http://www.antara.co.id/arc/2009/5/15/bi-perekonomian-indonesia-bisa-pulih-2009/

15/05/09 15:20

BI: Perekonomian Indonesia Bisa Pulih 2009


Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A Sarwono 
mengatakan, berbagai trend positif yang terjadi selama kuartal pertama 
memberikan sinyal bahwa perekonomian Indonesia bisa pulih tahun ini.

"Meski terlalu dini mengatakan hal itu, tapi kita yakin Indonesia segera pulih. 
Hal itu didukung berbagai indikator ekonomi, dan survei yang menunjukkan trend 
positif," katanya, di Jakarta, Jumat.

Dia menyebutkan pertumbuhan ekonomi diperkirakan sekitar 3 sampai 4 persen. 
Perekonomian akan ditopang permintaan dalam negeri yaitu konsumsi swasta dan 
investasi yang tumbuh kuat.

"Namun saya memperkirakan perekonomian Indonesia bisa tumbuh 4,6 persen," 
katanya.

Menurut dia, secara sektoral pertumbuhan ekonomi domestik didukung kinerja 
sektor pertanian, sektor transportasi dan komunikasi, dan sektor perdagangan.

Hal ini didukung iklim yang cukup kondusif, ketersediaan bibit dan pupuk untuk 
sektor pertanian. Sementara sektor transportasi dan komunikasi ditopang 
investasi yang cukup tinggi.

Dari sisi eksternal, katanya, meskipun ekspor mengalami kontraksi, telah 
terlihat tanda-tanda perbaikan.

"Secara umum kondisi neraca pembayaran Indonesia cukup sehat. Tertahannya 
penurunan ekspor nonmigas dan aliran investasi langsung serta penerbitan 
obligasi pemerintah memberikan dampak positif pada transaksi berjalan dan 
transaksi modal dan kapital," katanya.

Indikator sektor riil terkini Cina, kata Hartadi, menunjukkan peningkatan 
dipicu implementasi stimulus fiskal sebesar 4 triliun yuan.

Kegiatan sektor industri mengalami ekspansi sejalan dengan pertumbuhan bank 
loans dan fixed asset investments yang tumbuh solid.

Ekspor negara-negara Asia yang mengalami penurunan akibat melemahnya permintaan 
dan harga komoditas global, mulai memperlihatkan tanda-tanda perbaikan.

Hartadi mengatakan, likuiditas pasar keuangan global yang mengalami kekeringan 
seperti tercemin pada spread di pasar keuangan global yang meningkat pada 
kuartal keempat 2008, pada awal kuartal kedua 2009 mulai membaik .

Meski berbagai indikator ekonomi menunjukkan trend membaik, Hartadi 
mengingatkan agar tidak cepat berpuas diri terutama dikaitkan dengan neraca 
pembayaran.

"Kita surplus, karena terjadinya penurunan impor," katanya.

Hal ini terjadi pada bahan bakar minyak (BBM). Dibanding kuartal keempat tahun 
lalu, Pertamina banyak mengimpor BBM, karena menghadapi Pemilu. Namun pada 
kuartal pertama tahun 2009 ini, Pertamina mengurangi impor BBM.

Hartadi juga menyebutkan pasokan devisa dari pihak mengalami peningkatan 
sejalan dengan meningkatnya penempatan dana asing di Surat Utang Negara (SUN) 
dan saham.

Total penempatan asing di SBI dan SUN mencapai 8,8 miliar dolar AS. Di pasar 
saham, asing mencatat net beli 235,9 Juta dolar AS.

Pada posisi April 2009, inflow pada SUN mencapai 302,6 juta dolar AS sehingga 
posisinya menjadi 7,4 miliar dolar AS.

Pada SBI tercatat outflow 114,3 Juta dolar AS sehingga posisinya menjadi 1,4 
miliar dolar AS.

"Posisi cadangan devisa saat ini masih aman. Sebagai tindakan berjaga-jaga, 
kita memerlukan 'bantalan' terhadap posisi cadangan devisa tersebut untuk 
menghadapi kondisi yang paling buruk," katanya.
(*)


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke