--- In ppiindia@yahoogroups.com, "agussyafii" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bernasib Baik
> 
> 
> sumber, http://agussyafii.blogspot.com
> 
> 
> Sungguh satu kebahagiaan buat saya bisa lahir dan besar di kota 
Tulung
> Agung. Kota dimana saya dibesarkan dengan lingkungan orang-orang 
yang
> bernasib baik. Setiap pagi ayah saya mengajak jalan-jalan di
> alun-alun. ada penjual roti, kami berdua selalu membeli. Setiap
> kelebihan uang kembalian, ayah saya selalu memberikan buat penjual
> roti tersebut. saya ingat kata-kata ayah pagi itu, "Perbuatan baik
> akan membuat kita bernasib baik."
> 
> Sekarang dalam sehari-hari saya selalu saja bertemu dengan orang-
orang
> yang bernasib baik karena perbuatan-perbuatannya yang baik. mereka
> bekerja sebagai profesional muda sekaligus relawan kemanusiaan yang
> sigap membantu sesama. Terkadang kami berkumpul di masjid Agung Al-
> Azhar dengan banyak agenda kemanusiaan, bukan hanya mengorbankan
> waktu, tapi juga tenaga dan materi.berkumpul dengan teman-teman yang
> menyediakan waktu untuk peduli kepada penderitaan orang lain seolah
> memiliki kekuatan yang menambah energi bagi yang lainnya. Energi itu
> muncul dari hati yang baik, hati yang baik melahirkan
> perbuatan-perbuatan baik sehingga orang yang setiap langkah kaki dan
> tindakannya untuk kebaikan membuat mereka bernasib baik.
> 
> Itulah sebabnya Harapan saya pada tulisan ini juga dibaca oleh 
mereka
> yang bernasib baik diruang maya ini. Sehingga makin banyak orang 
yang
> melakukan tindakan-tindakan baik bagi sesama dimanapun mereka 
berada.
> sebagaimana yang diajarkan Nabi SAW, "Khoirunnas anfa'uhum linnas"
> Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bermanfaat bagi sesamanya.
> 
> Wow, sungguh indah hidup ini..
> 
> sumber, http://agussyafii.blogspot.com
> 
> 
> Salam Cinta,
> agussyafii


Sungguh indah hidup ini. Saya setuju sekali mas Agus. Juga, bahwa 
manusia yang terbaik, adalah manusia yang bermanfaat bagi sesama. 
Tidak menysuahkan, apalagi tidak menyalahgunakan kewenangan dengan 
menekan atau memeras sesama atau yang lebih lemah. benar sekali.

Keperdulian sosial adalah inti ajaran sang Gautama. Yang merukana 
mata rantai dari jalan kehidupan. Ini juga merupakan kondisi utama 
sebuah masyarakat yang sudah matang, Civil Society. Dimana masyarakat 
masih urakan, berlaku hukum yang kuat, siku sikutan, tawuran, konflik 
sosial menjadi acara harian.

Salam

Danardono



Kirim email ke