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang 
zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka.  Dan jika mereka meminta 
minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih 
yang menghanguskan muka.  Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat 
yang paling jelek.
(Q.S. Al-Kahfi [18] : 29)
 
Jika ayatnya dipotong (sebagaimana yang telah dilakukan oleh para pembela Nabi 
palsu), maka yang terlihat adalah ‘dakwah pasif’.  Prinsip dakwahnya menjadi : 
“Beriman boleh, kafir pun silakan!”  Maka dakwah pun dipenuhi oleh warna-warni 
ignorance, tanpa daya juang dan tanpa keberpihakan pada kebenaran.
 
Memang
benar ayat ini menuntun Rasulullah saw. untuk berkata “Kebenaran itu
datangnya dari Tuhanmu ; maka barangsiapa yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir.”  Akan tetapi, ucapan ini harus diikuti dengan keberpihakan yang sangat 
jelas.  Sebagian besar ayat tersebut justru membicarakan pedihnya azab bagi 
mereka yang kafir.  Oleh karena itu, jika ayat itu dibaca secara lengkap, maka 
musnahlah kesan ignorant tadi.
 
Lagi-lagi
jika memang menghendaki pemahaman yang komprehensif dan
‘kontekstualis’, maka hendaknya kita meneliti ayat-ayat di sekitarnya.  Kalau
melihat konteksnya, maka jelaslah bahwa ayat di atas adalah semacam
‘penutup’ argumen (yang dituntunkan kepada) Rasulullah saw. terhadap
orang-orang kafir.  Sebelumnya telah begitu banyak argumen diajukan, dan pada 
akhirnya memang hidayah itu tidak mampir dalam dada semua orang.  Sehebat dan 
selogis apa pun argumen kita, jika seseorang memilih untuk tetap kafir maka ia 
akan tetap kafir.  Oleh karena itu, “jika hendak beriman maka berimanlah, dan 
jika hendak kafir maka kafirlah!”  Tapi jangan pernah lupa untuk menceritakan 
pada mereka azab berat yang akan mereka terima akibat kekufurannya.
 
Menyebarluaskan metodologi berpikir yang Islami adalah PR yang sangat besar 
bagi para juru dakwah di negeri ini.  Sebenarnya kita tidak punya banyak waktu 
senggang.
 
wassalaamu’alaikum wr. wb.


      

[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke