----- Original Message ----- From: teddy sunardi Sent: Friday, November 14, 2008 4:06 AM Subject: [mediacare] Eros Dilarang Syuting Film Lastri di Solo
http://mediaindonesia.com/ SOLO--MI: Eros Djarot dilarang menggelar syuting film berjudul Lastri di Kota Solo dan sekitarnya, karena alur cerita atau isi filmnya dianggap bisa menyebarkan paham komunis. "Saya heran, di zaman reformasi kok masih ada larangan-larangan semacam ini. Seperti di zaman Orde Baru saja, larangan ini membuat kita kembali ke Orde Baru," protes sutradara film yang juga politisi ini saat dihubungi sejumlah wartawan Solo lewat telepon selularnya. Menurut dia, syuting film kisah percintaan dengan latar waktu suasana tahun 1965 itu rencananya akan dilakukan di sekitar Pasar Gede, kota Solo, kemudian daerah kecamatan Wedi, kabupaten Klaten, dan kawasan Colomadu, kabupaten Karanganyar. Tapi sayang, belum dimulai, sudah gagal di tengah jalan karena tidak mendapatkan izin dari yang berwewenang. "Jadwal syuting di Wedi, Klaten gagal, karena kami tidak mendapat izin. Begitu halnya jadwal di Colomadu, Karanganyar dan Solo. Secara resmi saya belum mendapatkan pelarangan itu," imbuhnya. Dia tambahkan, tuduhan penyebaran paham komunis itu sangat menyakitkan hati. Sebab Eros mengaku selama ini sebagai nasionalis dan pancasialis murni. Ia bahkan mengingatkan tentang perjalanannya semasa masih di PDIP pendukung Megawati Soekarnoputri. Lagi pula, lanjut dia lagi, mereka yang tidak mengizinkan sejauh ini belum melihat filmnya secara utuh, sebab di mulai saja belum. Lebih dari itu, yang berhak menilai dan mengoreksi film berjudul Lastri, nantinya adalah Badan Sensor Film. Ia menganggap, pelarangan itu terkesan sangat dipolitasasi. Sebab dasar larangannya hanya sebuah keberatan orang per orang setelah ada surat kaleng, yang kemudian dijadikan alat untuk mengeluarkan larangan. Eros yang kini duduk sebagai Ketum Partai Nasional Benteng Kemerdekaan Indonesai (PNBKI) ini mengaku tidak akan menyerah akan terus berusaha keras agar syuting film Lastri bisa digelar. Untuk itu, ia akan meminta dukungan dari seniman dan komunitas-komunitas pecinta seni di Solo. "Jika tidak dilawan modus pemberangusan seni bakal kembali marak," timpalnya. (WJ/OL-02) [Non-text portions of this message have been removed]