Beberapa waktu lalu sekitar tanggal 3 Juni 2009, saya menerima 1 kotak surat 
dari anak-anak Korban Lumpur Lapindo, salah satu isi surat yang menggugah 
perasaan adalah surat dari seorang anak yang bernama Rahmatun Kamilah isi 
suratnya kalau saya tidak salah ingat isinya seperti ini :

Bapak Capres yang terhormat
kami mendukung pemerintahan bapak, karena peduli pada rakyat kecil. Tapi tolong 
bangunan gedung sekolah kami diusahakan yang layak agar kami tidak usah pindah 
ke sana kemari.

Hormat saya

Rahmatun Kamilah

sungguh ini sebuah suara-suara yang lugu dari anak-anak yang menjadi korban 
dari Lumpur Lapindo. Jika kampun tempat kelahiran saya susah dicari di peta, 
karena selalu ditulis dengan huruf kecil, maka saya bisa katakan kampung 
halaman orang-orang yang menjadi korban lumpur Lapindo menjadi hilang pada 
peta. Tapi sekarang bukan saatnya lagi kita mencari siapa yang salah, dan apa 
yang salah.

Untuk kasus Lumpur Lapindo itu sendiri, memang diakui bahwa itu adalah 
kesalahan manusia. Untuk itu pemerintah sudah meminta kepada pihak Lapindo 
untuk turut bertanggung jawab. Pemerintah juga sudah membentuk tim 
penanggulangan lumpur. Pendekatan pertama yang dilakukan adalah menangani 
korban Lumpur yang ditangani oleh pihak Lapindo. Lapindo harus membayar semua 
kerugian yang diakibatkan oleh semburan lumpur. Sedangkan pemerintah sendiri 
menangani Infrastruktur yang rusak.

Namun demikian, menangani persoalan korban lumpur tidak akan menyelesaikan 
masalah, karena itu hanya akibat. Yang perlu diselesaikan lebih dahulu adalah 
"sebab" bencana yaitu semburan lumpuran itu sendiri. Sebab tanpa menghentikan 
semburan, maka percuma saja kita mengurusi para pengungsi, mengeruk kali 
porong, kali surabaya yang mulai penuh oleh pasir. Ini tentunya akan memakan 
biaya yang tidak sedikit, dan korban akan bertambah terus.

Untuk itu, pemerintah akan fokus pada masalah intinya, menghentikan semburan 
lumpur. Ini sama dengan ketika menyelesaikan konflik di beberapa daerah di 
Indonesia, waktu itu saya sebagai MENKOKESRA yang bertugas untuk menyelesaikan 
masalah pengungsi, maka saya katakan tidak mungkin masalah pengungsi selesai 
tanpa kita selesaikan masalah intinya, yaitu konflik itu sendiri.

Seperti itu juga dengan Lumpur Lapindo, saya sudah ketemu dengan beberapa ahli 
yang menyatakan sanggup untuk menghentikan semburan lumpur, dan memang biayanya 
tidak sedikit. Bahkan sangat besar. Tapi saya selaku pemerintah sudah 
berkomitmen akan menhentikan semburan Lumpur , dengan cara apa-pun, dengan 
teknologi apa-pun dan dengan biaya berapapun. SAYA JAMINANNYA..


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke