Indonesia Menggugat: 

Serahkan Indonesia kepada Kaum Muda

Oleh: Yohanes Widodo, Sekjen PPI Belanda

Orasi disampaikan dalam Peringatan 80 tahun Hari Sumpah Pemuda Masyarakat 
Indonesia di Belanda, di De Schakel - Burgemeester van Bickerstraat 46A – 1111 
CC – Diemen, 2 November 2008.

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air,
Merdeka !!
 
Saya bersyukur pada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa pada kesempatan yang sangat baik 
ini, saya diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdialog secara langsung 
dengan saudara-saudaraku yang bermukim di negeri Belanda. Sebuah negeri yang 
memiliki keterkaitan historis yang cukup panjang dengan sejarah bangsa 
Indonesia. Atas dasar keterkaitan itu pula, maka bagi saya, kesempatan langka 
ini akan saya coba maknai sebagai upaya untuk mempertautkan masa lalu bangsa 
kita dengan masa kini. Bagi saya, masa lalu adalah turut membentuk masa kini.  
 
Saudara-saudaraku se-Bangsa dan se-Tanah Air
 
Tahun 2008 ini merupakan tahun yang penuh dengan momentum bersejarah bagi 
bangsa Indonesia. Tahun ini adalah peringatan 100 tahun peristiwa Kebangkitan 
Nasional, 80 tahun peristiwa Sumpah Pemuda, 63 Tahun Proklamasi Kemerdekaan, 
dan 10 tahun Gerakan Reformasi.
 
Peristiwa-peristiwa besar ini memiliki semangat yang berbeda pada jamannya. 
Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908, digelar dalam semangat melawan belenggu 
kolonialisme melalui pengorganisiran kelas menengah terdidik. Sedangkan Sumpah 
Pemuda 28 Oktober 1928, muncul dalam gairah merajut persatuan nasional. 
Proklamasi 17 Agustus 1945, dikumandangkan sebagai upaya menegakkan kedaulatan 
politik. Sementara Gerakan Reformasi 1998 yang dimotori gerakan mahasiswa, 
menjadi pendobrak sekaligus mengakhiri kebekuan sistem otoritarianisme 
Soeharto-Orde Baru.  

Saya akan menyampaikan ceramah dan orasi saya ini dalam lima bagian. Pertama, 
Kaum muda dalam sejarah. Kedua, Sekilas Sumpah Pemuda. Ketiga, Refleksi Sumpah 
Pemuda. Keempat, Politik Kaum Muda. Kelima, Perspektif Masa Depan. Keenam, 
Penutup.

1. Kaum Muda dalam Sejarah

Saudara-saudaraku se-Bangsa dan se-Tanah Air

Sejarah telah membuktikan bahwa kaum muda selalu menjadi motor perubahan. Di 
berbagai belahan dunia, kaum muda muncul sebagai kekuatan pendobrak yang 
melahirkan perubahan. Gerakan pembebasan nasional di Turki, diawali oleh 
kebangkitan kaum muda yang membangkitkan nasionalisme Turki tahun 1889. Di 
Eropa, kondisi kehidupan pekerja yang sangat buruk di masa awal sistem 
kapitalisme membangkitkan aliansi pekerja muda dan mahasiswa dalam gerakan 
menuntut pemberlakuan 8 jam kerja sehari, dan penghilangan bentuk kekerasan 
terhadap pekerja. 

Di Eropa, Amerika Latin, Afrika, dan Asia kebangkitan perlawanan rakyat 
berdampingan dengan kebangkitan kembali kaum muda. Kaum muda berada di barisan 
terdepan dalam penolakan UU Kontrak Kerja Pertama (CPE) di Perancis, atau 
perlawanan terhadap rasialisme di Amerika. Semua itu adalah gejala sekaligus 
pembuktian bahwa sebenarnya kaum muda tidak boleh diremehkan.

Dalam sejarah Indonesia sendiri, pelajar terdidik di Negeri belanda pertama 
kali mencetuskan konsep nasionalisme Indonesia dalam program perjuangannya. 
Gagasan progressif sejumlah pemuda Indonesia di negeri Belanda yang mendirikan 
Indische Party bergulir bagaikan air bah menyadarkan kelompok pemuda dan 
mahasiswa yang lain. Saat itu, organisasi kaum muda dan massa tumbuh bagaikan 
jamur di musim hujan, menyambut konsep gagasan nasionalisme Indonesia yang 
dilontarkan oleh kaum muda. 

Lahirnya sumpah pemuda tahun 1928 merupakan salah satu stage dari perjalanan 
kebangkitan kaum muda Indonesia dalam membebaskan bangsanya. Boleh dikatakan 
bahwa kaum mudalah sebagai sang pelopor. Bahkan karena semakin menonjol, 
Benedict Anderson (1972) menyimpulkan bahwa jiwa revolusi Indonesia adalah kaum 
muda. 

Posisi kaum muda ditempatkan oleh bung Karno di tempat setingi-tingginya. Bung 
Karno pernah mengatakan:  “Beri aku seribu orang, dan dengan mereka aku akan 
menggerakan Gunung Semeru! Tapi berilah aku sepuluh pemuda bersemangat, maka 
aku akan mengguncang dunia,” (Pidato Ir. Soekarno dalam Kongres Pemuda 
Indonesia 1932 di Surabaya)
 
Bung Karno telah memberikan gambaran bahwa betapa hebatnya pemuda. Hanya dengan 
modal semangat, pemuda mampu menaklukan dunia. Begitu memang yang terjadi. 
Dinamika negara tidak luput dari gerakan kaum muda. Jatuhnya orde lama di tahun 
1966 dimotori oleh aksi mahasiswa, rezim orde baru yang sudah berkuasa selama 
32 tahun pun digulingkan oleh gerakan pemuda di tahun 1998. Itu merupakan bukti 
dari kekuatan kaum muda. 

Kaum muda merupakan sosok yang penting dalam setiap perubahan, karena kaum muda 
bergerak atas nilai-nilai idealisme dan moralitas dalam melihat persoalan yang 
ada. Mereka adalah sosok yang merindukan perubahan dan sesuatu yang baru dalam 
hidup ini.
 
Maka di negara manapun, sosok kaum muda selalu menjadi perhatian yang khusus 
oleh banyak kalangan. Sebab di tubuh kaum muda inilah segenap tumpuan masa 
depan bangsa dipertaruhkan. Orang bijak sering mengatakan, masa depan bangsa 
yang baik adalah masa depan yang memiliki kaum muda yang unggul, kompetitif dan 
baik pula saat sekarang. 

Sebagai contoh kita lihat misalnya di India, melalui tangan Manmohan Singh, 
menteri keuangan India, yang menyekolahkan anak-anak muda India ke luar negeri 
dan menyerap ilmu terbaik langsung dari sumbemya telah mengubah wajah India 
saat ini. Sehingga Bangalore dan Hyderabad telah menjadi semacam technopark 
seperti halnya Lembah Silikon di Amerika Serikat.
 
Begitu pula yang kita saksikan dengan kebijakan Deng Xiao Peng untuk 
mengkapitalisasi perekonomian Cina kemudian membuka kesempatan besar bagi 
pemuda-pemuda Cina untuk belajar ke luar negeri, hasilnya telah mengubah wajah 
Cina menjadi raksasa ekonomi di awal abad 21 yang ditakuti oleh Amerika Serikat 
dan Uni Eropa. 

Perhatian dan optimisme bangsa bersama kaum muda untuk melakukan sebuah 
perubahan tentu benar adanya demikian, sebab sosok kaum muda adalah sosok yang 
memiliki karakter yang unik. Di antara keunikannya itu adalah, bahwa kaum muda 
memiliki semangat baru dan senantiasa bergejolak, keberanian untuk mengambil 
resiko besar, serta memiliki pandangan yang jauh menembus masanya. Buktinya, 
melalui tangan kaum mudalah kemerdekaan Republik ini bisa direbut dari jajahan 
kolonial. 

2. Sekilas Sumpah Pemuda

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air,

Perjalanan bangsa Indonesia tidak akan terlepas dari sejarah dan tentu 
perjuangan rakyat yang tidak kenal menyerah. Didalam kungkungan penjajahan 
Belanda, para pemuda kita berani melakukan pertemuan yang sangat bersejarah, 
yang terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928, dalam pertemuan tersebut tercetus 
satu sumpah yang sangat monumental, yang sekarang dikenal sebagai Sumpah Pemuda.

Sumpah Pemuda merupakan sumpah setia hasil rumusan Kerapatan Pemoeda-Pemoedi 
Indonesia atau dikenal dengan Kongres Pemuda II, dibacakan pada 28 Oktober 
1928. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai "Hari Sumpah Pemuda".

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar - 
Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari 
seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung 
yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Khatolieke Jongenlingen Bond 
(KJB), Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, ketua PPI Soegondo Djojopuspito 
berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para 
pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan 
hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa 
memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, 
dan kemauan.

Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost Java Bioscoop membahas 
masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, 
berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada 
keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik 
secara demokratis.

Pada sesi berikutnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan 
demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan 
kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan 
sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan 
dalam perjuangan.

Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu "Indonesia Raya" karya Wage Rudolf 
Soepratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. 
Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang 
hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia. 

Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi 
pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, 
Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, dll. Di antara mereka 
hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay 
Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie serta Kwee Thiam Hong sebagai 
seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond.

Isi Soempah Pemoeda :

PERTAMA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, 
Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.
KEDOEA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, 
Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia.
KETIGA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, 
Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia.

3. Refleksi Sumpah Pemuda

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air,

Hari ini kita bersama-sama memperingati dan mencoba menjadikan Peringatan 
Sumpah Pemuda 1928 sebagai sentral. Peringatan Sumpah Pemuda kali ini perlu 
menekankan bahwa: Cita-cita Indonesia Raya bukanlah tragedi sehingga harus 
terus diperjuangkan. Komitmen untuk merayakan Sumpah Pemuda ini untuk melihat 
semangat para pemuda di masa silam, memaknai vitalnya persaudaraan Indonesia. 
Dengan menekankan bahasa satu, bangsa satu dan tanah air satu.

Jika dulu, dengan segala keterbatasannya baik dari persoalan transportasi dan 
komunikasi, para pemuda mampu menemukan titik-titik simpul persaudaraan 
Indonesia, mengapa kini sebaliknya, dengan terbukanya akses, perkembangan alat 
transportasi dan komunikasi, peralihan pemerintahan dari Belanda ke Indonesia, 
mengapa malah sebaliknya cita-cita Indonesia kurang dipupuk kembali?

Sumpah Pemuda dulu diucapkan dengan penuh keyakinan. Apakah budi luhur semacam 
ini masih lah merupakan semangat para pemuda Indonesia. Pertanyaan untuk pemuda 
saat ini, bagaimana menemukan semangat itu? Dengan segala keterbukaan (akses 
komunikasi dan trasnportasi, dll) mengapa usaha untuk saling menemukan 
titik-titik simpul Indonesia malah cenderung menjadi titik konflik.

Sehingga pertanyaannya, dengan segala kompleksitas persoalan Indonesia 
kontemporer bagaimana Kreativitas Pemuda Indonesia menghadapi tantangan zaman 
ini. Rekomendasinya, Negara Indonesia bukan lah tragedi, sebab negara yang mau 
maju selalu belajar dari sejarah dan kesalahannya. Republik Indonesia bukan lah 
suatu kesalahan yang terus-menerus dikecam, tetapi sebaliknya di posisi ini 
Pemuda dituntut untuk keluar memberikan solusi kreatif bagaimana memimpin 
dialog dalam ruang-ruang yang berbeda, sehingga Indonesia bukan lah jargon 
tetapi semangat persaudaraan khas Nusantara.  Artinya mampu berdialog dengan 
berbagai orang yang berbeda. Mampu melihat tantangan zaman, dan mampu memimpin 
dan terlibat dalam perubahan. 

Sejarah Sumpah Pemuda merupakan tanda mata dari para orang tua kita yang mampu 
melihat melampaui kondisi mereka situasi saat itu. Dengan merekomendasikan tiga 
simpul pemersatu. Saat ini dengan semakin terbukanya berbagai alat komunikasi, 
maka pertanyaannya: sejauh mana para pemuda Indonesia telah mampu merumuskan 
simpul-simpul Indonesia?

Sumpah adalah keyakinan. Sumpah adalah pelaksanaan dari kata-kata. Indonesia 
adalah perjuangan sehingga berbagai tantangan di dalamnya harus diselesaikan 
dengan kreatif. Berbeda adalah biasa, tetapi yang luar biasa adalah bertemu 
dalam berbagai perbedaan. Kata kuncinya, pemuda Indonesia tetap harus kreatif 
dalam memberi visi memimpin bangsa Indonesia. Tak hanya memberi visi, tetapi 
aksi merupakan perwujudan dari visi.  

Pada poin ini saya ingin menekankan bahwa dengan segala kesulitan kita butuh 
visi, 
dan dengan segala keterbukaan kita tidak harus merasa takut dan pesimis 
terhadap masa depan Indonesia, tetapi melihat sebagai tantangan. Di sisi ini 
peran pemuda adalah leading untuk mengajak semua pihak berdialog.

Saya meyakini bahwa kita masih punya harapan, karena sumpah adalah keyakinan. 
Para pemuda 1928 telah membuktikan bahwa semangat mereka kemudian berbuah pada 
proklamasi Indonesia tahun 1945. Tanpa keyakinan itu dan karakter visioner dari 
pemuda, tak ada Proklamasi.

Aktualisasi dari Sumpah Pemuda adalah spirit itu tetap hadir dalam konteks 
kekinian yang perlu dijabarkan dalam bentuk pemihakan riil terhadap rakyat, 
yang waktu itu kebanyakan hanya bermodalkan percaya pada pertemuan dan 
persahabatan diantara para pemuda itu sendiri, banyak dari mereka belum juga 
pernah keliling pulau-pulau di Indonesia. 

Keyakinan itu nyata, lewat pengalaman pertemuan, kehadiran, perkawanan antara 
manusia, dan akhirnya nation itu hadir. Persahabatan dan persaudaraan para 
pemuda itu menjadi nyata, dan menjadi simpul Indonesia. Indonesia tidak lagi 
bermakna geografis. Karena, jika dilihat secara geografis, sepertinya mustahil 
bisa mempersatukan Indonesia. Tetapi spirit itu menjadi nyata lewat pertemuan, 
perkawanan. Pengalaman pertemuan, pengalaman hidup bersahabat, dan 
mencetuskannya dalam sumpah Pemuda. Dalam semangat itu, kita bisa melihat apa 
yang telah terjadi dalam batas negara Indonesia itu. 

Dalam konteks kekinian, spirit Sumpah Pemuda harus terus menerus digali dan 
dihidupi sehingga tidak menjadi sesuatu yang taken for granted. Artinya, tidak 
hanya menerima dan mengakui bertanah air, berbangsa, dan berbahasa satu. Ada 
persoalan yang aktual dan krusial dalam konteks kekinian yang membuat bahwa 
Sumpah Pemuda harus menjadi terus hidup dan dinamis. 

Generasi 1998 pernah melahirkan Sumpah Mahasiswa (jika bergabung dengan elemen 
lain, kata mahasiswa diganti menjadi ‘rakyat’) yang berbunyi:

Kami mahasiswa Indonesia (rakyat Indonesia) mengaku,
Bertanah Air satu, tanah air tanpa penindasan; 
Berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan; 
Berbahasa satu, bahasa kebenaran.

Lewat sumpah ini ingin dinyatakan bahwa Indonesia tidak hanya berhenti sebagai 
kesatuan entitas dan identitas, tetapi hal ini menjadi dasar bagi visi 
Indonesia: tanah air Indonesia yang tanpa penindasan, bangsa Indonesia yang 
mencintai keadilan, dan bahasa Indonesia yang menjadi bahasa kebenaran.

4. Politik Kaum Muda

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air,

Sangat penting melihat posisi kaum muda dalam konstelasi sejarah republik ini, 
sebab dari titik ini kita bisa menyimpulkan orientasi dan tindakan politiknya 
adalah merupakan upaya penyelesaian problem-problem pokok rakyat Indonesia. 
Setiap gagasan perubahan mesti memiliki orientasi dan tindakan politik yang 
berpihak kepada rakyat. Ketiadaan orientasi dan tindakan politik yang jelas 
malah mengarahkan gerakan kaum muda pada ambiguitas. Sejarah Indonesia, 
memperlihatkan rekaman-rekaman tindakan politik mahasiswa sangat jelas 
keberpihakannya.

Bagi kita penting untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi 
dan tindakan politik kaum muda dalam proses dinamika sejarah Indonesia. 
Setidaknya untuk membuktikan, sekaligus memilah tindakan politik mana dalam 
patokan sejarah yang betul-betul menunjukkan bentuk perjuangan kaum muda yang 
genuine. Karena seperti yang di katakan oleh Bung Karno (dalam buku Di Bawah 
Bendera revolusi) bahwa gerakan mahasiswa dan pemuda harus lahir dari rahim ibu 
kandungnya sendiri: Ibu Pertiwi. 

Faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi dan tindakan politik gerakan kaum 
muda adalah: Pertama, pilihan ideologi perjuangan sebagai arah/petunjuk 
orientasi cita-cita ideal pergerakan kaum muda. Ideologi merupakan pijakan 
bertindak, ibarat obor dalam kegelapan yang menuntun arah dari perjuangan kaum 
muda itu sendiri. Lebih jauh, pemahaman ideologis juga bermakna pemahaman 
teoritik dan praktek soal jalan keluar dari problem ekonomi-politik yang 
dialami oleh rakyat. 

Kedua, lingkungan sosial dan politik, kalau gerakan mahasiswa tidak memiliki 
pijakan ideologis yang kuat maka kesadaran mereka sangat ditentukan dengan 
konstelasi kehidupan sosial politik sekitarnya. Kenyataan menunjukkan 
kebangkitan kaum muda dan mahasiswa didorong oleh keadaan sosial-politik di 
sekitarnya. Awalnya hanya dalam bentuk protes-protes kecil namun ketika 
ditanggapi oleh penguasa dengan represif, maka dengan cepat berubah menjadi 
gelombang protes sosial bahkan berubah menjadi proses revolusioner.
 
Ketiga,  pengalaman gerakan kaum muda di negara lain. Kebangkitan pemuda-pemuda 
Indonesia di tahun 1900-an banyak di stimulasi oleh kebangkitan dan kemenangan 
gerakan kaum muda di negara lain. 

Gerakan Reformasi 1998 yang dikawal oleh para mahasiswa dinilai banyak kalangan 
telah gagal. Namun sebetulnya belumlah gagal total, karena beberapa aspek 
kemenangan menjatuhkan rejim orde baru, diantaranya: keterbukaan ruang 
demokrasi meskipun masih dalam pengertian yang minimum masih bertahan. Letak 
kesalahan kaum muda dan gerakan mahasiswa paska reformasi, kami tidak mampu 
memanfaatkan ruang politik yang sedikit terbuka untuk masuk kedalam politik 
real dengan membawa agenda demokrasi dan program kerakyatan di dalamnya.  

Kaum muda selalu menepi ketika terjadi kekosongan kekuasaan. Kaum muda seperti 
tersingkir atau menyingkirkan diri pasca jatuhnya pemerintahan. Agenda 
reformasi diserahkan pada golongan tua yang notabene kurang memiliki ketegasan 
sikap. Terbukti, dengan fenomena kekinian dengan maraknya ratifikasi agenda 
neoliberal dengan aneka wajah, tak bisa dihindarkan. Negara terkesan hanya 
boleh dikendarai oleh golongan tua. Ada memang pemuda yang duduk di jajaran 
birokrasi, itupun para pemuda yang berjiwa tua, mereka para pemuda yang hanya 
tunduk pada keadaan. 

Pemilu 1999, yang merupakan titik balik dari gerakan kaum muda dan mahasiswa 
justru di lewatkan begitu saja. Mayoritas kekuatan kaum muda masih menganggap 
arena pemilu sebagai arena yang tidak boleh dimanfaatkan karena terlalu politis 
dan malah bisa menceburkan gerakan kaum muda dalam politik kotor. Padahal 
esensi mengintervensi ruang pemilu sebenarnya tidak lebih untuk menggempur 
dominasi politisi tua yang sudah terbukti gagal, dan mengolah ruang tersebut 
untuk lahirnya sebuah kekuatan politik alternatif.

Sebenarnya ada beberapa problem pokok gerakan kaum muda yang harus di 
selesaikan sebagai salah satu stage menuju konsolidasi kekuatan yang lebih 
kuat. Pertama, problem ideologi, yakni lemahnya pemahaman akan orientasi 
perjuangan ke depan. Kebanyakan organisasi mahasiswa dan pemuda yang ada 
sekarang masih di dominan pendekatan emosional, bukan pendekatan ideologis. 

Kedua, problem organisasional, sampai saat ini belum ada organisasi pemuda 
mahasiswa secara nasional yang bisa menyatukan semua ormas pemuda dan 
mahasiswa. Di Indonesia, akibat pengaruh depolitisasi dan deorganisasi jaman 
Orde baru selama puluhan tahun, sekarang kita menyaksikan pemilahan yang kuat 
antara mahasiswa, pelajar (SMU), dan pemuda (non-SMU/mahasiswa). Tentunya, ini 
sangat menghambat pengorganisasian, dan proses kaderisasi dan penguatan 
ideologi perjuangan karena variasi pengetahuan. 

Ketiga, fragmentasi gerakan yang masih amat kuat di kalangan kaum muda, tidak 
ada upaya konsolidasi nasional yang sifatnya massal dan melibatkan semua ormas 
pemuda/ mahasiswa. 

Keempat, masih sangat kaku dalam melihat momentum politik, misalnya momentum 
pemilu, pemilihan kepala daerah langsung (pilkada), dan lain-lain. Sehingga 
sangat susah untuk menemukan arena lain untuk menggusur generasi tua di luar 
mekanisme formal elektoral tersebut. 

5. Perspektif Masa Depan 

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air,

Pertanyaannya sekarang, bagaimana kita para pemuda yang hidup di jaman ini, 
meramu hikmat kebijaksanaan atas keempat peristiwa besar itu untuk membangun 
kejayaan bangsa dan lebih khusus lagi meningkatkan kesejahteraan rakyat 
Indonesia seluas-luasnya?
 
Sejujurnya tidak mudah menjawab tantangan itu. Satu hal terus menggelitik saya 
dalam merenungi keempat peristiwa besar itu adalah bagaimana pemuda jaman ini 
memiliki kesadaran berjuang, sebagaimana para pelaku sejarah Kebangkitan 
Nasional, Sumpah Pemuda, Proklamasi Kemerdekaan dan Gerakan Reformasi saat 
itu.  
 
Sebagian besar pemuda kita, hari ini berada dalam kondisi nir-idiologi dan 
larut dalam arus besar konsumerisme. Untuk itu ijinkan saya dalam kesempatan 
ini, mengajak para pemuda, khususnya yang saat ini tengah studi di negeri 
Belanda ini, atau yang secara kebetulan hadir dalam pertemuan ini, untuk 
sungguh-sungguh menyadari tugas dan tanggungjawab sejarah yang harus kita ambil 
untuk melakukan perubahan.  Perubahan atas apa? Tentu saja perubahan atas 
kondisi bangsa kita yang masih sangat jauh tertinggal dari bangsa-bangsa lain. 
 
Problem paling nyata yang saat ini dihadapi bangsa kita adalah kemiskinan. 
Darimanakah sumber kemiskinan berasal? Apakah dari negara-negara adidaya dengan 
berbagai instrumen yang dimiliki melumpukan kedaulatan politik dan kedaulatan 
ekonomi kita?  Apakah kemiskinan akibat korupsi yang merajalela di negeri kita? 
Apakah kemiskinan akibat lemahnya kemampuan dan kapasitas sumber daya manusia 
Indonesia?
 
Semangat untuk melakukan perubahan pertama-tama membutuhkan komitmen moral 
untuk senantiasa siap membela kepentingan rakyat. Hal kedua adalah sikap kritis 
dan ketiga adalah adanya wadah perjuangan bernama organisasi pemuda. Komitmen 
moral kita atau dalam wilayah politik bernama idiologi, jelas berlandaskan pada 
nilai-nilai Pancasila, yakni nilai-nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, 
demokrasi kerakyatan dan solidaritas social. 

Situasi politik saat ini dan problem yang dialami oleh rakyat Indonesia 
mengharuskan kaum muda harus tampil kedepan, dengan landasan: 

Pertama, rakyat sudah tidak percaya dengan formasi elit politik saat ini yang 
dinilai sudah gagal menciptakan perubahan. Krisis kepemimpinan ini jika tidak 
dimanfaatkan oleh kaum muda, malah bisa berbuntut oligarkhi politik, dimana 
sistem politik sekarang di monopoli kekuatan tertentu yang berkuasa bukan 
karena dukungan rakyat melainkan karena faktor modal dan kekuasaan. 

Kedua, ruang politik kedepan harus dimanfaatkan, harus diolah oleh gerakan kaum 
muda, dikombinasikan dengan gerakan ekstra-parlementer untuk memperoleh 
dukungan kuat dari rakyat. 

Ketiga, menyusun program-program perjuangan strategis yang merupakan solusi 
atau jalan keluar dari problem-problem pokok yang di alami oleh rakyat 
Indonesia sekarang ini. Untuk mengatasi kemiskinan, program kita adalah 
menghentikan proyek neoliberalisme yang saat ini sangat massif dijalankan, 
menggantikannya dengan program ekonomi kerakyatan. Semaksimal mungkin 
program-program yang diusung mencerminkan tuntutan mendesak/darurat rakyat; 
seperti pendidikan dan kesehatan gratis, turunkan harga-harga, dan lain-lain.

6. Penutup

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, 

Dari sejarah Indonesia kita tahu bahwa Republik Indonesia adalah Republik Kaum 
Muda. Ia ada, hadir, dan lahir dari pergulatan dan perjuangan kaum muda. Karena 
itu kita harus berjuang dan menggugat: Serahkan Indonesia kepada Kaum Muda, 
karena kaum muda adalah pelaku masa kini dan pemilik masa depan.

Perhimpunan Pelajar Indonesia sebagai organisasi pergerakan pemuda mendukung 
keterlibatan penuh elemen-elemen kaum muda untuk berani bersikap dan terlibat 
dalam perjuangan untuk menyejahterakan rakyat. Karena cita-cita Sumpah Pemuda 
dan cita-cita Kemerdekaan Indonesia adalah kesejahteraan seluruh rakyat 
Indonesia.

Kaum muda tidak mungkin bisa berjalan dan berjuang sendiri. Karena itu kita 
harus bekerja sama dan membuka diri dengan semua pihak dan elemen bangsa dalam 
bentuk komunikasi yang lebih intens ke depan.

PPI dengan rendah hati membuka diri untuk berdialog dengan masyarakat Indonesia 
(khsususnya yang berada di Belanda) dan mengembalikan fitrahnya, untuk 
perjuangan kebangsaan Indonesia, seperti cita-cita para pendirinya dulu: 
kemerdekaan nasional dari penjajahan ekonomi dan politik yang hingga kini masih 
berlangsung.

Kita tidak boleh berhenti dengan mengeluh dan putus asa. Kita masih punya 
harapan, kalau kita yakin dan percaya. Marilah kita belajar memahami persoalan. 
Kalau sudah memahami, marilah  membentuk sikap. Kalau sudah punya sikap, 
marilah menyatakan sikap dan bersuara. "A bell is no bell until you ring it. A 
song is no song until you sing it." 
Untuk seluruh kaum muda Indonesia, ingatlah:

Kesadaran adalah matahari 
Kesabaran adalah bumi 
Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata

Hidup Kaum Muda!

Salam,

Yohanes Widodo
Sekjen PPI Belanda





      
http://progind.net/
kolektif info coup d'etat 65: kebenaran untuk keadilan

  http://herilatief.wordpress.com/

http://akarrumputliar.wordpress.com/





      

[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke