Dear Rekans,

Sebagai pengimbang dari pemikiran yang berkembang selama ini..
Silahkan dicerna, dikritisi.. :-)

-- 
Wassalam,

Irwan.K
"Better team works could lead us to better results"
http://irwank.blogspot.com

---------- Pesan terusan ----------
Dari: Sjaiful Bahri
Tanggal: 5 November 2008 17:02
Subjek: [iluni12] Obama, Timur Tengah, dan Islam

ini ada tulisan dari Pusat Kajian TimTeng UI

Cheers
iful at http://zipclue.com

Obama, Timur Tengah, dan Islam
Muhammad Zulifan
Peneliti Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia

Pemilu
AS tinggal menunggu hari. Tepat pada 4 November nanti dunia akan
menyaksikan perhelatan yang menentukan kepemimpinan negara yang kini
tengah sekarat akibat akumulasi sistem ribawi.

Tentu, wajah
dunia empat tahun ke depan setidaknya sedikit banyak akan dipengaruhi
oleh hasil pemilihan ini. Sementara itu, gempuran media internasional
yang begitu gencar menyoroti Obama menjadikan umat Islam lalai akan
sebuah isu penting, visi Obama bagi dunia Islam khususnya di Timur
Tengah.

Sosok Obama yang dianggap sebagai tokoh revolusioner
dengan mendobrak tradisi White Anglo-Saxon Protestan (WASP) kini
dipercaya akan membawa banyak perubahan dengan slogannya Change, We Can
Believe in! Namun, benarkah demikian?

Pertama,
rencana Obama melakukan penarikan pasukan AS sepenuhnya dari wilayah
Irak paling lambat 18 bulan setelah ia menjabat. Sekilas kalimat ini
membawa angin segar pada dunia Islam. Namun, sebenarnya tak seindah
kedengarannya.

Sejak invasi AS di Irak berakhir tahun 2003,
secara bertahap AS telah menarik pasukannya dari wilayah perang di
Irak. AS terjegal dengan Konvensi Jenewa yang melarang setiap negara
penginvasi memiliki kepentingan jangka panjang di wilayah invasinya.
Namun, konvensi tinggallah konvensi. Bagi AS hal itu tidak berlaku.

Dengan
dalih instabilitas di Irak , AS mempertahankan pasukannya. Selanjutnya,
penguasaan terhadap minyak bumi lengkap dengan infrastrukturnya seperti
kilang dan jalur pipa menjadi hal yang wajib bagi Bush untuk
mengembalikan kepercayaan publik AS terhadap invasinya di Irak.

Setelah
invasi berakhir, sesuai ketentuan PBB yang terlebih dahulu diinvasi AS,
harus dilaksanakan proyek rekonstruksi pascaperang. Hebatnya, hampir
seluruh tender rekonstruksi itu dimenangi oleh perusahaan asal AS,
seperti Halliburton, Shevron, dan Blackwater.

Seluruh proyek
dari pembangunan dan pengelolaan minyak sampai dengan proyek
penyediaan air bersih disikat oleh perusahaan asal AS. Kelihatannya AS
memang mematuhi aturan PBB dan konvensi Jenewa untuk tidak memiliki
kepentingan jangka panjang di Irak dengan jalan menempatkan pihak
swasta. Namun, sebenarnya perusahaan-perusaha an asal AS itu sebagai 'proxy'
Pemerintah AS.

Keuntungan
hasil rekonstruksi akan masuk ke kas negara sebagai tebusan anggaran
yang terkuras selama invasi. Jadi, rencana Obama untuk menarik pasukan
AS dari Irak tidak ada implikasi positifnya bagi dunia Islam. Hal itu
hanya formalitas di depan tuntutan dunia internasional.

Pada
hakikatnya cakar-cakar kekuasaan AS sudah ada di Irak. Sebuah catatan
bahwa kondisi keamanan di Irak yang masih tidak stabil tidak akan
memengaruhi rencana penarikan pasukan. Ini karena keamanan yang sejati
bagi AS ada pada wilayah perusahaan-perusaha an minyak mereka berikut
jalur distribusinya.

Adapun wilayah tersebut berada jauh dari
pusat konflik di Irak Tengah, seperti Provinsi Al-Anbar. Wilayah
tersebut justru berada di selatan dan Utara Irak. Seharusnya, rencana
Obama di Irak bukan hanya penarikan pasukan, tapi juga pengembalian
aset ekonomi.

Kedua, rencana Obama menggelar pasukan tempur yang
lebih intensif di Afghanistan. Obama menganggap invasi AS ke Irak
adalah sebuah kekeliruan dalam rangka perang terhadap terorisme.
Menurutnya, AS lebih memfokuskan terhadap pengejaran Osama bin Ladin
yang berlindung di belakang kekuasaan Taliban di Afghanistan.

Sesungguhnya apa yang dijalankan Obama merupakan ancaman besar bagi dunia
Islam ke depan. Obama akan membuka front yang lebih masif di kawasan Asia
Tengah yang saat ini sedang rawan.

Memang
Afghanistan adalah negara yang sangat strategis untuk menjaga aset
ekonomi AS. Penguasaan atas Afghanistan diharapkan akan mengeliminasi
kekuatan Iran di sebelah utara berikut Pakistan di timur, dua negara
Muslim yang memiliki geliat pergerakan Islam yang sangat progresif.

Perlu
diingat, ada dua poros perlawanan jihad di dunia ini, satu Hisbullah
sebagai representasi Syiah dan yang kedua mujahid Afghan sebagai
representasi Sunni. Keduanya sampai kini belum bisa AS tundukkan. Lebih
jauh lagi, pejuang Afghan ini yang selalu intensif dalam melakukan
kederisasi mujahid internasional.

Afghanistan adalah
episentrum gerakan jihad Sunni. Satu hal yang tidak boleh dilupakan
umat Islam adalah bahwa mereka yang bisa mengirimkan tentara jihad ke
Pattani, Moro, Kashmir, dan negara lain di mana umat Islam yang
minoritas tertindas. Dari sini telah tampak bahwa Obama lebih cerdas
dari Bush. Ia selangkah lebih maju dengan mengonsentrasikan perlawanan
pada pembumihangusan akar perlawanan jihad internasional, Afghanistan.
Benar-benar skenario yang mengerikan.

Kita tidak perlu berharap banyak pada sosok Obama, apalagi euforia menjadi
Obama fans club,
seperti kebanyakan masyarakat Indonesia. Tak peduli ia pernah sekolah
di Menteng, punya ayah tiri Muslim Indonesia dan isu positif lainnya.
Semua itu tidak berpengaruh. Siapa pun capres AS, tak akan lepas dari
kepentingan Zionis yang telah mencengkeram AS begitu kuat. Selamanya,
Yahudi tak akan rida dengan Islam.

Maka, jika ditanya siapa
Presiden AS yang paling baik, jawabannya tidak ada, kecuali Kennedy
yang tewas sebelum berbuat banyak hal.
.

__,_._,__
-- 



-- 
-- 
Wassalam,

Irwan.K
"Better team works could lead us to better results"
http://irwank.blogspot.com


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke