Amerika lg..amerika lg..ga da bosen2nya nyontoh hal yg burux dr
pejuang HAM dunia ini, heran deh!
wajarlah boz, namanye jg koran 'cenggo' tempo2 bener, tempo2 salah,
sesuai ma namanye hehe


Bias Berita Tentang Islam Diimpor dari AS

tuesday, 29 July 2008
Biasnya pemberitaan tentang Islam selama ini disebabkan pengidolaan
pers lokal terhadap media Barat, demikian ujar seorang menulis 


Hidayatullah.com--Wartawan senior, Amran Nasution mengatakan, biasnya
pemberitaan tentang Islam selama ini disebabkan pengidolaan pers lokal
terhadap media Barat.

"Bias yang diimpor dari Amerika Serikat. Wartawan-wartawan Amerika itu
sudah dihinggapi praduga yang parah terhadap orang Arab, Islam, kulit
berwarna, dan sebagainya," kata Amran dalam diskusi tentang media
sekaligus acara peluncuran versi baru situs Hizbut Tahrir Indonesia di
Wisma Antara, Jakarta, (28/7) kemarin. 

Contoh nyatanya kata Amran, adalah pemuatan foto Panglima Komando
Laskar Islam (LKI), Munarman sedang mencekik seseorang di halaman muka
harian Koran Tempo  awal Juni lalu. Tanpa konfirmasi, Koran Tempo 
menulis keterangan Munarman sedang mencekik anggota Aliansi Kebangsaan
untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan.

Ternyata keterangan Tempo  salah. Pria yang dicekik adalah anggota
Laskar Islam yang dilerai Munarman agar tidak bertindak anarkistis.
Kata Amran, cara-cara ini dipraktekkan oleh media AS untuk mendukung
invasi Amerika ke Iraq pada tahun 2003 lalu.

"Ini jelas penyesatan. Tempo  sekarang jadi pejuang," kata mantan
wartawan Majalah Tempo  di era Orde Baru ini. Padahal, sambung Amran,
kata "pejuang" dahulunya sering dipakai sesama wartawan Tempo  sebagai
ejekan terhadap wartawan yang cenderung menyerang atau membela suatu
pihak.

Turut memberi tanggapan, Edi Utama dari kantor berita Antara
mengatakan, ada dua kemungkinan mengapa media yang bersangkutan
bertindak demikian. Pertama karena media itu ikut dalam suatu grand
design. Kedua, karena ingin mengejar pasar.

Edi mengakui tindakan media yang memuat foto salah itu adalah teknik
penggiringan opini. Faktanya pelanggaran kaidah jurnalistik. "Tidak
kali ini saja. Media itu memang langganan digugat," kata Edi.      

Turut menjadi pembicara,  Juru Bicara HTI Ismail Yusanto dan Pimpinan
Redaksi Majalah Suara Hidayatullah Mahladi. Ditanya tentang masalah
obyektivitas dan keberpihakan media, Mahladi tegas mengatakan medianya
berpihak.

"Kami tegas berpihak kepada Islam. Apa yang menjadi musuh Islam
menjadi musuh kami," ujar Mahladi. Sebagai konskuensi, medianya sering
mendapat kritikan dari luar, termasuk dari pejabat pemerintah. Bahkan
diakuinya, Suara Hidayatullah bersama media Islam seperti Sabili kerap
disebut sebagai media sektarian. [surya/www.hidayatullah.com]

Kirim email ke