http://www.harianjogja.com/web2/artikels/detailartikel/84/mengukur-sukses-proses-demokrasiview.html


Mengukur sukses proses demokrasi 

Minggu, 05 April 2009 09:52:58    Dalam proses Pemilihan Umum ada 3 aspek yang 
harus dicermati, yaitu pertama aspek one man, dua aspek one vote dan ketiga 
aspek one value.  Aspek one man dan one vote adalah menyangkut nilai-nilai 
mekanisme prosedur dari pemilihan umum sedangkan one value adalah menyangkut 
aspek substansi dari pemilihan umum itu sendiri.

    Aspek one man adalah bagaimana setiap warga negara yang mempunyai hak pilih 
itu dapat menggunakan hak pilihnya. Hal ini menyangkut dari proses pendataan 
pemilih dan segala proses bagaimana rakyat dapat memilih dengan 
semudah-mudahnya dari sisi waktu, biaya, jarak, dsb. 

    Kemudian dari aspek one vote, yaitu bagaimana rakyat yang sudah punya hak 
pilih itu menggunakan hak pilihnya dengan sebaik-baiknya. Jika dua hal tersebut 
berjalan dengan baik maka dapat dikatakan proses pemilihan umum sukses, tetapi 
hanya sukses dari aspek mekanisme prosedurnya. 

    Bila pertanyaan dilanjutkan, apakah substansi dari demokrasi itu sendiri 
sudah berjalan dengan sukses, maka aspek ketiga yang harus kita nilai yaitu 
aspek one value. Yang disebut aspek one value adalah rasionalitas, alasan dari 
pemilih didalam menentukan pilihannya apakah masih bersifat hanya karena 
sebatas diberi imbalan tertentu atau  sebatas hanya karena kultur .   Apakah 
dia benar-benar secara rasional memahami konsekuensi dari pilihannya bahwa 
pilihannya itu sangat menentukan kehidupan bangsa lima tahun ke depan? Juga  
apakah caleg yang dipilih dapat dipercaya untuk menjalankan amanah itu dari 
berbagai analisa dan rekam jejaknya. 

    Namun menurut pengamatan saya, proses Pemilu 2009 ini mungkin kalaupun 
sukses masih sebatas sukses prosedurnya. Walaupun saya sendiri juga sangsi 
apakah sukses prosedur ini dapat diraih dalam Pemilu 2009 ini, mengingat 
banyaknya berbagai persoalan dari daftar pemilih, kesulitan pemilih, kesulitan 
rakyat dalam menggunakan hak pilihnya. Ada pula beberapa kesulitan misalnya 
masalah formulir A5 yang tidak mudah untuk diperoleh.

    Tapi dari sisi one value,  saya  pesimis bahwa value substansi demokrasi 
ini ada di dalam Proses Pemilu 2009 ini. Kenapa saya menilai seperti itu? 
Karena memang saya melihat partai politik tidak pernah atau tidak ada yang 
benar-benar mempunyai program berkelanjutan selama 5 tahun sejak Pemilu 2004. 

    Apakah ada partai  politik yang memberikan  program pendidikan politik 
untuk masyarakat dalam bentuk komunikasi politik yang transparan dan akuntabel? 
Yang ada semua partai melakukan proses komunikasi politik instan dengan 
berbagai format kampanye yang sama sekali tidak ada unsur pendidikan politik. 
Hanya ada unsur heboh, glamour, menghibur, membagi materi yang menjadikan 
rakyat tidak bertambah pemahaman politiknya dan apa risiko dari salah pilih. 

    Lebih banyak  rakyat diajak berpikir instan, cash and carry, ataupun diajak 
untuk percaya melakukan pilihannya tidak dengan rasionalitas/kesadaran rasional 
tinggi tapi dalam pemikiran yang bersifat meninabobokan atau pembiusan sesaat. 

    Lihat saja fenomena format kampanye terbuka yang diadakan sejak 17 Maret 
yang lalu, saya lihat tidak ada satu partaipun yang membuat terobosan yang di 
detik-detik terakhir bagaimana mencoba untuk berkomunikasi politik dengan 
format mencerdaskan masyarakat. 

    Yang saya lihat adalah format kampanye terbuka, yang selalu targetnya 
hanyalah satu: bagaimana menarik pengunjung  sebanyak-banyaknya dalam kampanye 
terbuka itu dengan cara/format lebih menonjolkan menyenangkan pengunjung dengan 
hiburan ada, dari musik pop, musik dangdut, atraksi lain-lain atau bentuk 
hura-hura yang lain pokoknya serba menyenangkan, heboh, bukan mencerdaskan.

    Tidak ada yang membuat suatu terobosan, misalkan dimana partai politik 
dalam kampanye terbuka di sana semua caleg dibuat counter-counter. Di 
counter-counter tersebut caleg diberi meja dan kursi, menyiapkan brosur dan 
lainnya, untuk berani berdialog langsung dengan masyarakat, membuat komitmen 
langsung dengan masyarakat, menjawab berbagai pertanyaan masyarakat, diuji  
masyarakat pemikirannya dan lainnya.

    Lantas, juga perlu ditambah satu lagi counter besar, khusus untuk partai, 
untuk menjelaskan program partai secara nasional, dan secara lokal. Jadi di 
situ akan ada interaksi yang positif sekali, pembelajaran bagi rakyat untuk 
berhak menanyakan apa yang menjadi pemikirannya, apa yang harus diketahui oleh 
rakyat terhadap suatu partai atau terhadap seorang caleg sedalam-dalamnya, 
lewat cara membuka komunikasi dua arah, dialog, diskusi. 

    Saya tidak tahu kenapa format kampanye dari pemilu ke pemilu tidak ada 
perubahan. Ada dua kemungkinan: pertama, partai masih menganggap rasionalitas 
rakyat Indonesia belum berkembang, sehingga terobosan-terobosan itu tidak 
diperlukan karena tidak sesuai dengan kondisi masyarakat dan partai politik 
senang dengan kondisi itu dan tidak tergugah untuk mencoba mencerdaskan 
kehidupan politik bangsa ini.  

    Kedua, kita bangsa yang tidak inovatif,  terlalu takut untuk membuat 
perubahan, sehingga semua partai tidak ada yang berani menjadi pelopor dalam 
format pendidikan politik. Akhirnya memang bangsa kita selalu menjadi bangsa 
follower, pengikut.

    Ya.. waktu sudah berlalu, tanpa terasa people judgment day atau hari 
penghakiman rakyat akan tiba, 9 April mendatang hari dimana rakyat berkuasa 
penuh, menentukan siapa yang berhak dan layak mewakili dirinya.  

    Akhirnya saya tutup dengan pepatah, tidak ada yang abadi di dunia ini 
selain perubahan itu sendiri. Jika ternyata masyarakat berubah paradigmanya, 
rasionalitasnya dan bahkan mungkin akhirnya ada ketidakpercayaan yang tinggi 
terhadap semua partai karena memang partai tidak berusaha memandang rakyat 
dengan cerdas, maka jangan-jangan nanti banyak yang surprise dengan kekecewaan 
karena banyak hal yang diprediksi, ternyata tidak terjadi. Selamat berdemokrasi.


Oleh Herry Zudianto
Walikota Jogja


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke