http://www.tempointeraktif.com/hg/Pemilu2009_berita_mutakhir/2009/05/23/brk,20090523-177749,id.html

Target Pertumbuhan Mega-Prabowo Dinilai Tidak Realistis

Sabtu, 23 Mei 2009 | 18:38 WIB


TEMPO Interaktif, Jakarta: Target pertumbuhan ekonomi yang disampaikan pasangan 
calon presiden Megawati-Prabowo dinilai tak realistis. "Nilainya dua digit, 10 
persen per tahun. Saya rasa itu tidak realistis," kata pengamat ekonomi dari 
Universitas Padjajaran Kodrat Wibowo usai diskusi polemik neoliberalisme dan 
ekonomi kerakyatan di Warung Daun Pakubuwono, Jakarta (23/05).

Menurutnya, target itu tidak mungkin, sebab Indonesia adalah bagian dari 
ekonomi internasional yang pertumbuhannya hanya 4 persen. "Kalau hanya satu 
digit, 7 persen atau 8 persen masih masuk akal," ujarnya. Asumsi seperti itu, 
lanjutnya, harus dijabarkan dengan jelas apa faktor pendorongnya.

"Dari faktor konsumsi apa yang didorong konsumsinya, kalau investasi apa betul 
mau ngambil dari luar, atau pajak ditarikin. Jadi realistis tidak," ujar 
Kodrat. Asumsi 10 persen itu, menurutnya, mungkin terjadi jika semua sudah 
stabil, krisis global sudah selesai. "Mungkin setelah lima tahun ke depan ya, 
mungkin lebih".

Yang menarik disimak, kata Kodrat, justru pernyataan Jusuf Kalla, sebab 
keinginan Kalla untuk mandiri dengan asumsi 8 persen cukup masuk akal. "Artinya 
dia ingin meramaikan pergulatan ekonomi dunia, tak lagi jadi objek tapi ikut 
bermain," ujarnya.

Kedepan, kata Kodrat, asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan 5,5 
persen sampai 6 persen. "Idealnya 5-6 persen, kalau 6,5 persen itu sudah luar 
biasa," ujarnya.

Tim sukses Megawati-Prabowo, Sjukrianto Yulia, membantah bila angka pertumbuhan 
yang disampaikan tidak realistis. "Itu mungkin saja jika tim ekonomi pemerintah 
bekerja dengan tepat, cepat dan baik," ujarnya. 

Sjukrianto mencontohkan Cina yang berhasil survive saat krisis global dan 
ekonominya maju walaupun ada proteksi pada bidang tertentu. Kuncinya, kata dia, 
adalah konsentrasi pada elemen pokok pertumbuhan, yakni konsumsi, investasi, 
belanja pemerintah, ekspor dan pembatasan impor. "Itu yang akan kita lakukan 
sebagai syarat untuk mencapai angka pertumbuhan itu," ujarnya. 

Efisiensi APBN juga harus jadi salah satu fokus. "Faktanya kan sekarang bocor 
30 persen atau Rp 300 triliun. Ini yang akan diefisienkan untuk peningkatan 
konsumsi, investasi, dan lain-lain".

TITIS SETIANINGTYAS 


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to