KOMENTAR:

Hal yang mirip dengan sasus demikian dan reaksi-reaksi kepresidenan demikian 
adalah suatu china syndrom di kalangan elite penguasa RI semenjak RI 
diprokalamsikan 17 Agustus 1945.

Dari asal mula sasus demikian inilah terjadi tindak penyembelihan terhadap 
lawan-lawan politik praktis dengan memakan korban Rakyat miskin dan papa 
Indonesia. Apakah para elite politik tidak menyadari pelajaran sejarah saling 
bantai perpolitikan di Indonesia? 

Salam,
A.M


  ----- Original Message ----- 
  From: Sunny 
  To: Undisclosed-Recipient:; 
  Sent: Sunday, February 01, 2009 12:41 AM
  Subject: [ppiindia] Isu Jendral Jadi Tim Sukses Diselidiki


  http://www.radarsorong.com/detail.php?id=523

  31 Januari 2009 09:12:57

  Isu Jendral Jadi Tim Sukses Diselidiki

  JAKARTA---Pernyataan SBY soal isu ada tim sukses di tubuh TNI jadi perhatian 
serius para petinggi militer Indonesia. Apalagi, yang disebut adalah desas 
-desus tim ABS ( Asal Bukan Susilo). Meski SBY tidak meyakini keabsahan 
informasi itu, tapi karena disampaikan di forum resmi, Mabes TNI tak tinggal 
diam. "Bapak Presiden juga tidak percaya informasi itu ya.Tetapi tetap akan 
jadi catatan saya, dan akan saya bicarakan dengan para perwira, apakah memang 
informasi itu ada," kata Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso, usai 
meresmikan Pusat Pengkajian Strategis TNI di Jalan Kebon Sirih, Jakarta kemarin 
(30/01). 

  Panglima menegaskan, pihaknya akan mengintensifkan pengawasan internal TNI 
untuk memastikan netralitas TNI berjalan sesuai kesepakatan yang dibuat sejak 
2004. Djoko menambahkan, netralitas TNI sudah final, sehingga TNI tidak akan 
memihak atau milih partai politik atau calon presiden mana pun. "Sejak 2004, 
TNI sudah memutuskan untuk netral, tidak terlibat politik praktis. Jadi, tidak 
akan memilih parpol atau calon presiden mana pun," katanya. 

  Jika terbukti ada tim sukses bagaimana ? "Kita lihat perkembangannya, apakah 
perlu dibentuk Dewan Kehormatan Perwira (DKP) atau tidak. Wong, informasinya 
saja belum tentu ada. Tetapi yang jelas, peringatan yang disampaikan Presiden 
akan menjadi catatan, perhatian saya untuk diwaspadai," katanya. 
  Pernyataan SBY yang disampaikan dalam pengarahan rapim Polri di Istana Negara 
Kamis (29/01) lalu itu juga direspon para komandan satuan. Informasi yang 
dihimpun Jawa Pos (grup Koran ini), beberapa komandan satuan langsung 
membriefing anak buahnya. 

  Kekhawatiran TNI cukup beralasan sebab beberapa purnawirawan jenderal 
nyta-nyata maju sebagai calon presiden. Misalnya mantan panglima TNI Wiranto, 
mantan Pangkostrad Prabowo Subianto, mantan Pangdam Jaya Sutiyoso, mantan KSAL 
Slamet Soebijanto. Belum lagi, para purnawirawan yang mengajukan diri sebagai 
calon anggota legislatif. 

  Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo 
juga langsung memerintahkan kepada seluruh panglima kodam untuk mendalami 
peringatan Presiden Yudhoyono, sekaligus meminta seluruh prajurit TNI untuk 
tidak main-main dengan netralitas. "Saya beritahukan kepada seluruh panglima 
kodam, agar jangan macam-macam dengan netralitas TNI," katanya usai membuka 
Rapat Pimpinan TNI AD 2009 di Mabes AD kemarin. Agustadi menegaskan, jika ada 
anggota TNI yang tidak netral maka pihaknya tidak segan-segan memberikan sanksi 
hingga berupa pemecatan. "Kalau terbukti, meskipun sudah setingkat pangdam juga 
copot," katanya.

  Dari DPR, ketua Fraksi PDI-P Tjahjo Kumolo mengkritik pernyataan SBY soal 
netralitas TNI-Polri. Dia mengatakan, jajaran pimpinan dua lembaga itu sudah 
berkali-kali menyatakan bahwa lembaga mereka akan netral dalam Pemilu. ''Kalau 
Presiden SBY menyebut ada indikasi tim sukses di tubuh TNI dan Polri, lebih 
baik Presiden menyebut saja tim sukses mana dan siapa orangnya,'' tegasnya. 

  Sebab, imbuh anggota komisi 1 itu, tuduhan SBY itu akan menimbulkan kisruh di 
tubuh TNI dan Polri. Masing-masing anggota akan saling curiga. Akibatnya, 
kondisi internal dua lembaga itu tak akan kondusif. ''Mereka saling 
menduga-duga dan mencari tahu siapa yang sudah terafiliasi ke capres atau 
partai,'' katanya.
  Apabila Presiden SBY tak segera menyampaikan, imbuh Tjahjo, dua lembaga itu 
akan kacau. Apalagi, informasi tersebut datang dari presiden. Validitas 
informasinya jelas tidak main-main. ''Kasihan TNI dan Polri kalau ini dibiarkan 
terus menerus. Mereka kan sudah menyatakan akan melaksanakan tugas reformasi di 
tubuh mereka sendiri,'' katanya. 
  Pendapat lain diungkapkan anggota Komisi I lainnya, Yuddy Chrisnady. Dia 
menilai, apa yang diungkapkan SBY adalah bentuk kekecewaannya terhadap 
institusi yang dia besarkan. ''SBY merasa dikhianati bawahannya. Pasalnya, SBY 
adalah senior TNI dan Polri yang ikut membesarkan. Presiden kan ikut memilih 
panglima dan kapolri,'' katanya. 
  Karena itu, Yuddy menilai wajar apabila Presiden SBY marah dan kecewa 
terhadap isu tersebut. ''Mungkin Presiden berharap adanya tindakan atau langkah 
peredaman gerakan tersebut dari panglima maupun kapolri yang dianggap merugikan 
dirinya,'' katanya. Pernyataan SBY tersebut, imbuh Yuddy, menunjukkan bahwa 
telah terjadi krisis kepercayaan Presiden terhadap bawahannya. 
  Yuddy sendiri ragu bahwa terjadi afiliasi politik dalam tubuh TNI dan Polri. 
Dia yakin, dua lembaga itu akan terus menjaga komitmen netralitasnya. ''Namun, 
yang sulit dikontrol adalah individu di dalam dua institusi itu. Apalagi, 
banyak mantan jenderal yang menjadi capres. Pendukung SBY dari kalangan TNI 
atau Polri akan berkurang,'' katanya.(rdl/aga/

  [Non-text portions of this message have been removed]



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke