hehe..ini
salah satu contoh hasil 'budi-daya' kaum liberal radikal. 
jika
ditanya knp melakukan hal itu? mereka akan menyalak atau menggonggong, bunyinya
antara laen, "Tidak tidak larangan dalam
Al-Quran, "
 
Jelas gonggongan yg berdasarkan
atas HAWA NAFSU belaka. Amina Wadud pun tdk menjumpai larangan utk menikah dg
monyet, tp apakah beliau tetep bersikeras utk menikah dg monyet???

"tdk ada larangan dlm Alquran" tdk cocok utk hal2 yg bersifat ibadah
amaliah. Dasar hukum suatu ibadah adalah TERLARANG jika tdk ada perintah dari
Allah & RasulNya. Setiap muslim beribadah berdasarkan atas Perintah Allah
& RasulNya bukan atas kehendaknya sendiri. Muslim otomatis
tunduk-patuh  ketika misalnya diperintahkan utk sholat isya 4 rakaat atau
diperintahkan wudhu sebelum melaksanakan sholat dll. Setiap amal ibadah yg
dilakukan oleh muslim wajib berdasarkan atas ilmu, yaitu Alquran dan AsSunnah,
amal tanpa ilmu maka akan tersesat. Mengenai pelaksanaan sholat, Rasulullah saw 
telah memberikan pengajaran yg komprehensif,
lengkap dan mudah dimengerti. beliau bersabda, "sholatlah kalian seperti
aku sholat!"


pastinya, aksi sensasi spt ini akan mendapat dukungan dari orang liberal 
radikal lainnya, walau dg ucapan bernada bingung nan gamang spt ini: "“Itu, 
kalau Wadud salah. Kalau Wadud ternyata
benar, manfaatnya jelas: kita menemukan kebenaran baru. Karena itu, terlepas
dari benar atau salah, pandangan Wadud yang kontroversial sangat penting untuk
dijadikan agenda isu terbuka umat Islam.”"

masa' pendapat bingung nan linglung spt di atas msk ke media sekaliber 
republika siy hehe

yah menggelikan memang menyaksikan tindak-tanduk kaum liberal radikal, mencari 
sensasi
ketika ditanya sebabnya malah menggonggong :)

namanya orang lg nyari duit, jgnkan cuma jd imam sholat jumat yg campur aduk, 
kabah klo perlu mereka akan kencingi, lumayan dpt beasiswa & penghargaan dari 
amerika lho dianggap pembaharu-lah, cendekiawan-lah hehe


 
 
Kembali
Cari Sensasi, Amina Wadud Pimpin Shalat Jumat “Campur Aduk”
 
Hidayatullah.com—Meski aksinya tahun 2005 mengundang protes ulama,
tokoh kebanggaan kaum liberal, yang juga  profesor studi Islam di Virginia
Commonwealth University, Amina Wadud, kembali berulah.
Setelah pernah yang memelopori shalah Jumat dengan
makmum laki-laki dan perempuan, kini, Wadud kembali mengundang kontroversi.
Jumat (17/10) kemarin, Wadud kembali menjadi imam dan khatib di Oxford Centre, 
Oxford.  Wadud
menjadi imam shalat di Pusat Pendidikan Muslim di Oxford dengan makmum
laki-laki dan perempuan, campur-aduk. 
 
Aktivis liberal dari Pusat Kependidikan Muslim
Oxford (MECO), sebagai pihak pengundang Wadud, menggambarkan peristiwa ini sbg
"perlompatan kemajuan untuk takdir teologis".
 
"Tidak tidak larangan dalam Al-Quran, “
katanya.. "Penelitian teologisku dalam intisari agama Islam menunjukkan
kebutuhan bagi kami untuk dapat berpindah jauh dari tradisi yang membatasi
wanita dari kebiasaan praktek memimpin shalat." 
Sementara pemuja Amina Wadud menggelar aksi
sensasinya, Muslimah Inggris di Oxford, Inggris menggelar aksi unjuk rasa.
"Apa yang dilakukan (Wadud) bertentangan
dengan Islam. Saya tidak  sepakat dengan cara-cara seperti itu," kata
Maryanne Ramzy sebagaimana dikutip BBC
News. 
Sebelum menjadi imam shalat, Wadud sempat memberi
khutbah singkat. Shalat  Jumat diimami Amina Wadud ini adalah aksi
pembukaan sebelum memulai Konferensi  Islam dan Feminisme yang digelar di 
Wolfson College, Oxford.
 
Bukan Baru
 
Kasus Amina Wadud ini bukanlah kasus baru. Sebab
sensasinya sudah pernah dilakukan tiga tahun lalu, di mana ia memimpin shalat
Jumat di Synod House, gereja Katedral St. John milik keuskupan di Manhattan, 
New York dengan
mengundang berbagai media massa.
Kasus Wadud ini sempat
mengundang pertanyaan mendasar dalam masalah fikih. Sebab masalah hukum imam
sudah jelas dan tak satupun ulama yang membolehkannya. 
 
Sesaat setelah aksi Amina Wadud, Majma' Al-Fiqhi Al-Islami (MFI),
rujukan tertinggi dalam masalah hukum fikih  Islam di dunia, mengecam
keras aksi 'nyeleneh' ini.  Kantor Arab Saudi SPA, mengutip MFI, menyebut aksi 
sensasi Wadud sebagai
bid'ah yang menyesatkan dan musibah. Apalagi, shalat ‘gaya liberal’ ini 
dilakukan secara
campur-aduk di mana jamaah wanita dan pria berdiri sejajar dan berdampingan.
 
Senada dengan MFI,
ulama besar Syeikh Yusuf Al-Qardhawi juga mengecam keras atas shalat Jum’at
versi Wadud itu. Al-Qardhawi menyebutnya sebagai bid'ah yang munkar.
Menurutnya, dalam sejarah Muslimin selama 14 abad tak dikenal seorang wanita
menjadi khatib Jum’at dan mengimami laki-laki. Bahkan kasus seperti ini pun tak
terjadi di saat seorang wanita menjadi penguasa pada era Mamalik di Mesir.
Al-Qardhawi menegaskan bahwa terdapat konsensus (ijma') meyakinkan yang menolak 
tindakan
Wadud itu. Pasalnya, mazhab yang empat bahkan yang delapan sepakat bahwa wanita
tak boleh menjadi imamnya laki-laki dalam shalat-shalat wajib, meski sebagian
membolehkan seorang wanita yang pandai membaca Al-Qur’an untuk menjadi imam di
rumahnya saja.
Yang mengejutkan, meski para ulama fikih mengecam,
beberapa kalangan di Indonesia,
bahkan yang tidak tahu-menahu masalah hukum Islam justru memberi dukungan.
Ade Armando, seorang pengamat media, misalnya
sempat menulis di Republika. Dalam artikel berjudul, “Amina Wadud”,
ia mengatakan, jika Wadud benar, berarti akan menemukan kebenaran baru. 
“Itu, kalau Wadud salah. Kalau Wadud ternyata
benar, manfaatnya jelas: kita menemukan kebenaran baru. Karena itu, terlepas
dari benar atau salah, pandangan Wadud yang kontroversial sangat penting untuk
dijadikan agenda isu terbuka umat Islam..”. 
Kabarnya, akibat tulisan ini, Ade akhirnya
“ditendang” dari Republika.
Dan biasanya, dukungan seperti ini akan kembali bermunculan lagi. [bbc/cha, 
berbagai sumber/www.hidayatullah.com]

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke