22/04/09 03:28

Bunga Kimilsungia Simbol Perekat Indonesia-Korea Utara

Oleh Roike Sinaga

Jakarta (ANTARA News) - "Ungkapkanlah Dengan Bunga". Bisa jadi kata-kata itu 
akan tetap abadi sebagai bentuk atau cara seseorang mengungkapkan isi hati 
kepada orang lain.

Sama halnya bagi Republik Indonesia dan Republik Rakyat Demokratik Korea 
(RRDK), bunga ternyata telah melatarbelakangi hubungan erat kedua negara 
tersebut.

Mengapa dengan bunga? Awalnya, pada 13 April 1965 Presiden Korea Utara Kim Il 
Sung melakukan kunjungan diplomatik ke Indonesia.

Ketika itu Presiden Indonesia Soekarno (Bung Karno) mengajak Kim Il Sung 
berjalan-jalan ke Kebun Raya Bogor yang merupakan tempat tumbuhnya berbagai 
jenis tanaman, bunga dan pohon.

Di tengah menikmati indahnya suasana Kim Il Sung tertarik kepada satu deretan 
anggrek jenis dendrobium asal Makassar, yang sedang mekar di kebun itu.

Bung Karno langsung memberikan bunga anggrek tersebut kepada Kim Il Sung 
sebagai hadiah ulang tahun sang tamu. Saat bersamaan Bung Karno memberikan nama 
bunga tersebut "Kimilsungia" yang diambil dari perpaduan nama Kim Il Sung dan 
Indonesia.

Sejak itulah, bunga Kimilsungia diabadikan sebagai bunga nasional Korea Utara, 
sekaligus sebagai simbol persahabatan Indonesia dan Korea Utara.

"Diplomasi bunga" ala Soekarno itu akhirnya menjadikan Indonesia sebagai negara 
istimewa di hati rakyat Korea Utara.

Tidak ingin mengecewakan negara pemberi, bunga Kimilsungia pun dirawat dan 
dikembangkan di Korea Utara. Bunga yang semula di Indonesia umumnya memiliki 
tiga kuntum setiap tangkain, di Korea Utara dibudidayakan menjadi 6 hingga 7 
kuntum setiap tangkai.

Selanjutnya, untuk mengenang hubungan baik kedua negara, pemerintah Korea Utara 
pada tahun 1999 untuk pertama kalinya menggelar "Festival Bunga Kimilsungia" .

Festival itu juga sebagai penghormatan bangsa Korea Utara kepada mendiang Kim 
Il Sung, presiden yang sangat dicintai rakyatnya.

"Setiap penyelenggaraan agenda tahunan itu pula Pemerintah Indonesia menjadi 
satu-satunya negara yang mendapat kehormatan untuk memberikan sambutan pada 
acara pembukaan festival di mana tahun 2009 merupakan festival yang kesebelas 
kalinya," kata Dirjen Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 
(Depbudpar), Wardiyatmo.

Seakan tidak ingin mengecewakan pemerintah Indonesia dan Korea Utara berupaya 
menjaga sekaligus memperkukuh hubungan baik tersebut dengan melakukan saling 
kunjungan antara kepala pemerintahan.

Kunjungan Presiden Megawati Soekarno Putri ke Pyongyang, Korea Utara pada Maret 
2002 misalnya, memiliki makna tersendiri karena Megawati merupakan putri Bung 
Karno.

Dilanjutkan kunjungan kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Juni 
2006 atas undangan Presiden Korea Utara Kim Jong Il yang juga putra Kim Il Sung.

Misi seni budaya

Harus diakui hubungan kedua negara di bidang kebudayaan muncul sebagai salah 
satu aspek dari hubungan bidang ekonomi dan politik. Berjalannya proses 
kerjasama timbal-balik di bidang kebudayaan antara masyarakat kedua negara, 
terus berkembang sampai pada tingkat lembaga dan pemerintahan daerah.

Pentingnya pengembangan kerjasama bidang kebudayaan ditegaskan Dirjen Budpar 
Wardiyatmo.

Menurutnya, Festival Bunga Kimilsungia dan April Spring Frienship Art Festival 
(ASFAF) yang diselenggarakan setiap bulan April dapat dijadikan sebagai agenda 
rutin mempererat hubungan kedua negara.

Pada ASFAF tahun 2009 ini, Depbudpar mengirim tim kesenian Krakatau Group yang 
dimotori seniman Dwiki Darmawan tampil di Grand Theater, Pyongyang pada 8-18 
April 2009.

Krakatau Group menampilkan selain musik tradisonal juga penari kontemporer 
Didiek Ninik Towok, dan sinden Peni Chandra.

Krakatau berhasil meraih Gold Prize untuk Komposisi Terbaik dan Silver Prize 
sebagai The Best Vocal Performance untuk Peni Chandra Rini dengan menyisihkan 
22 negara peserta lainnya di antaranya; China, Rusia, Italia, Kanada, dan 
Uzbekistan.

Dwiki menuturkan, penghargaan yang diperoleh kelompok seni Krakatau bahwa 
betapa pentingnya bagi kedua negara saling memperkenalkan dan menggali seni dan 
budaya kedua negara.

Suami artis penyanyi Ita Purnamasari ini bahkan dapat menarik pelajaran dari 
penampilan kelompok Krakatau di Korea Utara itu, bahwa meskipun negara tersebut 
memiliki faham komunis murni tetap memelihara nilai-nilai budaya dan berupaya 
menghargai budaya negara-negara lain.

Menurut Wardiyanto, Indonesia dan Korea Utara telah memiliki payung kerjasama 
program pertukaran kebudayaan pada 2007-2009 antara lain pertukaran seni, 
budaya dan film, kerjasama teknis pelestarian dan penyelenggaraan wisata budaya 
antara organisasi kebudayaan kedua negara.

Pertukaran informasi musik, foto, teknik penyulaman, pengembangan sumber daya 
manusia bidang musium dan manajemen pusaka budaya, serta penulisan hubungan 
sejarah budaya kedua negara.

Di Indonesia, seniman lukis Korea Utara secara rutin juga melakukan pameran 
sebagai upaya memperkenalkan budaya negara itu kepada masyarakat Indonesia.

Depbudpar sebagai institusi yang bertugas mengembangkan seni dan budaya, sedang 
menyelesaikan penerbitan buku yang memuat hubungan harmonis kedua negara yang 
ditulis Yussie Avianto Pareanom, penulis buku Ekspedisi Kapal Borobudur "Jalur 
Kayu Manis".

Akan tetapi, yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana kerjasama seni dan 
kebudayaan berjalan lancar, konstruktif, sekaligus menjadi "pupuk" bagi 
"kesuburan" Bunga Kimilsungia" sebagai perekat hubungan Indonesia dan Korea 
Utara.(*)







Satrio Arismunandar 
Executive Producer
News Division, Trans TV, Lantai 3
Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790 
Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4034,  Fax: 79184558, 79184627
 
http://satrioarismunandar6.blogspot.com
http://satrioarismunandar.multiply.com  
 
Verba volant scripta manent...
(yang terucap akan lenyap, yang tertulis akan abadi...)








 



      

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to