he..he..skrng jg byk orang primitip, walau kliatannye modern :p

kirain mo komentar yg lebih cerdas ala jurnalis top, hehe.. 




________________________________
From: masdimas62 <masdima...@gmail.com>
To: ppiindia@yahoogroups.com
Sent: Monday, April 13, 2009 8:33:46 PM
Subject: [ppiindia] Re: Solidaritas Perempuan (?)





Ketelatan postingnya, Tung.
Mestinya dikirim di Arab, tahun 622 M 
Waktu hijrah Nabi.
hi..hi...hii. .
Kalau sekarang sih 
jadinya primitif banget...
ha...ha..

--- In ppiin...@yahoogroup s.com, si pitung <sipitung68@ ...> wrote:
>
> Dinarasikan Ibn Mas'ud (ra): Rasulullah (saw) bersabda:
> "Wanita
> yang tidak menutup aurat adalah salah satu sumber korupsi. Setan akan
> mempercantik dia di mata laki-laki (untuk menjerumuskan laki2 dan dia
> sendiri). Sesungguhnya di rumah, ia akan lebih dekat kepada Allah swt."
> 
> ternyata...kaum feminis kurang rasa solidaritasnya thd perempuan he..he..
> 
> perempuan yg ga bs jaga auratnya, lebih baik di rumah aja. Krn kebanyakan 
> perempuan yg 'hidup' di luar rmh, lebih dekat kpd maksiat, ga ngarasa yaa? :p
> 
> bntr lg..ahli fiqih & hadist 5 madzab bakal koar2 hihi..sapa tau kali ini 
> berbobot ya, nunggu aah..!
> 
> 
> 
> Solidaritas Perempuan (?)
> http://akmal. multiply. com/journal/ item/727/ Solidaritas_ Perempuan_
> 
> 
> assalaamu’alaikum wr. wb.
> 
> Belakangan, nama Solidaritas Perempuan mencuat.  Diantara
> seruan-seruan untuk golput dan tidak golput menjelang Pemilu 2009,
> organisasi yang satu ini mengeluarkan seruan yang cukup unik : jangan
> pilih partai yang pro-poligami!
> 
> Masalah menyikapi poligami memang selalu erat kaitannya dengan aliran 
> sekularisme- liberalisme.  Bagaikan sebuah aturan tak tertulis, siapa pun 
> yang mau bergabung dalam barisan sekuler-liberal mestilah anti-poligami.  
> Tapi dalam beberapa kasus, terjadi juga pertentangan di kalangan mereka.  
> Masdar F. Mas’udi, misalnya, namanya tenggelam diantara rekan-rekan 
> liberalisnya karena melakukan poligami..  Demikian
> pula Ade Armando, yang melakukan dua ‘dosa’ sekaligus dalam pandangan
> kaum liberalis, yaitu melakukan poligami dan mendukung UU Pornografi.
> 
> Posisi kaum feminis dalam isu pornografi memang unik.  Mereka tidak terima 
> jika kaum perempuan dituduh sebagai oknum yang dengan sengaja memancing hawa 
> nafsu kaum lelaki.  Kalau
> ada yang mengatakan bahwa pornografi harus dilarang demi melindungi
> perempuan, maka mereka akan menuduh bahwa kita telah bertindak tidak
> adil karena justru menyalahkan korban, bukan pelaku kejahatannya.  
> Seolah-olah, kalau ada perempuan yang diperkosa, maka kubu anti-pornografi 
> akan menyahut: “Rasain!  Siapa suruh ngumbar aurat sendiri!”
> 
> Tentang Perlindungan
> 
> Teman
> saya pernah bertanya: mengapa seorang lelaki bisa menikah dengan
> keputusan sendiri, sedangkan perempuan harus dinikahkan oleh walinya?  Apakah 
> ini berarti perempuan tak mampu membuat keputusan sendiri?
> 
> Saya ingat, dalam pelajaran Biologi SMA dulu, ada makhluk bersel satu yang 
> jenis kelaminnya baru diketahui ketika ia kawin.  Pihak yang aktif itulah 
> yang jantan, sedangkan yang pasif dianggap betina.  Sistem
> klasifikasi yang sekilas nampak konyol ini sebenarnya tidak terlalu
> naif, mengingat dalam kenyataannya memang demikianlah adanya.  Jenis kelamin 
> jantan / laki-laki memang lebih aktif mencari pasangan.  Jenis
> kelamin betina / perempuan cenderung pasif, dan kalaupun dibilang
> aktif, maka hanya terbatas pada usaha menarik perhatian lawan jenisnya
> (misalnya pada berbagai spesies burung yang memamerkan bulu-bulu
> indahnya).  Meskipun kaum feminis selalu menolak tuduhan bahwa kaum perempuan 
> gemar memancing syahwat lelaki, namun sebagian iklan produk-produk kecantikan 
> di televisi menunjukkan fakta sebaliknya.
> 
> Keaktifan laki-laki ini membawa kita pada konsekuensi berikutnya.  Laki-laki 
> bukan hanya memiliki fitrah untuk berpasang-pasangan, tapi juga untuk secara 
> aktif dan sistematis mencari pasangan.  Kalau sudah pasang target, tentunya 
> setelah itu ada perencanaan dan strategi.  Saking
> ambisiusnya, kadang segala cara pun dihalalkan, mulai dari rayuan
> gombal sampai pada penggunaan jasa paranormal dan dukun pelet.  Ini kenyataan!
> 
> Repotnya,
> karena kecenderungannya adalah bersikap pasif (dan aktif sebatas
> usaha-usaha menarik perhatian lawan jenis), kaum perempuan jauh lebih
> tidak siap daripada lelaki dalam hal mencari pasangan.  Dengan trend masa 
> kini yang membuat perempuan semakin terobsesi dengan kecantikan
> fisiknya sendiri, maka kaum lelaki pun makin mudah menyusun strateginya.  
> Yang lelaki nggombal, yang digombali pun ternyata senang.
> 
> Lingkaran setan akan terjadi ketika perempuan semakin dimabuk oleh 
> gombalisasi sang lelaki.  Senang fisiknya dipuja-puji, maka makin banyaklah 
> yang diperlihatkan.  Win-win solution!  Ketika syetan mampir dan membisikkan 
> godaan di dalam dada, maka perzinaan adalah opsi berikutnya.
> 
> Tentunya
> kita tidak perlu berpihak pada para lelaki gombal, namun, kalau
> menggunakan akal sehat, kita juga tak boleh mengabaikan fakta bahwa
> perempuan memang cenderung lebih vulnerable dalam urusan mencari pasangan.  
> Kita sering mendengar kisah tentang lelaki yang selalu manis ketika pacaran, 
> tapi tiba-tiba ringan tangan ketika sudah menikah.  Inilah
> contoh perempuan yang tertipu mentah-mentah oleh sikap lelaki yang
> tengah mendekatinya secara sistematis (tentunya kita berempati terhadap
> mereka yang tertipu).  Ini adalah fakta yang dapat kita jumpai sehari-hari, 
> bukan khayalan semata.
> 
> Tentang Harga Diri
> 
> Dalam aksi penolakan terhadap poligami, isu sentral yang dikemukakan adalah 
> seputar harga diri.  Konon, poligami itu merendahkan perempuan.  Padahal
> poligami yang benar itu tidaklah ditutup-tutupi; artinya, seorang istri
> adalah seorang istri, tidak peduli istri keberapa.  Memperlakukan istri 
> pertama dan istri kedua, ketiga, dan keempat, haruslah adil.  Islam tidak 
> membenarkan diskriminasi perlakuan dalam praktek poligami.
> 
> Ironisnya, kaum feminis justru tak pernah mengoreksi kelakuan perempuan yang 
> merendahkan kaumnya sendiri.  Jika
> isu utama adalah harga diri, maka seharusnya mereka pun mendemo Maria
> Eva, atau perempuan-perempuan simpanan para pejabat, atau para pelacur
> yang menjajakan kehormatannya dengan harga yang murah.  Oknum-oknum semacam 
> inilah yang merongrong kaum perempuan sehingga harga dirinya jatuh.
> 
> Sikap kaum feminis terhadap tindakan pamer aurat memang sangat mengherankan.  
> Mereka seolah tidak mau tahu pada kenyataan bahwa lelaki tak pernah 
> menghormati perempuan yang mengumbar auratnya sendiri.  Bagi para lelaki 
> hidung belang (yaitu yang senang dengan sajian aurat seperti itu), perempuan 
> hanya barang.  Mendapatkan kesuciannya adalah sebuah kompetisi yang akan 
> dibangga-banggakan bersama teman-temannya.  Ini rahasia umum, dustalah siapa 
> pun yang menyangkalnya!  Siapakah
> yang merendahkan harga diri perempuan: yang semacam Dewi Persik dan
> Sarah Azhari, atau yang seperti Neno Warisman dan Yoyoh Yusroh?  Manakah
> yang lebih dihormati lelaki: perempuan yang mencari uang dari goyang
> erotis dan pose seksi, atau yang hidup terhormat sebagai pemimpin di
> rumah tangganya?  Jika ukurannya adalah
> kehormatan, dan bukan sekedar jumlah bayaran yang diterima, maka kedua
> kubu ini memang sangat tidak sebanding.
> 
> Dalam kasus Playboy di Indonesia, suara kaum feminis justru tidak terdengar.  
> Padahal,
> bos jaringan internasional majalah Playboy adalah lelaki yang telah
> menginjak-injak martabat perempuan hingga ke derajat yang paling rendah.  
> Hugh Martson Hefner, kelahiran tahun 1926, dikenal memiliki banyak kekasih di 
> luar istrinya sendiri.  Ini dilakukannya secara terbuka, dan seluruh dunia 
> mengetahuinya.  Para lelaki hidung belang menganggapnya sebagai idola, karena 
> bisa mengencani banyak perempuan tanpa ada yang protes.  Pada tahun 1999 
> saja, menurut catatan Wikipedia, Hefner mengencani tujuh perempuan sekaligus. 
>  Jangan tanya permainan seks macam apa yang sudah terjadi di rumahnya.  
> Baginya, mendapatkan perempuan adalah perkara mudah saja, asal ada 
> kesepakatan harga.  Apakah ada tokoh lain di masa kini yang lebih merendahkan 
> derajat perempuan?
> 
> Nampaknya
> gerakan feminisme di masa kini justru lebih banyak salah alamatnya,
> karena mendompleng gerakan sekularisme- liberalisme, yang sebenarnya
> justru sangat merendahkan perempuan.  Selama kaum
> feminis belum memahami kodrat perempuan yang sesungguhnya, dan mengakui
> fakta-fakta yang sebenarnya terjadi di dunia ini, maka feminisme takkan
> pernah benar-benar memiliki andil dalam mengangkat derajat kaum
> perempuan.
> 
> wassalaamu’alaikum wr. wb.
> 
> 
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


   


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke