http://www.antara.co.id/arc/2008/7/25/indonesia-protes-perundingan-wto-tidak-transparan/

*Indonesia Protes Perundingan WTO Tidak Transparan*


Jakarta (ANTARA News) - *Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu* yang juga
koordinator kelompok negara G-33, memprotes penyelesaian perundingan Putaran
Pembangunan Doha (Doha Development Agenda/DDA) Organisasi Perdagangan Dunia
(WTO) yang dinilai tidak transparan.

"Banyak negara termasuk Indonesia yang tidak mengetahui apa yang terjadi
karena semuanya tidak transparan," kata Mari dalam siaran persnya, Jumat.

Mari mendesak Ketua Komite Negosiasi untuk membuka hasil-hasil pembahasan
yang dilakukan oleh kelompok kecil G-6 (Amerika Serikat, Uni Eropa, Brazil,
India, Australia, dan Jepang) dalam konsultasi untuk mencari penyelesaian
perundingan tersebut.

"Kami mendesak Ketua Komite Negosiasi agar semua proses yang dilaksanakan
dilakukan secara transparan dan lebih terbuka. Kelompok kecil yang terbentuk
hendaknya hanya membahas isu-isu yang terkait dengan kelompok tersebut dan
tidak membahas seluruh isu perundingan," tegasnya.

Dirjen WTO, Pascal Lamy mengatakan hasil pembahasan kelompok kecil G-6 akan
dibawa ke pertemuan keputusan modalitas penuh perundingan akan dibawa ke
pertemuan "green room" dan selanjutnya disampaikan pada sidang Komisi
Negosiasi Perdagangan.

Green room merupakan perundingan tertutup antara 17-20 anggota WTO yang
dianggap mempunyai peran penting dan dapat mewakili anggota lainnya.
Beberapa negara yang terus terlibat dalam Green room antara lain AS, UE,
Jepang, Swiss, Australia, Brazil, India, Indonesia, Guyana, Nigeria dan
Mauritius.

Lamy menegaskan, keputusan penyelesaian modalitas penuh perundingan
pertanian dan akses pasar produk manufaktur (Non Agricultural Market
Access/NAMA) harus dapat selesaikan hari ini (25/7).

Untuk itu, Lamy mengimbau para menteri untuk memberikan keputusan politis
dan melakukan konsultasi dengan pemerintah pusat masing-masing.

Sejak 21 Juli 2008, para menteri anggota WTO berkumpul di Jenewa untuk
melanjutkan perundingan sistem perdagangan dunia yang macet sejak 2006 lalu.
(*)


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke