http://www.harianterbit.com/artikel/rubrik/artikel.php?aid=65686
Demokrasi dengan calon berkualitas Tanggal : 13 Apr 2009 Sumber : Harian Terbit Oleh Prof Dr Haryono Suyono SETELAH penghitungan suara hasil pemilihan anggota legislatif tanggal 9 April selesai, jelas sekali pilihan rakyat atas partai politik untuk menyusun legislasi guna mengantar pembangunan bangsa yang sangat besar ini dipercayakan. Pilihan terhadap anggota legislatif itu akan dilanjutkan dengan pemiilihan presiden dan wakil presiden untuk memimpin pembangunan mengantar seluruh anak bangsa memapak masa depan yang lebih baik. Dari urutan partai politik yang memenangkan pemilihan anggota legislatif, sebagian besar rakyat mungkin yakin bahwa Presiden untuk lima tahun mendatang adalah Dr. Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY. Wakil Presidennya masih perlu dipikirkan dan dipilih dari anak bangsa yang bisa mendampingi Presiden memimpin Republik Indonesia yang sangat kita cintai itu. Apabila kita percaya pada team yang selama lima tahun ini memimpin bangsa ini dengan baik, maka team yang sama bisa melanjutkan memimpin pembangunan. Karena partai Golkar tidak menjadi pemenang pemilu, maka Ketua Umumnya, Jusuf Kalla, bisa kembali bergabung dalam satu team untuk melanjutkan tugas menjadi pendamping SBY. Kombinasi ini diperkuat dengan team yang berasal dari kedua partai sebagai Menteri pembantu presiden. Untuk memperkuat koalisi, bisa diajak wakil beberapa partai lainnya untuk ditunjuk sebagai Menteri membantu pasangan tersebut. Kombinasi koalisi itu akan menjadi suatu team yang kuat, baik di eksekutif maupun dukungannya di lembaga legislatif. Apalagi kalau jumlah kursi Demokrat dan Golkar dipersatukan. Jumlah suara Demokrat dan Golkar yang tinggi, sekaligus tinggi di luar Jawa, akan menghasilkan jumlah kursi kedua partai politik itu akan cukup besar untuk menjamin dukungan legislatif bagi pemerintahan lanjutan SBY JK yang kuat. Ditambah satu dua partai kecil lainnya, maka koalisi beberapa partai politik saja sudah cukup untuk menyusun pemerintah yang lebih stabil. Apalagi jumlah partai politik yang lolos memasuki DPR akan jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah partai politik di DPR pada masa lalu. Tetapi bisa ada pendapat atau asumsi lain. Di negara yang sangat demokratis, serta pengalaman masa lalu yang menarik, kita tidak boleh menganggap kemenangan partai Demokrat sebagai garansi untuk menetapkan SBY langsung sebagai Presiden. Mungkin saja rakyat memilih Partai Demokrat sebagai partai politik yang selama lima tahun ini telah menjadi pendamping yang setia dari pemerintah dalam melaksanakan pembangunan. Karena itu Partai Demokrat bisa dianggap mengetahui kemudahan atau kesulitan yang dihadapi pemerintah, tetapi bisa dianggap kurang mengetahui apa yang dirasakan rakyat. Kalau pasangan SBY-Kalla ditawarkan kepada rakyat, bisa ditolak karena mereka justru berharap Partai Demokrat menjadi partai oposisi seperti halnya Partai Demokrasi Indonesia Pembangunan lima tahun terakhir ini. Kalau pendapat ini benar, sekaligus sebagai pendidikan demokrasi yang terbuka, maka harus ada alternatif lain. Dengan mempertimbangkan jumlah kursi yang ada di DPR, PDIP dan atau Partai Golkar bisa memasang paket calon Presiden dan wakil presiden untuk disandingkan dengan pasangan SBY dan wakil presiden pilihannya. Kalau ada tiga pasangan, SBY dan wakilnya, Mega dan wakilnya, serta Jusuf Kalla dan wakilnya, ketiganya secara terbuka bisa dipersandingkan, bukan dipertandingkan, untuk dipilih oleh rakyat. Paket setiap partai politik mengambil calon Wakil Presiden dari partai lain atau tenaga profesional yang independen. Pembantu itu adalah tenaga intelektual atau tenaga non partisan untuk menjadi pembantu profesional sebagai Wakil Presiden. Dengan Wakil Presiden seorang tenaga profesional maka berbagai program dan kegiatan pembangunan tidak hanya harus dilihat dan dikendalikan secara politis, tetapi dikoordinaikan secara tehnis profesional untuk mencapai target-target operasional yang menguntungkan rakyat banyak. Lebih dari itu, siapapun yang menang dalam pemilihan presiden, bebas mengambil tenaga terbaik dari partai-partai politik yang bersanding itu untuk membantunya sebagai Menteri membangun bangsa yang besar ini menghadapi tantangan dan mengantarnya menjadi bangsa besar, berwibawa, adil dan makmur. Pendekatan damai ini dijadikan tradisi baru sehingga Republik Pancasilais yang besar ini bisa membangun bangsa dengan lebih damai, terarah dan mantab. (Prof Dr Haryono Suyono, Universitas Airlangga, Surabaya/haryono.com) [Non-text portions of this message have been removed]