di abad ke 21 ini informasi adalah hal yg penting bagi umat manusia yg sadar akan politik, dan sadar akan klasnya.
yg berkuasa di indonesia sampai hari ini adalah kelompok yg anti kerakyatan, yg membela pemodal dan yg penurut pada kemauan napsu imperialis amerika. tulisan dari bonnie bisa dijadikan salah satu cermin yg merefleksi segala kecurangan penguasa istana. pembaca yg kritis akan bisa mengambil kesimpulan: kegagalan dari janji pemilu 2004! heri latief amsterdam http://progind.net/ kolektif info coup d'etat 65: kebenaran untuk keadilan http://herilatief.wordpress.com/ http://akarrumputliar.wordpress.com/ --- On Fri, 1/16/09, Boni Triyana <boni_triy...@yahoo.com> wrote: From: Boni Triyana <boni_triy...@yahoo.com> Subject: IKLAN POLITIK AHISTORIS To: herilat...@yahoo.com Cc: wongban...@yahoogroups.com Date: Friday, January 16, 2009, 11:41 AM Dari KORAN TEMPO, 16 Januari 2009. IKLAN POLITIK AHISTORIS Bonnie Triyana. Sejarawan-cum-wartawan. Syahdan, dalam suatu pertemuan arkeolog internasional, arkeolog Amerika melaporkan bahwa mereka telah menggali lubang sedalam tiga meter dan menemukan serat tembaga di dalam galian. Atas penemuan itu, mereka mengklaim bahwa sejak 350 tahun lalu penduduk asli Amerika telah menggunakan telepon. Sementara itu, arkeolog Israel mengklaim telah menemukan pecahan gelas di dalam lubang sedalam empat meter di dekat Tepi Barat, dan berdasarkan penemuan yang mirip serat optik itu mereka menyimpulkan bahwa 400 tahun yang lalu orang Yahudi sudah menggunakan Internet. Arkeolog dari Indonesia pun tak mau kalah. Mereka melaporkan telah menggali tanah sedalam lima meter di Trowulan dan tidak menemukan apa-apa. Maka, disimpulkan bahwa 500 tahun yang lalu Gadjah Mada sudah menggunakan handphone. Anekdot di atas relevan dengan substansi iklan politik dari kubu incumbent Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Partai Demokrat, yang mengklaim 14 pencapaian dalam masa pemerintahannya ini. Klaim pencapaian itu disiarkan luas di berbagai media massa dan berbagai atribut pendukung kampanye lainnya. Iklan politik ini tampak mencoba meyakinkan masyarakat supaya menyadari berbagai keberhasilan itu, dan akhirnya bisa ditebak ke arah mana iklan politik ini berkehendak. Dari 14 klaim pencapaian pemerintah SBY, tujuh di antaranya, yakni penurunan harga BBM, pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen per tahun, meningkatnya cadangan devisa, pelayanan kesehatan gratis buat rakyat miskin, swasembada beras, proses hukum terhadap 500 pejabat publik yang tersangkut kasus korupsi, dan peningkatan anggaran pendidikan 20 persen, diklaim sebagai "pertama sepanjang sejarah", "sejak merdeka" atau "pertama kali setelah Orde Baru”. Ada yang keliru pada cara berpikir dalam rangka menyatakan berbagai pencapaian yang diklaim sebagai rekor sejarah itu. Pertama, tolok ukur pencapaian tersebut tidak proporsional karena diletakkan semata pada kinerja pemerintah SBY yang sama artinya menisbikan faktor-faktor lain yang sebetulnya turut pula menyumbang pencapaian tersebut. Kedua, dengan mengklaim bahwa sederet pencapaian itu "pertama dalam sejarah", "tertinggi sejak merdeka", atau "pertama sejak Orde Baru", maka iklan ini terkesan dirumuskan oleh sekelompok orang yang ahistoris, karena mengaburkan batas-batas konteks kekinian dengan masa lalu. Penurunan harga BBM, misalnya, apakah ini cuma karena upaya keras SBY? Tentu saja penurunan harga BBM erat kaitannya dengan turunnya harga minyak di pasaran internasional sebagai faktor utama yang membuat SBY relatif lebih leluasa menurunkan harga BBM dalam negeri. Dengan demikian, penurunan harga BBM tidak bisa disebut pencapaian murni seorang SBY, karena pada dasarnya harga minyak berpatokan pada pasaran internasional, bukan keputusan seorang presiden. Peningkatan anggaran pendidikan sebesar 20 persen juga disebut dalam iklan ini sebagai pencapaian "pertama kali sepanjang sejarah". Pemerintah SBY seolah berlomba-lomba dengan pemerintah periode terdahulu, sehingga ia menyempatkan diri untuk mengatakan "pertama kali dalam sejarah". Padahal setiap zaman punya jiwanya sendiri, begitu pula setiap periode kekuasaan: masing-masing punya problematika dan kisah keberhasilannya. Ambil contoh pada era 1960-an, semasa pemerintahan Soekarno, anggaran belanja dan pendapatan di negeri ini sangat minim. Hal itu bisa dimengerti karena Soekarno menutup diri dari investasi asing yang sering disebutnya sebagai penjajahan terselubung, sementara situasi ekonomi-politik Indonesia belum pulih dari kekacauan yang masih tersisa sejak zaman revolusi. Namun, dalam kondisi yang serba bersahaja itu pemerintah Soekarno justru banyak mengirim guru untuk mengajar di Malaysia. Ironisnya sekarang, sebagian besar orang tua di Indonesia malah mengirimkan putra-putrinya kuliah ke Malaysia dengan alasan lebih bermutu dan lebih murah daripada di Indonesia. Jadi, pertanyaannya: apakah peningkatan anggaran pendidikan berbanding sejajar dengan mutu pendidikan itu sendiri? Iklan juga menyebutkan cadangan devisa di era SBY mencapai US$ 57 miliar, yang berarti, kurang-lebih, puluhan kali lipat lebih tinggi dibanding ketika republik ini baru berdiri. Hal tersebut hendaknya perlu dilihat sebagai satu hal yang masuk akal, mengingat saat ini Indonesia telah menjadi ladang subur investasi asing ditambah lagi dengan kemajuan teknologi yang mendukung segala aktivitas ekonomi yang mendatangkan devisa bagi negara. Jadi, tidak adil rasanya jika iklan politik itu mengklaim pemerintah SBY sebagai pemecah rekor devisa tertinggi "sepanjang sejarah", terlebih jika dikomparasikan dengan keadaan Indonesia pada masa lalu di mana unsur-unsur produksi terpenting yang menghasilkan devisa belum tersedia sebagaimana sekarang. Klaim pencapaian lain yang perlu dibaca secara kritis adalah pemberantasan korupsi dan proses hukum terhadap 500 pejabat publik. Lagi-lagi dilabeli "tertinggi sejak merdeka". Padahal, pada era awal kemerdekaan, pertanyaan yang relevan diajukan bukanlah "siapa" yang korupsi, melainkan "apa" yang mau dikorupsi. Lebih-lebih waktu itu moral pejabat publik tidak mengalami degradasi seperti saat ini, di mana pragmatisme dan budaya konsumerisme yang ditularkan melalui media massa belum merebak luas seperti sekarang. Dulu, korupsi tentu ada dan pejabat yang ditangkap karena korupsi pun ada, namun tak sebanyak sekarang. Tentu karena kuantitas pejabat publik saat itu masih sedikit dan terbatas pada golongan priayi saja. Mengukur keberhasilan satu periode pemerintahan di republik ini mestinya bukan dengan jalan menganalogikan kepada periode pemerintahan sebelumnya yang terwakili dalam pernyataan "sepanjang sejarah", "sejak merdeka", atau "setelah Orde Baru". Paling tidak, hal itu serupa dengan mematut-matut diri di depan cermin yang tak menghasilkan apa-apa kecuali kegenitan untuk berbangga atas diri sendiri. Alangkah baiknya jika perbandingan pencapaian itu dilakukan dengan cara melihat apa yang dicapai oleh negeri tetangga, misalnya Malaysia atau Singapura. Tidak ada perbandingan yang lebih baik selain melihat keberhasilan orang lain daripada menakar keberhasilan sendiri. Alih-alih berjuang demi kepentingan rakyat, keberadaan iklan politik ini seolah mencuatkan alasan sesungguhnya: jangan-jangan SBY dan orang-orang di sekelilingnya lebih mengupayakan pencitraan positif dirinya demi melempangkan jalan menuju kekuasaan. Idealnya, pencapaian-pencapaian seorang presiden semasa ia berkuasa harus dipahami sebagai sesuatu yang semestinya dilakukan oleh setiap pemimpin di republik ini. Dan setelahnya, biarkan rakyat yang mengafirmasi sejauh mana keberhasilan itu dicapai. * New Email addresses available on Yahoo! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 4. Satu email perhari: ppiindia-dig...@yahoogroups.com 5. No-email/web only: ppiindia-nom...@yahoogroups.com 6. kembali menerima email: ppiindia-nor...@yahoogroups.com Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:ppiindia-dig...@yahoogroups.com mailto:ppiindia-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/