mbak dimas curhat nih..



________________________________
From: masdimas62 <masdima...@gmail.com>
To: ppiindia@yahoogroups.com
Sent: Friday, April 3, 2009 5:51:10 PM
Subject: [ppiindia] Re: Perempuan Setara


Salam,

Itulah Islam yang menurut aslinya, di Gurung Pasir Arab, tidak begitu 
menghormati dan tidak begitu menghargai perempuan.

Mereka ditindas, dan diperlakukan sebagai barang dagangan, diumpetin di balik 
cadar dan jilbabnya. Mereka tidak boleh keluar rumah, menyetir mobil sendiri 
dan meniti karir yang setara sebagaimana yang terjadi hingga kini di negeri 
Arab Saudi. 

Hanya Islam yang tidak melindungi perempuan, karena membolehkan perempuan 
dipoligami, dipukul, ditalaq sepihak, dan hanya bisa pasrah  ketika harus 
berbagi suami. 

Kenapa ada muslim yang begitu bodoh menerima ajaran Islam Wahabi yang primitif 
dan tidak dmau menyesuaikan dengan dunia modern, ya?

Wassalam,

Dimas. 

--- In ppiin...@yahoogroup s.com, si pitung <sipitung68@ ...> wrote:
>
> itulah ISLAM dimana perempuan sangat dihormati & dihargai derajatnya.
> Bukan utk ditindas, apalagi diperlakukan spt 'barang' dagangan yg bs 
> dipamerkan, dikontes, bahkan ditawar dll..
> hanya ISLAM yg mampu melindungi wanita dari kerusakan, koq msh ada 'muslim' 
> yg bodoh mencari 'jalan' lain bahkan membuat2 isme2 yg aneh2 lalu menggugat & 
> menghujat ISLAM? mereka memang bener2 bodoh, tp mereka tdk sadar..
> 
> 
> 
> 
> ____________ _________ _________ __
> From: Ananto <pratikno.ananto@ ...>
> Sent: Friday, April 3, 2009 7:36:02 AM
> Subject: [ppiindia] Perempuan Setara
> 
> Perempuan Setara
> 
> Oleh: KH. A. Mustofa Bisri
> 
> > 
> Sang Pemimpin gundah gulana. Gosip kejam itu telah menguasai seluruh kota.
> Istri sang pemimpin digosipkan “ada main” dengan salah seorang anak buahnya.
> Istri yang digosipkan itu adalah perempuan muda yang sangat ia cintai dan
> sangat mencintainya, anak sahabatnya yang sangat ia cintai pula.
> 
> 
> 
> Karena tidak ada bukti maupun saksi, sang pemimpin hanya dapat meminta
> pendapat para tokoh-tokoh pembantunya mengenai kebenaran dan tidaknya gosip
> tersebut. Payahnya, beberapa tokoh yang dimintai pendapat, ada yang tampak
> membenarkan meski banyak yang terang-terangan menolak dan memustahilkan.
> Bahkan pro dan kontra tentang masalah ini nyaris menimbulkan fitnah.
> 
> 
> Sang pemimpin (Rasulullah, Nabi Muhammad SAW) akhirnya menemui sang istri
> yang sudah beberapa hari, atas permintaannya, berada di kediaman kedua
> orangtuanya. Sang istri (sayyidatina Aisyah r.a.) yang sudah dua hari dua
> malam tidak tidur itu sedang ditunggui kedua orangtuanya (sayyidina Abu
> Bakar Shiddiq dan Ummu Ruman), saat sang pemimpin masuk dan duduk di dekat
> pembaringan.
> 
> 
> “Aisyah, aku mendengar suara-suara begini-begitu tentang dirimu;” sabda
> Rasulullah kemudian, “apabila kamu tidak bersalah, Allah akan menyatakan
> kamu tidak bersalah. Bila ternyata kamu melakukan dosa, beristighfarlah
> kepada Allah dan bertaubatlah. Hamba apabila mengaku salah dan bertaubat,
> Allah akan menerima taubatnya.”
> 
> 
> Mendengar sabda sang suami tercinta itu, sayyidatina Aisyah-yang selama ini
> terus menangis-seketika airmatanya terhenti dan berkata ditujukan kepada
> kedua orangtuanya, “Kalian jawablah Rasulullah.” Kedua orangtuanya menjawab,
> “Demi Allah, kami tidak tahu harus berkata apa.”
> 
> 
> Sayyidatina Aisyah, sang istri belia itu pun berkata dengan tegarnya:
> “Sesungguhnya, saya tahu kalian semua telah mendengar omongan gosip ini,
> sehingga sudah tertanam dalam diri kalian dan kalian telah mempercayainya.
> Kalau pun saya mengatakan kepada kalian bahwa saya tidak bersalah, kalian
> tidak akan mempercayai saya. Sebaliknya, bila saya mengakui perbuatan yang
> Allah tahu semata bahwa saya tidak melakukannya, kalian pasti
> mempercayainya. Demi Allah, saya tidak menemukan contoh untuk kalian kecuali
> ayahnya Nabi Yusuf ketika berkata, Fashobrun jamiil wallaahul must’aanu
> ‘alaa maa tashifuun (Kesabaran yang baiklah pilihanku dan Allah sajalah
> tempat memohon pertolongan terhadap apa yang kalian ceritakan).” (Bacalah
> kisah menarik yang menjadi sebab turunnya ayat 4 dan seterusnya di surah 24.
> al- Nur antara lain di kitab Nurul Yaqin oleh Syeikh Muhammad Khudhari Bek).
> 
> 
> 
> Menyimak kata-kata sayyidatina ‘Aisyah di hadapan tokoh-tokoh agung -
> Rasulullah SAW dan shahabat Abu Bakar Shiddiq sekalian-itu mungkin orang
> tidak mengira bahwa ketika itu usianya baru belasan tahun. Sayyidatina
> Aisyah sepertinya memang disiapkan Allah menjadi contoh perempuan pendekar.
> Apabila Rasulullah SAW diasuh dan dididik langsung oleh Allah, maka
> sayyidatina Aisyah diasuh dan dididik langsung oleh Rasulullah SAW.
> 
> 
> Maka, tidak heran bila dalam sejarah Islam, sayyidatina Aisyah yang lahir 8
> tahun sebelum hijrah dan wafat tahun 58 H, dikenal sebagai perempuan paling
> alim. Menguasai ilmu-ilmu agama dan kesusastraan, bahkan ketabiban. Guru
> dari banyak tokoh-tokoh ulama dan mufti yang menjawab masalah-masalah
> keagamaan dan kehidupan yang diajukan. Ia dianggap perempuan yang paling
> mengetahui tentang al-Quran dan Sunnah Rasul SAW; di samping penyebar
> ilmu-ilmu agama terkemuka.
> 
> 
> Sayyidatina Aisyah pun boleh dikata menjadi-atau tepatnya mungkin: dijadikan
> Allah-simbol penolakan terhadap stigma bahwa perempuan adalah kaum lemah,
> konco wingking yang hanya swarga nunut neraka katut. Ia merupakan bantahan
> telak terhadap opini bahwa yang hebat hanya laki-laki. Tanpa menuntut
> kesetaraan dengan kaum laki-laki, sayyidatina Aisyah telah menunjukkan
> kesataraan.
> 
> 
> Di negeri kita sendiri, (dulu) banyak Muslimah yang mengikuti jejak
> sayyidatina Aisyah. Tanpa menggembar-gemborka n kesetaraan gender, mereka
> berbuat dan berkhidmah setara dengan kaum laki-laki. Sekedar contoh, Ibu
> Nyai Nur Chodijah yang merintis pondok pesantren puteri di Denanyar Jombang
> dan Ibu Rahmah Al-Yunusiyah di Sumatra Barat. Ibu Nyai Fatimah, Nyai
> Mahmudah Mawardi, Nyai Khairiyah Hasyim, dan Nyai Nuri Maksum yang mengajar
> santri-santri laiknya kyai-kyai. Nyai Sholichah Munawwarah aktivis sosial
> yang tidak kalah gigih dari aktivis laki-laki.
> 
> 
> Raden Ajeng Kartini, yang pernah ngaji dan berguru kepada Mbah Kyai Saleh
> Darat dan diperingati hari lahirnya tanggal 21 April, saya kira juga tidak
> hanya menuntut kesetaraan. Tapi, mengajak kaumnya untuk mensetarakan diri
> dengan ilmu pengetahuan dan pencerdasan.
> 
> 
> 
> Penulis adalah pemimpin Pondok Pesantren Roudhotut Thalibin, Rembang.
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
> ------------ --------- --------- ------
> 
> ************ ********* ********* ********* ********* ********* ********* 
> *********
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
> Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups. yahoo.com/ 
> group/ppiindia
> ************ ********* ********* ********* ********* ********* ********* 
> *********
> ____________ _________ _________ _________ _________ _________ _
> Mohon Perhatian:
> 
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Reading only, http://ppi-india. blogspot. com 
> 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@ yahoogroups. com
> 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@ yahoogroups. com
> 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@ yahoogroups. com
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


   


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke