katanya, belum jadi manusia jawa sejati bila belum membaca serat centhini.
dan, kata teman kuliah saya dulu, belum menjadi manusia universal bila belum membaca dr zhivago. :-)) At 05:06 AM 8/28/2008 +0000, you wrote: >Menyedihkan diantara 10 orang yang saya tanya tentang "Kitab >Centhini" >hanya satu orang yang pernah dengar (itupun belum baca) sisanya lebih >tahu Kitab Kamasutra, ironis.............. > >Serat Centhini, sebuah karya penting dalam sastra Jawa yang ditulis >pada abad ke-19, saya kira, bisa memberikan sedikit gambaran, >bagaimana agama Islam dipersepsi oleh orang-orang Jawa, terutama oleh >lapisan elite Salah satu teori yang dikemukakan oleh sejumlah ahli >adalah teori mengenai "sinkretisme", atau percampuran antara Islam >dengan unsur-unsur lokal Jawa dalam cara yang tidak genuine dan >sedikit agak dipaksakan. Sebutan "sinkretisme" sebetulnya mengandung >semacam ejekan: bahwa Islam tidak lagi tampil sebagai dalam wujudnya >yang asli, tetapi sudah tercampur dengan unsur-unsur yang eksternal >sifatnya. Islam yang "sinkretis", sebagaimana kita lihat dalam >masyarakat Jawa, dengan demikian menggambarkan suatu genre keagamaan >yang sudah jauh dari sifatnya yang "murni" di tempat asalnya di Timur >Tengah. dalam masyarakat ini. Serat Centhini, sebagaimana kita tahu, >ditulis oleh sejumlah pujangga di lingkungan Keraton Surakarta yang >diketuai oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amengkunagara III, >putra mahkota Sunan Pakubuwana IV. Karya yang terkenal dengan sebutan >Serat Centhini atau Suluk Tambangraras-Amongraga ini ditulis pada >tahun 1742 dalam penanggalan Jawa, atau 1814 dalam tahun Masehi. >Karya ini boleh dikatakan sebagai semacam ensiklopedi mengenai dunia >dalam masyarakat Jawa. Sebagaimana tercermin dalam bait-bait awal, >serat ini ditulis memang dengan ambisi sebagai perangkum baboning >pangawikan Jawi, atau katakanlah semacam database pengetahuan Jawa. >Jumlah keseluruhan serat ini adalah 12 jilid. Aspek-aspek ngelmu yang >dicakup dalam serat ini meliputi persoalan agama, kebatinan, >kekebalan, dunia keris, kerawitan dan tari, tata cara membangun >rumah, pertanian, primbon atau horoskop, soal makanan dan minuman, >adat istiadat, cerita-cerita kuna mengenai tanah Jawa dan lain- >lainnya. >Pandangan "pluralisme" sudah ada masa itu, keharmonisan antara >beperapa agama, hindu, budha dan Islam terjalin begitu eratnya tanpa >mempermasalahkan perbedaaan, Bandingkan dengan sekarang? >Contoh konkrit, orang samin yang yang sudah ratusan tahun menganut >agama Adam harus mengalami pemaksaan masalah legalisai kependudukan, >di KTP agamamu harus islam, karna lima agama ini yang resmi diakui >pemerintah, begitu kata pak camat terhadap orang Samin yang ngurus >KTP di daerah Kudus. >Agama sudah mengalami pemaksaan, padahal ibadah kan urusan manusia >sama TUHAN kenapa kita harus urusin ibadah saudara-saudara kita yang >menganut agama Samin. Contoh yang paling anyar adalah teman2 dari >Ahmadiyah harus mengalami intimidasi. Apalagi harus mengekor kepada >sebuah agama bernama Islam dalam doktrinya terhadap >Ahmadiyah....Walah susahnya kalo tidak "Berfikir" dalam memahami >sebuah firman Tuhan, terima mentah "Otak dicuci" dengan sebuah >doktrin Agama tanpa memahaminya secara dalam, akhirnya lahirlah >amrozi, ghufron, osama dan beperapa Pilar 'Radikalisme" yang mungkin >sudah melahirkan "Embrio" baru. Di indonesialah justru >pemahaman "Garis keras" menjamur sepertinya "laris manis" karna >secara ekonomi bangsa kita mengalami lompatan kebelakang alias mundur >"paham - paham " garis keras mudah sekali merasuk, secara materi di >suport dan yang paling urgen adalah "iming iming " SURGA....... >he...he... sudah saatnya berbenah secara bathin, saling mengasihi >sesamanya mari kita cuci otak kita, Dengan otak yang Kreatif,otak >produktif dan otak yang Damai. >Alangkah indahnya negeri ini.........salam damai dan selalu merdeka >dengan cinta kasih. >Mau Download kitab centhini, empat puluh malam satunya hujan klik di > >www.madruhi.multiply.com > > [Non-text portions of this message have been removed]