Maaf, Bapak2/ Ibu2.

Saya hanya share, alias curhat, karena saya sangat cinta NKRI, berasal dari  3 
agama berbeda dan warga negara yang taat hukum. 

Air mata saya menetes membaca berita kesyahidan mereka, seperti forwarded 
message di bawah ini. Ternyata bukti yang berbicara, bukan Para Pejabat. 

Karena POLRI juga berasal dari rakyat, dan untuk mencegah "Mati 3 tumbuh 3000 
syuhada", bagaimana kalau POLRI aspiratif untuk menghimbau kepada Tourist asing 
untuk menghormati norma setempat. Karena saya tahu persis bahwa Agama di Bali 
juga sangat menjaga kesopanan dalam kitab suci mereka.

Bagaimana Bapak2 POLRI? Sanggupkah? Hidup POLRI.

************************
 Regards,
 C.A. Hidayat
 ************************

--- On Sun, 11/9/08, M.J Thamrin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: M.J Thamrin <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [ppiindia] Bibit-bibit terorisme
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: [EMAIL PROTECTED], ppiindia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED], [EMAIL 
PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
Date: Sunday, November 9, 2008, 5:07 PM

Kepada YTH jajaran Polri di Indonesia.

 Bapak/Ibu YTH,

 Mohon perhatiannya dan tindakan tegasnya atas usaha-usaha untuk menyuburkan
 aksi aksi teror seperti di beritakan di bawah ini.

 Menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga kutuhan NKRI.

 Terimakasih sebelumnya

 Hormat kami,

 --- On Sun, 11/9/08, Mas Wibowo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Mas Wibowo <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [Sabili] Ciri Khas Syuhada Pada Mujahid Bali
To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
Date: Sunday, November 9, 2008, 7:16 PM

Ciri Khas Syuhada Pada Mujahid Bali

 Dalam kancah dunia jihad, seseorang bila telah syahid, biasanya mengeluarkan 
ciri khas yang menyertainya. Hal-hal tersebut sangat familiar ada di kancah 
jihad Afghanistan, Palestina, Iraq dan kancah jihad lainnya. Sebagai pertanda 
akan kesyahidan dan persaksian akan perjuangan yang telah dilakukan sebelumnya 
dengan susah payah. Demikian pula yang terjadi dengan Syuhada Imam Samudera.

 Pekikan takbir mengiringi datangnya jenasah para syuhada. Bagi pahlawan di 
medan perang, sambutan itu menggema , dan mengharu biru. Tidak ada sedikitpun 
perasaan bahwa mereka adalah teroris dan kriminal seperti yang telah 
digembar-gemborkan oleh aparat kepolisian, pihak yang melakukan pembunuhan keji 
terhadap  Imam Samudera, Amrozi dan Ustad Mukhlaas. Bahkan warga meneriakan 
dukungan dan akan terus melanjutkan perjuangan mereka.
 Di Serang, Banten, warga berebut untuk men-sholatkan jenazah Imam Samudera. 
Daya tampung masjid yang terbatas membuat sholat jenazah terpaksa dilakukan 
hingga empat kali. Kondisi tak jauh beda dengan yang terjadi di Lamongan , Jawa 
Timur. Ribuan jamaah yang ikut dalam prosesi pemakaman syuhada Tenggulun, 
memaksa sholat jenazah dilakukan lebih dari dua kali.

 Tanda Syahid
 Bukti-bukti kesyahidan atas tiga syuhada Bali ini terlihat dengan jelas. Di 
sekitar rumah kediaman Hj. Tariyem, Ibunda Amrozi, burung berwarna hitam 
berputar-putar di atas rumah.  Selain itu bau semerbak yang keluar dari tubuh 
syuhada Amrozi dan Ustadz Mukhlaas jelas memancar. Khas bau seorang syahid. Bau 
itulah yang membuat suasana semakin haru. Para pelayat tak kuasa menahan air 
mata mereka. Menurut kontributor Muslimdaily, Rofiq, wajah para syuhada 
terlihat sangat bersih dan tampan. Berseri dan terlihat tersenyum, tidak nampak 
bekas raut wajah yang menahan kesakitan, meski dibunuh dengan cara ditembak. 
 Tak jauh berbeda keadaan dengan syuhada Imam Samudera. Menurut Khoirul Anwar, 
kak Imam Samudera, adiknya terlihat sangat bersih. Wajahnya seperti anak kecil 
yang baru saja mendapatkan permen. Seperti bayi yang baru saja dimandikan 
bidan," tuturnya. "Wajahnya begitu bahagia dan bersih. Bibirnya tampak 
tersenyum," imbuhnya.
 Tidak hanya disitu saja keanehan yang terjadi. Menurut Lulu Jamaludin, adik 
Imam Samudera, kakaknya memancarkan bau wangi seperti minyak wangi yang sering 
dipakainya. Bahkah darah segar terus saja mengalir dari luka bekas tembak. 
"Memang darah Syuhada tidak kan pernah kering," ujar Khairul.

 Dan Takbir Pun Menjadi Salam Perpisahan
 Ribuan pelayat yang berdatangan dari segala penjuru kota, menjadi pertanda 
atas ketulusan perjuangan mereka. Tujuan dan seruan mereka yang disampaikan 
melalui wartawan televisi akan keikhlasan dalam memperjuangkan Islam dan kaum 
Muslimin, terbukti dengan banyaknya orang yang datang untuk memberikan 
penghormatan terakhir. Entah akankah akan ditemui pejuang yang seperti mereka. 
Namun tabiat sejarah dan peradaban akan terus berulang. Kematian seorang 
pejuang akan melahirkan ribuan pejuang. Mati satu tumbuh seribu. Akan lahir 
mujahid yang mewarisi watak, prinsip, dan pendirian mereka meski dalam segi 
yang berbeda. Kemudian mereka juga akhirnya akan berakhir sama, menghadapi 
kematian syahid yang lama sudah mereka damba.
 Tubuh saling berdesakan dan perhatian terus tertuju kepada jasad para syuhada 
sebelum masuk liang lahat. Bibir terus bergumam mengucapkan dzikir dan takbir. 
Allahu Akbar...!! Selamat jalan wahai syuhada, kami akan mewarisi sifatmu yang 
mulia. Dan takbir pun menjadi salam perpisahan kita di dunia. (far/MD) 

 
              


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke