Bahaya Pornografi Berbalut Seni

Fenomena pornografi sangatlah marak pada saat ini, mulai dari media, surat
kabar, tabloid, majalah dan lain lain, yang mempertontonkan poster ataupun
gambar wanita dengan pakaian setengah telanjang sebagai bahan beritanya dan
semua itu tenggelam dalam pembelaan bahwa hal itu adalah sebuah seni
semata.  Sebenarnya tak ada yang baru dalam kontroversi sekitar pornografi -
dari kata Yunani porne artinya 'wanita jalang' dan graphos artinya gambar
atau tulisan. Sudah dapat diduga bahwa masyarakat dari berbagai kalangan
akan bereaksi terhadap penerbitan gambar-gambar yang dianggap melampaui
ambang rasa kesenonohan mereka. Seperti biasanya pula, menghadapi reaksi
masyarakat itu, para pornokrat membela dengan menuntut definisi, apa yang
seni dan apa yangpornografi? Nilai estetika adalah keindahannya dan etika
adalah nilai moral jadi seni harus menghadirkan estetika dan etika.

pornografi sebagai pekerjaan manusia atau proses yang sengaja dibuat untuk
menimbulkan syahwat. Seni adalah tindakan sengaja atau proses penciptaan
untuk menimbulkan kreativitas. Untuk memahami seni dibutuhkan kecerdasan.
untuk apa indah saja ketika itu melanggar nilai-nilai moral.Bukankah kita
bisa "berseni" tanpa itu? Juga seni sangat berbeda dari pornografi yang mana
adalah sebuah aksi mempertontonkan bagian tubuh tertentu untuk menstimulasi
penontonnya secara seksual.Terkadang bagi saya ini terlihat seperti
pengambing-hitaman seni oleh pornografi atau Pornografi berselimutkan seni.
Dimana seharusnya tidak terdapat titik temu antara seni dan pornografi
karena mereka berbeda. Dan mempertontonkan bagian-bagian tubuh
tersebut(maaf-payudara, pantat dll) melanggar nilai budaya kita dan kalau
saya tidak salah itu melawan hukum juga.

Teori Estetika modernis tegas menganggap pornografi bukan seni dan
merekomendasikan agar pornografi ditiadakan atau dikontrol ketat karena
secara sosial berbahaya. Estetika posmodern juga merekomendasikan pornografi
dienyahkan, bukan karena pertimbangan seni atau bukan seni, melainkan karena
mengeksploitasi keperempuanan sebagai komoditas, dan merendahkan martabat
perempuan. Jadi pornografi tidak dapat dibela dari dalam teori estetika,
lama maupun baru. Pornografi memang bukan masalah estetika, melainkan
masalah etika.pornografi tidak dapat berlindung di belakang kebebasan pers.
Apa yang disebut kebebasan pers bukan kebebasan subyektif yang berkaitan
dengan etika privat, melainkan kebebasan yang sifatnya politik berkaitan
dengan etika sosial. Artinya, kebebasan pers tidak dapat dilepaskan dari
keterikatannya pada ruang sosial bersama.

Tekadang Seni/art itu sering bersembunyi Di balik lensa kamera yang
subyektivitasnya begitu pongahkah ? Di balik sisi kehidupan glamor para
modelnya? Atau ia berlindung di balik didisiplin ilmu fotografi dan
sinematografi yang diperoleh selama bertahun-tahun menimba sumur ilmu di
negeri orang? Ataukah telah ditelan oleh ular lain yang lebih berbisa? (Bisa
‘ngibul maksudnya!) Pertanyaannya sekarang: apakah sedemikian hebatnya
disiplin ilmu yang satu ini sampai-sampai mampu menjadi juri atau hakim atas
pengadilan pornografi.

Betapa ruas-ruas jalan di kota-kota besar seperti Jakarta kini terus dihiasi
dengan gambar-gambar perempuan dalam pose telanjang, baik di majalah maupun
tabloid. Gambar-gambar itu bukan hanya menjadi konsumsi kalangan laki-laki
dewasa, melainkan juga telah menjadi tontonan ABG, bahkan anak bawah usia.
Buku-buku yang mendeskripsikan secara terang adegan-adegan ranjang demikian
menjamur di kalangan para pelajar. Film-film biru dengan mudah dapat
dijumpai dan diperoleh di pinggir-pinggir jalan dan trotoar Ibu Kota.
apakah ini sebuah seni? jawablah dengan nurani dan hati anda.

Secara tahukah kita bahwa Pornografi memiliki efek negatif, Paparan materi
pornografi secara terus-menerus menyebabkan kecanduan (adiksi) yang pada
akhirnya mengakibatkan jaringan otak mengecil dan fungsinya terganggu.
Dampaknya lebih parah dari kerusakan otak akibat kokain.Dalam seminar
mengenai dampak pornografi terhadap kerusakan otak di Jakarta, Senin, ahli
bedah syaraf dari Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton
Jr, MD mengatakan bahwa adiksi mengakibatkan otak bagian tengah depan yang
disebut Ventral Tegmental Area (VTA) secara fisik mengecil.pornografi sama
juga dengan candu lainnya karena akan merusak fisik dan psikis, dan
melanggar norma kesusilan.Norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang
berasal dari hati nurani yang menghasilkan akhlak, sehingga seseorang dapat
membedakan apa yang dianggap baik dan apa pula yang dianggap buruk.

Kecanduan pornografi sama prosesnya dengan kokain dan zat adiktif lainnya.
paparan pornografi menyebabkan perubahan konstan pada neurotransmitter dan
melemahkan fungsi kontrol. Seseorang yang kecanduan pornografi tak bisa
mengontrol perilaku seksnya dan mengalami gangguan memori. Kondisi ini tidak
terjadi segera, tetapi melalui tahapan dan ditandai tindakan impulsif
kecanduan dan perubahan perilaku.Kerusaka otak akibat enduan ini lebih berat
dibandingkan dengan jenis kecanduan lainnya. Kecanduan pornografi dan
narkoba mengakibatkan kegagalan adaptasi sosial. dan juga merusak fungsi
otak dan struktur otak dengan pola yang sama dengan gejala gejala adiksi
fisiology karena obat obatan dan alkohol. Bila gangguan perilaku dan
kemampuan intelegensia meluas hal itu akan memeperburuk kemampuan, kesehatan
fisik, mental dan sosial.

lalu bagaimana cara menghilangkan kecanduan terhadap pornografi:
1. Motivasi diri agar melakukan kegiatan apapun yang bermanfaat supaya lepas
dari kecanduan. Selalu ingat selalu akibat fatal dari candu pornografi(lebih
baik lagi jika ada dukungan dari orang lain).
2. Menciptakan situasi aman dari materi pornografi dengan menghambat akses
pecandu terhadap berbagai bentuk materi pronografi. (Perlu kerjasama dari
berbagai pihak)
3. Membentuk kelompok pendukung dengan konselor dan terapis.
4. Meningkatkan spiritualitas & Iman Kepada Tuhan

Adapun hasil survei yang dilakukan Komisi Nasional Perlindungan Anak
terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar di Indonesia tahun 2007 menunjukkan,
sebanyak 97 persen dari responden pernah menonton film porno, sebanyak 93,7
persen pernah ciuman, petting, dan oral sex, serta 62,7 persen remaja yang
duduk di bangku sekolah menengah pertama pernah berhubungan intim, dan 21,2
persen siswi sekolah menengah umum pernah menggugurkan kandungan.

Sebuah data yang mengejutkan memaparkan bahwa saat ini 93,7 Persen Anak
Indonesia Pernah Ciuman, Petting, dan Oral Sex, suatu hasil yang menusuk
bangsa ini yang katanya sebagai penduduk muslim terbesar di dunia mengapa
hal ini bisa terjadi, semua ini bisa terjadi karena suatu dampak buruk
kapitalisme, dimana hampir semua media menayangkan adegan seperti ini dari
korang 3000 perak (lampu merah) sampai harga puluhan ribu (Popular, Playboy,
ME) dan hampir semua media menampilkan gambar foto yang fulgar, dan hal ini
telah terjadi perubahan moral bangsa ini.

Menghadirkan agama apalagi hanya satu tafsir tertentu dalam agama ke dalam
dunia seni, sungguh sangat musykil. Di antara dua entitas ini, agama dan
seni, terdapat jurang pemisah yang amat dalam. Agama sebagaimana dikemukakan
di dalam fikih Islam memiliki perhatian yang rendah terdapat dunia seni ini,
karena di dalamnya selalu dimungkinkan terjadinya sejumlah kemaksiatan.
Agama mengatur secara amat ketat menyangkut hubungan laki dan perempuan yang
bukan mahram. Tidak boleh ada persentuhan fisik. Sementara seni meniscayakan
adanya perjumpaan dan persentuhan fisikal., maka agama melalui fikih Islam
justru hadir untuk membatasi totalitas itu.

Setiap masyarakat memiliki standar moralitas yang tanpa itu eksistensi
masyarakat itu sendiri goyah atau bahkan berakhir. Moralitas pada dasarnya
berfungsi melindungi baik dunia sosial bersama maupun dunia subyektif
masing-masing individu. Tentu standar moralitas itu juga berkembang bersama
perkembangan masyarakatpendukungnya. Potensi-potensi kreatif dalam
masyarakat sewaktu-waktu akan tampil menawarkan alternatif, juga unsur-unsur
luar akan ikut bertarung mendapatkan tempat berpijak dalam masyarakat.

Mengapa mencari pembenaran atas dasar ketetapan yang bukan berasal dari hati
nurani yang bersih yang berada di luar sana, dan jelas-jelas terkapar
dihajar oleh logika sederhana. Mengapa seni lantas dijadikan kambing-hitam
atas segala kecenderungan untuk menelanjangkan  diri di satu sisi, dan di
sisi lain seni ditinggalkan dengan mengatasnamakan moral dan kejahatan.
Mengapa tidak bicara atas nama hati nurani yang jujur. Bukankah para
budayawan dan seniman dikenal dengan kejujurannya.Maka mulai saat ini mari
kita kampanyekan gerakan NO Pornografi, karena tidak ada manfaat positif
dari sebuah pornografi, juga tidak ada tempat pembenaran atas persembunyiaan
pornografi pada sebuah seni. semua hanyalah pembenaran atas kebohongan
semata. Maka Hentikan semua Pornografi yang mengatasnamakan Seni. Selamatkan
Indonesia dari Pornografi. saran dan kritik tujukan ke
erwinaria...@gmail.com


"Katakanlah kepada wanita yang beriman : hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya kecuali yang (biasa) nampak dari
pada nya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya dan
janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada muhrimnya. Dan janganlah
mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah swt hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung" (surat An Nur ayat 31.)

"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat"
(Surat An Nur ayat 30)

"Anti pornografi itu nggak munafik. Yang munafik itu justru ORANGYANG
MENGATASNAMAKAN SENI UNTUK PORNOGRAFI" Jonru

Pornografi juga tidak terkait dengan agama atau budaya tertentu. Pornografi
sangat bertentangan dengan moral dan akan menyebabkan penyakit mental dan
kejahatan.


Dari berbagai sumber
erwin Arianto
10 April 2009
Http://erwin-informasi.blogspot.com <http://erwin-informasi.blogspot.com/>


-- 
Best Regard
Erwin Arianto,SE
エルイン アリアント (内部監査事務局)
-------------------------------------
SINCERITY, SPEED,  INOVATION & INDEPENDENCY


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to