Iya Bang...
Gampang an juga yg ini khan Bang (tinggal teriak doang...) ?!?!?

Allhu Akbar !!! Allahu Akbar !!!   Jambaak !!! Jambaak !!! Jambaak !!!



On Sat, Aug 30, 2008 at 12:52 PM, si pitung <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
>
> Sayangi Syaithan ?
> http://akmal.multiply.com/journal/item/690
>
>
> assalaamu¢alaikum wr. wb.
>
> Sangat menarik melihat banyak orang mencoba memahami agama Islam melalui 
> jalur yang berkelok-kelok dan penuh intrik.  Semakin rumit jalannya, semakin 
> cerdas kelihatannya.  Padahal
> Allah dan Rasul-Nya justru menganalogikan agama yang benar sebagai
> ¡jalan yang lurus¢ ; sederhana, mudah dipahami, tidak ambigu, tidak
> membingungkan, memberikan solusi dan bukannya malah menambah keraguan.
>
> Saya
> pribadi berpendapat Islam tak akan pernah ditemukan dalam filsafat,
> selama filsafat itu masih berputar-putar dan tidak mengambil ¡jalan
> yang lurus¢.  Justru Islam akan lebih mudah dipahami dengan logika 
> engineering, di mana metode yang paling sederhana adalah solusi terbaik dalam 
> segala permasalahan.
>
> Zainun Kamal, salah seorang dosen liberalis, pernah ¡tertangkap basah¢ ketika 
> tengah mencela para ulama di dalam kuliahnya.  Imam
> al-Ghazali, contohnya, disebut-sebut sebagai orang putus asa karena tak
> mampu melawan filsafat dengan kecerdasan akalnya, kemudian ia
> menyendiri mencari ilham.  Saking frustasinya, al-Ghazali mengalami berbagai 
> halusinasi, kemudian barulah ia menulis masterpiece-nya (yaitu Ihya¢ 
> ¡Ulumuddin) berdasarkan pengalaman-pengalaman halusinasinya tersebut.  Zainun 
> Kamal pun tidak lupa mendoktrin para mahasiswanya bahwa di dunia ini yang 
> pintar adalah para filsuf, dan bukan ulama.
>
> Ucapan Zainun Kamal ini bisa diuji secara empiris.  Sejak dahulu sampai 
> sekarang, kaum filsuf tak pernah memberikan solusi apa pun bagi kemanusiaan.  
> Ibnu Sina adalah filsuf sekaligus ilmuwan, namun bukan statusnya sebagai 
> filsuf yang menjadikan namanya besar.  Sebaliknya, justru nama Ibnu Sina 
> tercemar dalam sejarah Islam karena filsafat.  Pada jamannya, hidup pula 
> seorang ilmuwan lain yang justru jauh lebih dominan dan banyak karyanya, 
> yaitu al-Biruni.  Al-Biruni bukanlah seorang filsuf, dan korespondensinya 
> dengan Ibnu Sina sangat terkenal.  Dalam perdebatan tersebut, Ibnu Sina 
> selalu menemui jalan buntu ketika harus menghadapi lontaran-lontaran logika 
> al-Biruni.  Memang, kini nama Ibnu Sina jauh lebih terkenal daripada 
> al-Biruni, namun hal itu dicurigai hanya bagian dari konspirasi media massa 
> Barat saja.  Namun
> George Sarton, seorang ahli sejarah sains internasional, tidak ragu
> mengatakan bahwa al-Biruni adalah ilmuwan terbesar yang pernah ada
> dalam sejarah peradaban manusia.  Fakta
> membuktikan bahwa filsafat nyaris tak ada andilnya sama sekali dalam
> kemajuan peradaban, bahkan lebih sering melahirkan
> kebingungan-kebingungan yang hanya menghabiskan waktu semata.
>
> Salah satu contoh kebingungan yang dihasilkan oleh filsafat adalah mengenai 
> cara menyikapi Iblis.  Iblis adalah satu oknum dari bangsa Jin yang 
> mempelopori pembangkangan kepada Allah SWT.  Mereka yang mengikuti Iblis 
> adalah syaithan, baik itu dari golongan jin ataupun manusia.  Dalam Islam, 
> menentukan sikap terhadap Iblis mudah saja.  Iblis adalah musuh manusia 
> (lihat Q.S. 18:50 dan Q.S. 20:117) yang tidak diragukan lagi kekafirannya 
> (Q.S. 2:34 dan Q.S. 38:74).  Bagi
> orang yang menekuni filsafat, ayat-ayat Al-Qur¢an bisa dikesampingkan
> begitu saja dengan beberapa asumsi mentah, misalnya dengan mengatakan
> bahwa Iblis itu sangat murni tauhid-nya karena tak mau bersujud pada Nabi 
> Adam as..  Padahal, tauhid dan kekafiran adalah dua hal yang sangat bertolak 
> belakang dan tak mungkin didamaikan.
>
> Malahan
> ada pula yang memberi kesan bahwa manusia dan Allah telah bertindak
> tidak adil (Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan kepada-Nya)
> karena telah mendiskreditkan Iblis.  Pendapat ini
> sangat memalukan secara akademis, karena hanya menunjukkan bahwa si
> pengucapnya sangat jarang membuka lembaran-lembaran Al-Qur¢an.  Pasalnya,
> Allah SWT memiliki sifat Maha Pengampun, dan hal itu telah dibuktikan
> sejak Nabi Adam as. dan istrinya melakukan kesalahan dan kemudian
> bertaubat.  Dengan ringannya Allah menerima taubat keduanya.  Sebaliknya, 
> Iblis sama sekali tak berusaha meminta ampun kepada Allah atas 
> pembangkangannya itu.
>
> Baik malaikat maupun Iblis sama-sama ¡protes¢ ketika Allah SWT menciptakan 
> manusia.  Malaikat mempertanyakan kehendak Allah tersebut dengan nada heran, 
> namun tanpa tendensi untuk menggugat (lihat Q.S. 2:30-33).  Bagaimana dengan 
> Iblis?  Tanpa
> banyak tanya dan argumen, Iblis langsung menolak mentah-mentah perintah
> Allah untuk bersujud pada Nabi Adam as., bahkan ia menghina ciptaan
> Allah.  Atas kekurangajarannya ini, Iblis dari surga dan dikutuk hingga hari 
> kiamat.  Pada
> titik ini, semestinya Iblis memohon ampun, namun ternyata ia justru
> meminta diberikan kesempatan agar bisa menyesatkan manusia
> sebanyak-banyaknya.  Saya anjurkan semua orang untuk menikmati sendiri kisah 
> pembangkangan Iblis ini di surah Al-Hijr.
>
> Dengan segala sikapnya yang sangat kelewat batas itu, Iblis tak pantas lagi 
> dikasihani.  Memusuhi Iblis bukanlah sikap tidak adil atau diskriminatif, 
> karena hal itu justru diperintahkan secara gamblang oleh Allah SWT.  Kepada
> orang-orang yang masih juga ¡simpati¢ kepada Iblis, saya sarankan untuk
> bertanya kepada diri sendiri : jika di hadapan Allah Yang Maha Gagah
> Perkasa pun Iblis tidak ingat pada taubat, apakah ia akan bertaubat
> karena ¡rasa kasihan¢ kita?  Akankah Iblis tersadar dari kekurangajarannya 
> jika kita ¡bersikap adil¢ dan ¡tidak diskriminatif¢ kepadanya?  Dan tentu 
> saja, pertanyaan yang paling penting adalah : apakah ada yang lebih adil 
> daripada Yang Maha Adil?  Jika memusuhi Iblis adalah perintah dari Yang Maha 
> Adil, apakah ada sikap lain yang lebih adil daripada itu?
>
> Membaca jurnal yang ini, hati saya merasa tergelitik.  Terlalu banyak 
> nilai-nilai filsafat yang ¡berkelok-kelok¢ yang digunakan untuk memahami 
> ¡jalan yang lurus¢.  Akibatnya, yang mudah menjadi kelihatan susah, sedangkan 
> yang susah dianggap cerdas.  Dalam dunia engineering,
> mengakui kelemahan diri karena tak mampu menemukan sebuah solusi jauh
> lebih terhormat daripada memilih solusi yang susah (atau bahkan masih
> diperdebatkan statusnya sebagai solusi) dan mengesampingkan solusi yang
> sederhana.
>
> Kesalahan pertama bersumber langsung dari narasumbernya.  Sungguh tidak wajar 
> mencari fatwa tentang suatu hal yang berkaitan dengan agama Islam dari 
> seorang paranormal.  Jangankan soal menyikapi syaithan, dalam urusan buang 
> hajat pun kita dilarang untuk mencari nasihat dari seorang dukun.  Ini
> sama saja dengan mencari nasihat finansial dari seorang pencuri, atau
> meminta tips memelihara kesehatan paru-paru dari orang yang
> menghabiskan dua bungkus rokok dalam sehari.  Seorang pelaku kemusyrikan 
> hendak dimintakan fatwa dalam hal agama adalah sebuah kekonyolan yang sulit 
> dicari bandingannya.
>
> Hal lain yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa syaithan dibenci 
> karena perbuatannya, bukan karena hal yang lain.  Selain Iblis, semua makhluk 
> yang diberi predikat sebagai syaithan tidak tertutup kemungkinan untuk 
> taubat.  Jika sudah taubat, maka tanggallah predikat syaithan dari dirinya.  
> Kalau tidak lagi menjadi syaithan, tentu tak ada lagi yang benci padanya.  
> Sirah
> Nabawiyah penuh dengan kisah tentang orang-orang yang dulunya menjadi
> musuh nomor wahid Islam namun kemudian menyambut panggilan dakwah dan
> menjadi salah satu sahabat Rasulullah saw.
>
> Seringkali terjadi kerancuan dalam pandangan para filsuf ketika mereka 
> melihat bagaimana orang-orang Islam begitu membenci syaithan.  Pada dasarnya 
> yang dibenci bukan manusianya, melainkan perbuatannya.  Bahkan
> FPI yang disebut-sebut sebagai ¡aliran keras¢ pun nyatanya bersikap
> sangat lembut kepada seorang artis yang memutuskan masuk Islam, seorang
> demonstran bayaran AKKBB yang ingin bertaubat, dan bahkan konon Ryan
> sang jagal Jombang pun tengah dibina oleh orang-orang FPI.  Banyak yang lupa 
> bahwa permusuhan seorang Muslim kepada syaithan adalah perintah dari Allah, 
> demikian pula pemberian maaf kepada mereka yang bertaubat juga berasal dari 
> perintah Allah SWT.  Kalau sikap kerasnya saja yang disorot, maka bisa jadi 
> muncul kesan bahwa umat Islam bersikap keras pada mereka yang sesat.  
> Padahal, ada juga sisi lembut yang justru lebih dominan.
>
> Istilah ¡menyayangi syaithan¢ juga sangat problematis, karena sikap seorang 
> Muslim bisa terlihat sangat berlainan, tergantung situasi dan kondisi.  
> Sebagai contoh, dalam situasi perang, tidak dimungkinkan adanya hubungan 
> saling menyayangi dengan musuh.  Dalam segala situasi di mana Islam hendak 
> dipojokkan oleh kebathilan, maka setiap Muslim harus mampu memberikan 
> perlawanan.  Lihatlah bagaimana Natsir begitu keras menangkis argumen-argumen 
> dari pihak komunis dalam rapat sidang.  Meski
> demikian, di luar arena debat, beliau tetap bersikap ramah pada mereka,
> antara lain karena beliau sadar bahwa mereka masih diberi kesempatan
> untuk taubat selama nyawanya masih ada.
>
> Akan
> sangat berbahaya jika aliran filsafat ¡memaksa¢ umat Muslim untuk
> senantiasa bersikap ramah dan penuh kasih sayang terhadap syaithan.  Padahal, 
> Rasulullah saw. dan para sahabatnya pun bersikap sangat keras dan tanpa ampun 
> melawan musuh-musuh Allah di medan jihad.  Semestinya sikap keras dalam 
> memberikan perlawanan tidak dipertentangkan dengan sifat pemaaf pada orang 
> yang hendak bertaubat.  Umat Islam sejak dahulu kala sudah paham betul 
> bagaimana harus menyikapi musuh-musuhnya.
>  wassalaamu¢alaikum wr. wb.
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
> ------------------------------------
>
> ***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
> Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
> http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
> ***************************************************************************
> __________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
>
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com
> 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
> 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
> 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>

Kirim email ke