Essay – KONTRAK POLITIK ALA YOEDHA (CALEG PDI-PERJUANGAN)
 
Oleh Satrio Arismunandar
 
Ada untungnya, punya teman mantan wartawan, yang kini full-time jadi politisi. 
Teman saya itu adalah Dhia Prekasha Yoedha, mantan wartawan Harian Kompas, yang 
kini jadi Caleg PDI Perjuangan untuk DPRD DKI Jakarta, dari Daerah Pemilihan 
Jakarta Timur. 
 
Dari percakapan dengan Yoedha, saya mendapat wawasan praktis tentang lika-liku 
jadi politisi, yang berbekal idealisme dan komitmen kerakyatan. Namun, 
sayangnya Yoedha kurang didukung basis finansial yang memadai. 
 
Karena Yoedha cuma berada di nomor urut 8 dalam daftar caleg PDI-P, dia memang 
harus berjuang keras dari bawah.  Namun, kondisi ini menurutnya justru punya 
nilai positif. Teman saya yang alumnus Kriminologi FISIP-UI ini dipaksa harus 
berinteraksi langsung dengan berbagai segmen dan kelompok masyarakat, dari yang 
agamis sampai yang sekuler, dari yang kelas bawah sampai menengah ke-atas, di 
wilayah pemilihan Jakarta Timur.  Interaksi ini membuatnya belajar tentang 
situasi dan problem real yang dihadapi masyarakat.
 
Justru dalam kondisi semacam itu, Yoedha menelurkan ide-ide, yang menurut saya 
cukup kreatif. Yoedha, yang dulu ikut mendirikan AJI (Aliansi Jurnalis 
Independen) dan aktif di SBSI (Serikat Buruh Sejahtera Indonesia) ini, mengaku 
telah membuat sejumlah kontrak politik dengan komunitas, yang dianggap akan 
menjadi konstituen pendukungnya. 
 
Bagaimana bentuk kontrak politik yang dibuat Yoedha? Sebagai balasan atas 
dukungan masyarakat, Yoedha berjanji akan membantu menyelesaikan permasalahan 
konkret di lingkungan konstituen bersangkutan. Selain itu, (ini mungkin 
dipengaruhi oleh latar belakang Yoedha sebagai jurnalis), jika terpilih sebagai 
anggota DPRD nanti, paling lambat setiap tiga bulan, Yoedha akan membuat 
newsletter atau buletin, yang akan dibagikan kepada para konstituennya. 
 
Apa saja isi buletin itu? Pertama, buletin itu akan melaporkan apa saja yang 
sudah dilakukan Yoedha selaku anggota DPRD, selama tiga bulan terakhir. Kedua, 
buletin itu akan memaparkan, apa rencana yang akan dilakukan Yoedha, untuk enam 
bulan ke depan. Ketiga, dalam buletin itu, Yoedha juga akan melaporkan semua 
pemasukan uang, yang diterimanya selama tiap tiga bulan terakhir. 
 
Laporan keuangan ini juga bisa menjadi semacam alat kontrol konstituen terhadap 
anggota-anggota DPRD lainnya. Karena, jumlah pemasukan resmi tiap anggota DPRD 
seharusnya relatif sama (dari gaji, tunjangan, uang sidang, uang jalan, dan 
sebagainya). Jika pemasukan ke Yoedha sebagai anggota DPRD adalah Rp 20 juta 
per bulan, misalnya, maka anggota DPRD lainnya tak mungkin mengaku hanya 
menerima di bawah Rp 20 juta.
 
Yoedha juga merencanakan menyisihkan Rp 5 juta dari gajinya setiap bulan nanti, 
untuk dikelola sebagai dana peningkatan kesejahteraan masyarakat konstituennya. 
Dana itu tidak dibagikan gratis, karena akan hilang begitu saja. Namun, akan 
dipinjamkan kepada warga konstituen yang membutuhkan untuk usaha-usaha 
produktif, yang harus dikembalikan dengan cara mencicil. Ini semacam Grameen 
Bank di Banglades, yang terbukti berhasil mengangkat kehidupan warga miskin di 
sana.  
 
Jika setiap bulan Yoedha menyisihkan Rp 5 juta, berarti dalam setahun ia bisa 
menyisihkan Rp 60 juta. Sedangkan dalam masa jabatan 5 tahun di DPRD, akan 
terkumpul minimal Rp 300 juta. Pinjaman yang telah balik, akan diputar dan 
dipinjamkan lagi ke warga konstituen lain yang membutuhkan, sehingga 
menimbulkan efek yang meluas.
 
Saya pikir, gagasan Yoedha ini cukup konkret, tidak muluk-muluk, dan relatif 
bisa diterapkan. Asalkan ada disiplin dan kontrol ketat dalam penerapannya. 
Karena saya pikir gagasan Yoedha ini cukup baik, saya telah meminta izin pada 
Yoedha, untuk mensosialisasikannya di milis.
 
Mungkin saja, kontrak politik ala Yoedha ini bisa menjadi model alternatif bagi 
caleg-caleg lain. Yakni, bagaimana para caleg bisa membuat program yang 
membumi, transparan, dan dampaknya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. 
Jika caleg-caleg dari partai lain ikut mengadopsi model kontrak politik ala 
Yoedha ini, saya pikir juga bisa berarti positif bagi masyarakat umum.
 
Bagi khalayak pembaca yang merasa kurang jelas, atau ingin mendapat informasi 
langsung dari Yoedha, silahkan saja menghubungi Yoedha ke nomor HP: 0816 1990 
232 atau 021 963 01383. Nomor ini saya berikan, seizin yang bersangkutan. ***
 
 
 
Jakarta, November 2008 





Satrio Arismunandar 

 
http://satrioarismunandar6.blogspot.com
http://satrioarismunandar.multiply.com  
 


      

[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke