Jakarta (ANTARA News) - Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal
TNI Ryamizard Ryacudu memuji keberanian pemimpin Iran dalam menghadapi
kekuatan negara asing, seperti Amerika Serikat (AS).

"Kita harus berani menghadapi campur tangan asing, seperti yang
dilakukan Iran menghadapi AS. Iran tak mau diatur soal nuklir, karena negara
lain boleh punya nuklir, kenapa Iran tak boleh?," katanya di Bogor, Kamis.

Berbicara di Forum Pendidikan Guru Kader Nasional Pemuda Demokrat Indonesia,
Ryamizard mengajak generasi muda untuk menjaga kehormatan dan harga diri
bangsa yang saat ini dianggap banyak orang kian merosot.

"Kita tak punya keberanian menghadapi negara asing, karena kita tak punya
kehormatan. Ini karena, kita tidak solid dalam mempersatukan komponen
bangsa," katanya.

Mantan Panglima Komando Cadangan Strategis TNI-AD (Pangkostrad) itu
mengemukakan, nasionalisme bangsa saat ini sangat mengawatirkan, terbukti
dari semakin hilangnya independensi para pemimpin politik dalam menghadapi
keinginan negara asing.

Ryamizard menyebut contoh pemberian hak kelola minyak di ladang (blok) Cepu
yang diserahkan pada perusahaan minyak AS, ExxonMobil, padahal perusahaan
nasional Pertamina sanggup mengoperasikannya.

Dia berpendapat, politik bebas aktif yang diagungkan saat ini tidak terbukti
dalam kenyataan sehari-hari. "Ini beda dengan dulu, di mana Bung Karno
berani keluar dari keanggotaan PBB," tambahnya.

Dalam kesempatan itu, Ryamizard juga mengibaratkan ada empat pilar bangsa
saat ini layaknya kaki meja yang telah digerogoti tikus.

Keempat pilar itu, menurut dia, politik, TNI, ekonomi dan sosial-budaya.
"Parpol kita penuh intrik, tentara kita tak berani dengan orang lain,
beraninya sama saudara sendiri, ekonomi kita masih kalah bersaing dengan
negara lain dan kondisi akhlak kita memprihatinkan, " katan mantan Panglima
Komando Daerah Militer Jakarta Raya (Pangdam Jaya) itu.

Ryamizard juga mengritik media massa yang seharusnya lebih bisa bersatu demi
kepentingan nasional. "Media massa juga ada yang membela kepentingan
asing," katanya.

Dalam kondisi semakin hilangnya kedaulatan bangsa saat ini, Ryamizard
mengajak kalangan generasi muda yang hadir dalam forum untuk mulai melakukan
koreksi diri, dan tak perlu ragu untuk menjadi nasionalis demi kepentingan
bangsa.

"Berbuatlah yang terbaik untuk bangsa. Saya tidak benci Amerika, tapi kita
tak perlu takut. Buat apa, itu paranoid namanya," demikian Ryamizard. (*)




      

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to