Menarik....

Sebenarnya membunuh bisa dilakukan dengan berbagai cara 
Dan yang paling sering dilakukan adalah melalui ucapan 
Jadi memang barangkali kita harus berhati2 dengan kalimat2 kita 

Namun perasaan kebencian juga adalah bentuk bunuh diri yang berkepanjangan

Pengampunan bisa menjadi transenden, karena ada kegembiraan dalam
melepaskan ketidaksenangan dan kepedihan.

Kita adalah merupakan misteri bagi satu sama lain.
Dan aspek yang paling sulit untuk diukur adalah kemampuan untuk
mengampuni diri sendiri.
Mengapa kita begitu keras terhadap diri sendiri ?
Kerinduan akan keadilan adalah kemarahan yang menyatukan kita, maka
begitu penting untuk mengampuni diri sendiri.

Pengampunan juga mengandung resiko, namun itu adalah tanggapan yang
berani.
Karena siapa yang paling menderita ?
Kita dengan puas berpendapat bahwa kita adalah orang yang baik yang
telah dilukai, dan karena itu akan membuat orang lain menderita dengan
tidak memaafkan mereka. Orang lain itu mungkin terluka, tapi kitalah
yang paling menderita.

Hal ini tidak berarti bahwa kita mampu melupakan apa yang telah
terjadi, karena mengampuni seseorang tidak berarti memperbolehkan
tindakan tersebut.

Kata2 yang paling tepat adalah membebaskan dan menghilangkan,
menghilangkan berarti tidak memasukkan dan melibatkan suatu kemampuan
yang disadari

Cheston percaya bahwa orang tidak perlu melupakan, tapi secara sadar
menghilangkan informasi atau kepedihan sehingga tidak menentukan masa
depan kita 




--- In ppiindia@yahoogroups.com, Vincent Liong <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> alternatif kasus Ryan: Dorongan Membunuh, Rasa Keadilan dan
Perhitungan Manfaat
> e-link diskusi:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/3870 
> http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/24565 
> 
> 
> 
> 
> Dorongan Membunuh, Rasa Keadilan dan Perhitungan Manfaat
> -alternatif pembahasan kasus Ryan / Verry Idam Henyansyah-
> 
> Ditulis oleh: Vincent Liong / Liong Vincent Christian
> Tempat, Hari & Tanggal: Jakarta, Senin, 11 Agustus 2008
> 
> 
> 
> Ketika lahir, seekor singa memiliki dorongan untuk tumbuh dan
memperjuangkan kelangsungan hidupnya (eros), untuk bisa tetap hidup ia
perlu membunuh hewan lain (pathos), kegiatan membunuh memiliki
konsenkwensi dirinya tetap hidup karena masih tercukupi kebutuhan
makanannya dengan memakan daging hewan tersebut, hewan lain mengalami
kematian (tanatos) dan pada akhir hidupnya seekor singa tesebut pun
akan mengalami kematian. Tiap dorongan baik eros, pathos maupun
tanatos memiliki klimaks orgasmenya sendiri-sendiri seperti kenikmatan
dalam hubungan seksual. 
> 
> Sebagai makhluk hidup pemakan segala; pemakan daging dan
tumbuh-tumbuhan manusia juga turut mewarisi insting yang dimiliki oleh
hewan pemakan daging. Jadi ada tiga macam dorongan yang sifatnya tidak
disadari, yang mempengaruhi segala tindakan yang dilakukan manusia,
yaitu: Eros(dorongan untuk hidup), Pathos(dorongan untuk membunuh) dan
Tanatos(dorongan untuk mati). 
> 
> 
> Di zaman ini banyak sekali penelitian mengenai ranah eros pada
manusia, tetapi penelitian tentang pathos dan tanatos sangat jarang,
karena meneliti dan membahas dorongan membunuh dan dorongan kematian
dianggap kejam, tidak manusiawi dan tidak beradab. 
> 
> Banyak usaha dilakukan untuk mengabaikan, meniadakan dan menekan
dorongan membunuh dan dorongan kematian ini, misalnya dengan
pendidikan agama dan nilai moral tentang apa yang baik dan tidak baik
untuk dilakukan. Dalam pendidikan ini diasumsikan bahwa manusia pada
dasarnya adalah baik, dan memiliki derajat yang lebih tinggi daripada
binatang, sehingga diharapkan dapat meniadakan prilaku kebinatangan
tersebut. Permasalahannya: Apakah dorongan naluriah tersebut bisa
diabaikan atau ditiadakan? Atau yang terjadi adalah dorongan naluriah
tersebut hanya ditekan saja? 
> 
> Bilamana dorongan membunuh dan dorongan kematian tersebut hanya
dapat ditekan, tidak dapat dihilangkan atau ditiadakan; maka ada
resiko bila tumpukan dorongan yang ditahan tersebut telah mencapai
tingkat tertentu, maka seperti ember yang terus-menerus diisi air
lama-lama akan luber tidak terkontrol. 
> 
> 
> Orang gila adalah orang yang tidak menyadari kegilaannya, sehingga
kegilaan tersebut dapat muncul tiba-tiba dengan tidak terkontrol;
Kalau seseorang telah mampu menyadari kegilaan-kegilaan yang
dimilikinya, maka tentunya orang tersebut tidak akan kelepasan
melampiaskan kegilaannya di tempat yang tidak semestinya. Pada
tempat-tempat tertentu suatu kegilaan bisa dilampiaskan tanpa
merugikan pihak lain di luar diri kita. Dan pada tempat yang lain
pelampiasan kegilaan dapat merugikan pihak lain, yang menimbulkan
konsekwensi; orang lain tersebut merespon dengan membalas merugikan
diri kita. 
> 
> “Kesadaran” itu; Seperti tuntutan akan keadilan yang selalu
terbatasi oleh perhitungan manfaat (untung-rugi); Seperti kebebasan
yang semakin bebas maka tuntutan tanggungjawab juga semakin besar;
Seperti manusia membuat sistem-sistem untuk menguntungkan dirinya,
pada akhirnya diperbudak oleh sisitem-sistem yang diciptakannya sendiri. 
> 
> 
> Ketika saya memiliki suatu dendam, karena di masa lalu seseorang
pernah merugikan saya, bahkan sampai mengancam keselamatan nyawa
anggota keluarga saya. Dalam hati tentunya saya ingin membalas dendam
untuk menuntut keadilan. Bila saya tidak memiliki kesadaran, tentunya
saya saat ini telah melakukan pembalasan dendam karena saya memiliki
kemampuan untuk melakukannya. Tetapi nyatanya, sampai hari ini saya
belum melakukan pembalasan dendam. Mengapa saya belum melakukan
pembalasan dendam?! Kata Kong Hu Cu; “Manusia melakukan apa yang
menguntungkan dirinya.” 
> 
> Pembalasan dendam belum tentu menguntungkan diri saya. Memang, kalau
saya membalas dendam maka ada perasaan puas yang saya dapatkan, karena
saya merasa telah mendapatkan keadilan. Tetapi konsekwensinya, saya
bisa saja mendapatkan hukuman baik secara fisik (dipenjara), materi
(waktu, pikiran dan tenaga terbuang ke semangat membalas dendam dan
melupakan urusan yang lain), maupun moril (bisa terjadi balas berbalas
dendam tidak berujung). 
> 
> Kalau saya tidak membalas dendam, maka konsekwensinya perasaan puas
karena keinginan mendapatkan keadilan tidak terpenuhi. 
> 
> Atau ada cara lain agar perasaan keadilan tetap terpenuhi dan
pembalasan dendam tidak perlu dilakukan? Caranya adalah dengan
mengkondisikan situasi, agar musuh saya (orang yang pernah merugikan
saya tersebut) terpancing untuk terus berusaha mencari kebenaran dan
keadilan bagi dirinya, tanpa memperhitungkan perhitungan manfaat
(untung-rugi) dalam hubungannya dengan pihak lain, termasuk diri saya.
Akibatnya orang tersebut akan merugikan pihak lain (bukan saja diri
saya), sehingga pihak lain-lah yang akan menuntut keadilan dengan
membalas kejahatan orang tersebut. 
> 
> Dorongan mengadili pihak lain berkonsekwensi diadili pihak lain.
Seperti Iblis yang sebelum berkhianat kepada Allah Yang Esa adalah
malaikatnya yang setia, pada akhirnya berkhianat karena
ke-angkuhan-nya untuk merasa berkemampuan mengerti kebijaksanaan Allah
Yang Esa, yang memacu dirinya berusaha menegakkan keadilan yang adalah
kebijaksanaan Allah Yang Esa. 
> 
> 
> Kesadaran akan membunuh dan mati dibunuh, mengadili dan diadili,
kebebasan dan tanggungjawab didapatkan ketika seseorang menyadari
pengalaman dari dua peran yang berbeda, satu peran terhadap peran yang
lain. Banyak pemerintahan memiliki caranya masing-masing dalam
menanggulangi dorongan membunuh dan dorongan kematian ini, misalnya
dengan pertunjukan gladiator dan berbagai jenis eksekusi mati di depan
khalayak umum yang telah terjadi dalam sejarah peradaban manusia;
telah terbukti secara signifikan menurunkan tingkat kriminalitas.
Menyadari membunuh orang lain dan menyadari dibunuh orang lain ketika
berempati menonton pertunjukan gladiator dan eksekusi mati di depan
publik; menteror masyarakat dengan pemenuhan kebutuhan dorongan
membunuh dan dorongan kematian, sehingga maksyarakat memiliki
kesadaran akan rasa keadilan yang selalu berhadapan dengan perhitungan
manfaat.         
> 
> Masing-masing negara yang tidak memiliki pertunjukan gladiator dan
berbagai jenis eksekusi mati di depan khalayak umum seperti Indonesia,
memiliki cara berbeda dalam melampiaskan dorongan membunuh dan
dorongan kematian; misalnya dengan semangat mendukung kesebelasan
sepakbola yang disukai, baik di pertandingan di dalam dan luar negeri
(semangat menang dan semangat kalah). 
> 
> Tetapi sayangnya tetap saja ada yang tidak tersadarkan oleh semangat
nonton sepakbola dan sejenisnya, sehingga akhirnya memilih untuk
melampiaskannya, dengan cara yang tidak disadari konsekwensi
perhitungan manfaat (untung-ruginya); misalnya yang baru-baru ini
terjadi yaitu tindak kejahatan Verry Idam Henyansyah alias Ryan yang
membunuh dan memotong-motong korbannya. 
>    
> 
> Orang gila adalah orang yang tidak menyadari kegilaannya, sehingga
kegilaan tersebut dapat muncul tiba-tiba dengan tidak terkontrol;
Kalau seseorang telah mampu menyadari kegilaan-kegilaan yang
dimilikinya, maka tentunya orang tersebut tidak akan kelepasan
melampiaskan kegilaannya di tempat yang tidak semestinya. Pada
tempat-tempat tertentu suatu kegilaan bisa dilampiaskan tanpa
merugikan pihak lain di luar diri kita. Dan pada tempat yang lain
pelampiasan kegilaan dapat merugikan pihak lain, yang menimbulkan
konsekwensi; orang lain tersebut merespon dengan membalas merugikan
diri kita. 
> 
> 
> 
> Ttd,
> Vincent Liong / Liong Vincent Christian
> founder of Kompatiologi
> Jakarta, Senin, 11 Agustus 2008 
> 
> 
> Download for Free (tidak perlu membership) Update Terbaru
> E-Book “Kompatiologi : Logika Komunikasi Empati”
> e-link:  http://antonwid.gilaupload.com
> * file PDF:  http://antonwid.gilaupload.com/Kompati_LKE.pdf
> * file Ms.Word:  http://antonwid.gilaupload.com/Kompati_LKE.rtf
> File PDF dan RTF(Ms.Word) bebas virus sehingga aman untuk didownload.
> 
> 
> Send instant messages to your online friends
http://au.messenger.yahoo.com
>


Reply via email to