Maaf mas, saya ini bukan siapa-siapa, hanya saja saya sayangkan apabila kemakan trick sok ilmiyah (pseudo scientific) dari penulis buku tersebut. Saya juga tidak melarang siapapun yang ingin membaca bukunya Harun Yahya, hanya saya serukan untuk mewaspadainya. Sebab dia menggunakan fakta-fakta lapangan penelitian dan hasil-hasil studi laboratorium yang dimanipulasi dengan mempergunakan ayat-ayat Al-Quran. Dengan cara ini bisa mengecoh seolah-olah Wahyu Qurani MENENTANG pandangan atau pemikiran tentang evolusi kehidupan di Bumi.
Untuk awam Muslim maupun akdemisi Muslim yang tidak memiliki dasar-dasar sains interdisiplinair (hanya menguasai jurusan yang ditekuninya saja) akan dapat terkecoh oleh penjelasan dan alasan manipulatif dari grup penyokong Harun Yahya, yaitu golongan "Creasionist" dari kelompok-kelompok akademisi gereja-gerja dan sinagog di AS. Hususnya ia mempergunakan sentiment teologis dari kaum Muslimin yang masih kuat berakar dalam kepercayaannya agar mendukung ide-ide kaum kreasionist. Jika mas Didik L Priambudi mempelajari Biologi, Kimia, Mathematika, Fisika, Palaeontologi, Palaeoanthropologi, Geologi dan lain-lain disiplin keilmuan terkait dan mempelajari Al-Quran dalam bahasa Arab Qurani, maka akan dapat sampai kepada kesimpulan bahwa Al-Quranu al-Kariim JUSTRU bersesuaian dengan hipothese, teori, pemikiran Charles Darwin yang pokok tentang evolusi kehidupan di Bumi ini. Wassalam ----- Original Message ----- From: didikelpambudi To: ppiindia@yahoogroups.com Sent: Saturday, October 11, 2008 12:02 PM Subject: [ppiindia] Re: Darwinis Eropa Dilanda Panik Maaf ya, Bung Marconi, tetapi kok Anda melarang-larang orang membaca buku? Memangnya Anda siapa? Saya hari ini kejawen, besok muslim, lusa kristen, minggu depan agnotis, bulan depan atheis, tahun depan budha lalu hindu, apa urusan Anda? Atau ini hanya sindiran saja untuk yang merasa mayoritas? :) Tabik Didik L. Pambudi --- In ppiindia@yahoogroups.com, "A. Marconi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Harap mewaspadai buku/pamflet dari Harun Yahya. Dari argumentasi dan > metodologi fikir Harun Yahya serta logika formal yang digunaknnya lebih > cenderung kepada ritualisme teologi Yudeo-Kristiani daripada metodologi > fikir Wahyu Qurani. > > Wassalam, > A.M > ----- Original Message ----- > From: "si pitung" <[EMAIL PROTECTED]> > To: <ppiindia@yahoogroups.com> > Sent: Thursday, October 09, 2008 10:41 AM > Subject: [ppiindia] Darwinis Eropa Dilanda Panik > > > namanya jg professor, tetep aje manusia biasa, pasti bisa salah & ngawur. > Cuma knp koq profesor keterlaluan ngawurnya, semacam profesor lokal di sini > yg berkampanye legalisasi perkawinan sejenis hihi > emang bener apa kata pak kpala skolah di film laskar pelangi, siswa didik > tdk harus dinilai berdasarkan angka2, melainkan dari hati. Angka2 bs dibeli, > bahkan ijazah palsu aja mudah skali dicetak. Kualitas seorang anak didik > tergantung pikiran & hatinya. Yah mudah2an anak2 didik yg hati & pikirannya > bersih tsb tdk dikotori oleh pikiran profesor ala 'angka2' yg ngawur hehe > mending anak2 deh drpd profesor model bgitu :) > > > Hidayatullah.com--Di > seantero Eropa dan Amerika Serikat serangan tiba-tiba ribuan buku Atlas > Penciptaan karya Harun Yahya, yang membongkar kebohongan teori evolusi > yang merupakan akidah ateisme dan materialisme, terjadi satu-dua tahun > lalu. Meskipun begitu, hingga kini dampak kejiwaan dan kepanikannya > masih terasa. Harun Yahya, tokoh pegiat Penciptaan asal Turki itu pun > menjadi buah bibir media massaterkemuka Eropa hingga saat ini > > Sebut saja Der Spiegel, majalah kondang asal Jerman, baru-baru ini > menerbitkan wawancara dengan Harun Yahya berjudul "Alle Terroristen sind > Darwinisten" > (Semua teroris adalah darwinis). Di Spiegel Online 22 September 2008 > itu (www.spiegel.de), Harun Yahya berbincang di antaranya tentang > kaitan Darwinisme dan ideologi teroris, kebohongan teori evolusi, serta > perancangan cerdas. > > > Lonceng kematian Darwinisme > > Di wawancara itu, wartawan Der Spiegel bertanya > kepada Harun Yahya apakah tahun depan ia akan turut merayakan hari > kelahiran ke-200 Charles Darwin dan peringatan ulang tahun ke-150 > penerbitan bukunya "The Origin of Spesies". Jawab Harun Yahya: > "Itu akan menjadi perayaan keruntuhan Darwinisme. Orang akan heran, > bagaimana orang di seluruh dunia bisa mempercayai Darwinisme, bagaimana > mereka bertahun-tahun telah termakan oleh kebohongan. Bagaimana > ratusan, ribuan universitas dan profesor telah disesatkan..." > "En Belgique, le combat contre le créationnisme s'organise" (Serangan > balik melawan paham Penciptaan sedang diorganisir di Belgia), demikian > judul harian terkemuka Prancis, Le Monde, 7 Februari 2008. Laporan ini > merupakan cermin kegalauan evolusionis menghadapi tersebarnya keimanan > pada penciptaan di negeri itu, dan ditinggalkannya ateisme berkedok > teori evolusi. > Dilaporkan > di artikel itu, para pakar dari sejumlah besar universitas > menandatangani pernyataan bersama di penghujung tahun 2007. Pernyataan > bersama ini menyuarakan ancaman tersebarnya pemikiran penciptaan > menyusul penyebarluasan berjumlah besar buku Atlas Penciptaan, yang menolak > teori evolusi Darwin, > secara gratis ke sekolah-sekolah dan universitas-universitas khususnya. > Sebuah wawancara di VRT menyingkap bahwa siswa Muslim secara khusus > semakin lantang menentang guru-guru biologi berkenaan dengan teori > asal-usul spesies. > Berbagai > program dirancang evolusionis untuk mengembalikan keyakinan masyarakat > kepada teori evolusi, terutama di hari lahir ke-200 Charles Darwin > nanti. Upaya-upaya seperti ini adalah isyarat utama kekalahan teori > evolusi. > Prancis belum pulih > Sedemikian besarnya dampak Atlas Penciptaan, sampai-sampai majalah terkenal > Perancis Science Et Vie (Ilmu Pengetahuan dan Kehidupan) Desember 2007 > mengkhususkan sembilan halaman guna mengulas Atlas Penciptaan-nya > Harun Yahya dan dampaknya terhadap dunia, terutama Perancis. Majalah > tersebut dengan jelas menyingkap kekalahan teori evolusi dan dampak > kejiwaannya yang mengguncang evolusionis. > Di > ulasan majalah itu, Adeline Lecot, profesor ilmu hayati dan ilmu bumi > di sebuah perguruan tinggi di Paris, memaparkan pandangannya tentang > dampak Atlas Penciptaan terhadap teori evolusi. Dia berkata: > "... Penolakan jauh lebih tajam dibanding sebelumnya. Saya mendapati 5 > orang penentang evolusi di kelas saya. Sebagian adalah mahasiswa > unggul. Mereka menguatkan jawaban-jawaban mereka dengan jauh lebih > berani, merujuk pada pembuktian-pembuktian yang dikemukakan Harun > Yahya, yang mereka temukan di internet." > Hal > serupa dilontarkan Annie Mamecier, pejabat penilik umum Kementrian > Pendidikan dan pejabat tinggi di Departemen Ilmu Hayati dan Ilmu Bumi: > "Beberapa hal kadangkala terjadi di mana siswa tingkat atas menulis > jawaban atas pertanyaan ujian tentang teori evolusi sebagaimana yang > telah diajarkan di sekolah, tapi juga menulis bahwa mereka tidak > sependapat dengan teori evolusi," > "Di > kelas, para siswa membuat presentasi tentang bahasan evolusi menurut > hasil buah pikir, lingkungan budaya-masyarakat dan keyakinan agama > mereka sendiri, dan jarang menurut isi bahasan yang diajarkan kepada > mereka", ujar Corinne Fortin, profesor ilmu hayati dan pengarang tesis > tentang pengajaran teori evolusi. > Demikianlah, > ilmu pengetahuan itu sendiri telah menggagalkan jebakan mereka yang > menginginkan orang kembali kepada ideologi-ideologi gelap ateis > materialis warisan dua abad lampau melalui penipuan "Abad Pencerahan" > yang bernama teori evolusi. Setiap kemajuan ilmiah selama 150 tahun > terakhir telah membantah pernyataan-pernyataan yang dikemukakan dalam > lingkungan keterbelakangan ilmu pengetahuan masa Darwin. > > Tembok pertahanan runtuh > > Banyak > ilmuwan sekarang mengakui ketidakabsahan teori evolusi, sehingga mereka > pun lalu berpaling kepada mengimani Allah setelah menyaksikan > bukti-bukti penciptaan, khususnya melalui Atlas Penciptaan > (http://harunyahya.com/indo/buku/atlas/atlas_01.html).. > Di sisi lain ini pertanda jebolnya tembok pertahanan yang melindungi dusta > teori evolusi, sebagaimana diakui oleh majalah Science Et Vie itu: > "En France, > aucune chance qu'émergent pareilles ... [oeuvres] pensait-on. Rien à > craindre d'un tel révisionnisme. L'héritage des Lumières et une longue > tradition laïque n'étaient-ils pas le plus solide des barrages ? Las !" > (Kita > berpikir mustahil karya seperti itu muncul di Perancis. Tidak perlu ada > ketakutan terhadap perubahan pemikiran mendasar seperti itu; Bukankah > warisan abad Pencerahan dan tradisi sekuler lama adalah tembok > bendungan yang merupakan pertahanan terkuat kita? Sayangnya, tidak!). > [wwn/ScienceEtVie/DerSpiegel/www.hidayatullah.com] > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > ------------------------------------ > > *************************************************************************** > Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg > Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. > http://groups.yahoo.com/group/ppiindia > *************************************************************************** > __________________________________________________________ > Mohon Perhatian: > > 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) > 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. > 3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com > 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] > 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] > 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] > Yahoo! Groups Links > [Non-text portions of this message have been removed]