Hillary Tanggapi Hamas

Washington, 14 Januari 2009 08:30
Calon menteri luar negeri Amerika Serikat (AS), Hillary Clinton, Selasa (13/1), 
mengesampingkan pembicaraan dengan kelompok Islam garis keras Palestina Hamas 
kecuali kelompok itu melepaskan sikap ekstrimnya, dengan mengatakan sikapnya 
itu `mutlak`.

"Mengenai Israel, anda tidak dapat berunding dengan Hamas hingga kelompok itu 
melepaskan kekerasan, mengakui Israel dan setuju untuk mematuhi perjanjian pada 
masa lalu. Itu benar-benar bagi saya absolut," Hillary mengatakan, pada dengar 
pendapat pengesahan jabatannya di Senat.

"Itulah sikap pemerintah AS. Itulah sikap presiden-terpilih," katanya setelah 
seorang senator memberi kesan bahwa "naif dan tidak logis" untuk berdiplomasi 
dengan pemerintah yang menentang Israel.

Hillary menggemakan sikap pemerintah Presiden AS George W Bush yang mendukung 
upaya Mesir untuk menengahi gencatan senjata menyusul perang Israel 18 hari 
guna menghentikan serangan roket Hamas.

Pemerintahan Bush menentang pembicaraan dengan yang mereka katakan sebagai 
organisasi teroris, kelompok yang telah memerintah Jalur Gaza sejak diusirnya 
pemerintah otonomi Palestina yang didukung AS pada Juni 2007.

Tidak seperti Hamas, pemerintah otonomi Palestina mengakui Israel, telah 
melepaskan kekerasan dan mengadakan pembicaraan dengan Israel berdasar 
perjanjian sebelumnya, termasuk perjanjian damai Oslo 1993.

Obama telah mengusulkan untuk menjangkau para pemimpin negara anti-AS seperti 
Iran, Korea Utara dan Kuba, tapi beberapa pengamat meragukan ia akan mengajak 
Hamas dan Hizbullah yang didukung Iran, namun dikecam AS sebagai kelompok 
teroris.

Dalam dengar pendapat penegasan jabatannya, Hillary mengatakan, pemerintah baru 
akan mengupayakan `pendekatan baru` terhadap Iran dengan melibatkannya secara 
diplomatik. [EL, Ant] 

http://www.gatra.com/artikel.php?id=122042



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke