Posted by: "Satrio Arismunandar" [EMAIL PROTECTED] 
Fri Aug 22, 2008 8:43 am (PDT) 
Logikanya tidak nyambung. Ketika Nabi mau menyolatkan orang kafir, beliau 
dilarang oleh Allah SWT (yang disampaikan lewat perantaraan Jibril).
 
Karena otoritas Allah berada di atas otoritas Nabi, maka tentu yang harus 
dipatuhi umat Islam adalah Allah. Nabi sendiri, setelah turunnya perintah 
Allah, tentu tunduk dan patuh.
 
Jadi, aneh sekali kalau seorang Kyai justru menjadikan tindakan Nabi mau 
menyolatkan orang kafir (yang kemudian dilarang Allah) sebagai contoh yang 
benar dan patut ditiru. 
 
Kecuali, kalau sang kyai sendiri memang TIDAK percaya pada hadist tersebut. 
Artinya, di sini kita masuk ke suatu masalah yang lain (soal benar-tidaknya 
hadist tersebut).
 
Saya setuju bahwa warga NU (dan semua umat Islam) harus mengamalkan ajaran 
Islam yang rahmatan lil alamin. Tapi mungkin ilustrasi yang dipilih Pak Kyai 
kurang pas.

### Membaca dengan hati bukan dengan ego itu yang pas buat mas satrio.
Jelas ilustrasi diatas kalau kita baca dengan hati akan nyambung, entah mas 
satrio melihatnya hanya dengan mata dan kemampuan logika mas satrio yang 
walaupun brilian untuk ukuran orang indonesia dan bisa disebut cerdas tetapi 
tetap saja bahwa logika itu terbatas.
Mari kita cek lagi tulisan dibawah walaupun apa yang ditulis belum tentu sama 
dengan yang dikatakan langsung oleh sang kyai tsb atau maksud dari kata-kata 
beliau.
Yang jelas ilustrasi bahwa nabi mau mensholatkan abdullah bin ubaid itu 
menunjukkan bahwa nabi didalam hatinya sudah timbul keinginan untuk datang dan 
mensholatkan musuh beliau yang kafir, jadi dalam hati beliau itu ada rasa 
sayang kepada sesama tanpa melihat isi dalam hatinya orang tersebut ==> ini 
yang dijadikan contoh yang perlu ditiru, jadi kalau mau bantu orang jangan dulu 
nanya KTP yang mau dibantu, entah kalau mas satrio.....
Sedangkan cerita selanjutnya adalah sebagai penutup cerita dan pembatas bahwa 
dalam hal berinteraksi sosial dan berbuat baik itu selama tidak dalam ranah 
ibadah itu bisa dilakukan terhadap siapapun dan tanpa melihat sisi agama 
sedangkan untuk masalah ibadah yaitu mensholati mayit orang kafir maka 
Rosullulloh SAW itu dibatasi oleh aturan dari Alloh SWT dimana ada turunnya 
ayat yang melarang Rosullulloh SAW untuk mensholati dan beribadah sesuai dengan 
aturan agama sang mayit tetapi untuk ikut berbela sungkawa tidak ada larangan 
sehingga hal tersebut boleh dilakukan.
Jadi lebih mudah kita melihat dengan nilai positif dibandingkan kita melihat 
secara negatif dan berburuk sangka, apalagi kalau mas satrio mau mengaji 
kekyai-kyai NU yang juga ulama thareqot daripada selalu mengikuti kajian 
kelompok "pembenci" yang setiap pengajiannya diisi oleh ceramah kebencian 
terhadap kaum lain, bahkan saya sampai saat ini masih mendengar khotbah jum'at 
yang menjelekkan amalan ibadah umat muslim yang lain misal yang terakhir adalah 
masalah Nishfu sya'ban......tanyaken napa...? Kalau nggak cocok kenapa 
menistakan ibadah orang lain.

Regards 

--- On Fri, 8/22/08, mediacare <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: mediacare <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [ppiindia] Re: [mediacare] Warga NU Harus Berlatih Amalkan Ajaran 
Islam Rahmatan lil Alamin
To: "zamanku" <[EMAIL PROTECTED]>, ppiindia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED], 
"media jatim" <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Friday, August 22, 2008, 9:50 PM

----- Original Message ----- 
From: Harry fadil 
To: [EMAIL PROTECTED] ps.com 
Cc: muhibbun_naqsybandi @yahoogroups. com ; gusdur mania 
Sent: Friday, August 22, 2008 8:21 PM
Subject: [mediacare] Warga NU Harus Berlatih Amalkan Ajaran Islam Rahmatan lil 
Alamin

Warga NU Harus Berlatih Amalkan Ajaran Islam Rahmatan lil Alamin 
Jumat, 22 Agustus 2008 20:10 

Kudus, NU Online
Maraknya ekstrimisme di kalangan umat Islam belakangan ini, menjadi persoalan 
tersendiri meski Islam tak mengajarkan hal itu. Karenanya, warga Nahdlatul 
Ulama (NU) harus mulai berlatih mengamalkan ajaran Islam rahmatan lil alamin 
(berkah bagi alam semesta).

Demikian disampaikan ulama kharismatik, KH Sya'roni Ahmadi, pada pengajian 
kitab Tafsir Al Ibriz karya KH Bisri Mustofa, di Janggalan, Kudus, Jawa Tengah, 
beberapa waktu lalu.

Pada pengajian yang dihadiri ribuan umat Islam itu, Kiai Sya'roni-panggilan 
akrabnya-mengatakan, fenomena terorisme yang mengatasnamakan Islam dan segala 
sikap keras umat Islam kepada penganut agama selainnya, merupakan sikap yang 
bertentangan dengan semangat Islam.

Ia menuturkan, Rasulullah Muhammad selalu bersikap kasih dan sayang terhadap 
umatnya. Diceritakannya, suatu hari Abdullah bin Ubaid, seorang munafik yang 
sangat memusuhi Nabi, meninggal. Anaknya meminta kain kepada Nabi sebagai 
penutup jenazahnya dan menshalatinya. Nabi menyetujui.

Padahal, saat itu, tindakan yang dilakukan Nabi ditentang Sahabat Umar, dengan 
alasan Allah melarang hal demikian.

Ketika Nabi sampai di pintu rumah Abdullah, Malaikat Jibril turun menyampaikan 
wahyu yang menerangkan larangan menshalati dan mengikuti prosesi pemakaman 
orang kafir.

"Itu menandakan bahwa Rasulullah sangat sayang terhadap umatnya, walaupun kafir 
sekalipun, inilah yang seharusnya kita latih," tegasnya, seperti dilaporkan 
Kontributor NU Online, Zakki Amali.

Dijelaskannya lagi, Nabi selalu mendoakan umatnya yang tidak tahu terhadap 
kebenaran agama Islam atau yang belum mengimani agar mendapat hidayah dari 
Allah.

Pengajian Tafsir Al Ibriz dilaksanakan setiap Rabu malam. Majelis serupa juga 
digelar di Masjid Muamar, Janggalan, Kudus, setiap Senin usai shalat Subuh, dan 
di Masjid Al Aqsha atau Masjid Menara Kudus setiap Jumat selepas Subuh. (rif) 


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to