Seluk-beluk dan hiruk-pikuk
pemilu 2009 ( 17)
Berikut di bawah ini bisa disimak kumpulan terbaru berita atau tulisan
tentang seluk-beluk pemilihan legislatif dan pemilihan presiden 2009, yang
diambil dari berbagai sumber, Di samping disajikan di berbagai milis,
kumpulan berita ini juga bisa dibaca selanjutnya dalam website
http://umarsaid.free.fr/
=  =  =

Isu Neolib dan Beban Utang Turunkan Pamor SBY-Boediono
Minggu, 14 Juni 2009


TEMPO Interaktif, Jakarta: Isu neolib yang melekat pada kebijakan ekonomi
pasangan calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan calon wakil presiden
Boediono mulai dirasakan dampaknya. Tudingan kepada SBY bahwa selama menjadi
presiden "prestasinya" menumpuk utang pemerintah, juga menambah merosotnya
pamornya.
Salah satu dampak yang mucul adalah tingkat keterpilihan pasangan
SBY-Boediono dalam survei mengalami penurunan. Elektabilitas pasangan yang
mengusung jargon "Lanjutkan" ini, menurut survei Soegeng Sarjadi Syndicate,
sekitar 52,5 persen suara.
"Kalau kondisinya seperti ini terus, Yudhoyono-Boediono bisa mendapat suara
di bawah 50 persen," kata Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate
sekaligus penanggung jawab survei, Toto Sugiarto, dalam diskusi di Hotel
Four Seasons, Jakarta, kemarin.
Direktur Eksekutif Econit Advisory Group, Hendri Saparini, mengatakan
penurunan elektabilitas Yudhoyono sangat mungkin disebabkan penilaian
masyarakat terhadap kebijakan ekonomi yang disampaikan Yudhoyono dalam
kampanye. Masyarakat, kata Hendri, masih mengingat prestasi Yudhoyono di
bidang ekonomi dalam lima tahun terakhir. “Yudhoyono kerap memainkan angka
statistik,” katanya.

Ia mencontohkan, Yudhoyono menyatakan pemerintah berhasil menurunkan utang.
Menurut Hendri, utang yang bisa dibayar adalah utang ke International
Monetary Fund (IMF), bukan utang pemerintah. “Nyatanya terjadi peningkatan
utang sebesar Rp 400 triliun,” katanya.

Belum lagi, dia melanjutkan, isu neoliberalisme yang dianggap tak pro rakyat
kecil. Kubu SBY, kata Hendri, terkesan panik terhadap isu ini. Hendri
menduga, isu neoliberalisme ditutupi dengan isu pemilihan satu putaran.

Ahli komunikasi Universitas Indonesia, Effendi Ghazali, menilai tim kampanye
SBY-Boediono kurang mampu menarik perhatian masyarakat. Ia mencontohkan,
iklan kampanye SBY yang mengambil lagu mi instan tak menarik. “Sementara
iklan calon lainnya lebih menarik,” katanya.

Ketua Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, menilai tak bisa disimpulkan
elektabilitas bosnya menurun. Soegeng Sarjadi Syndicate, menurut dia,  baru
mensurvei satu kali. “Tak pas kalau dibandingkan dengan survei lainnya,”
kata dia. Apalagi, hasil survei lembaga lain cukup variatif.

Anas mengatakan hasil survei itu akan digunakan sebagai evaluasi tim
kampanye nasional. “Kami tak gembira melihat angka survei, tapi juga tak
marah-marah. Hasil survei akan jadi evaluasi,” katanya.



* * *
Kubu Mega - Prabowo Tuding Dana BLT dari Pinjaman Luar Negeri
Minggu, 14 Juni 2009


TEMPO Interaktif, Jakarta: Anggota Tim Kampanye Nasional Mega - Prabowo,
Arif Budimanta, mengatakan dana Bantuan Langsung Tunai yang digulirkan
pemerintah selama ini berasal dari pinjaman luar negeri. "Itu yang
disampaikan BPK," katanya saat dihubungi Tempo, Minggu (14/06).

Bantuan Langsung Tunai diberikan kepada pemerintah sebagai kompensasi atas
naiknya harga bahan bakar minyak. Pemerintah mengklaim dana bantuan langsung
tunai berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara, bukan pinjaman
luar negeri.

Namun, kata Arif, temuan Badan Pemeriksa Keuangan justru sebaliknya. Dana
bantuan langsung tunai berasal dari dana pinjaman luar negeri. Arif tak
merinci klaim tersebut. Ia hanya mengatakan, "Memang dana (BLT) dari APBN,
tapi sumbernya dari hutang luar negeri."

Selain sumber dana dari luar pihak Mega - Prabowo juga mempermasalahkan cara
pembagian bantuan langsung tunai yang dinilai tak menghargai masyarakat.
Pembagian bantuan langsung tunai membuat masyarakat harus antri dan
berdesakan.

Memberikan uang langsung ke masyarakat, kata Arif, juga tak banyak efektif
membantu masyarakat. Dana bantuan langsung dinilai akan lebih efektif jika
digunakan untuk program padat karya atau untuk memberikan modal usaha kepada
rakyat kecil. "BLT itu harusnya untuk meningkatkan daya beli masyarakat,"
kata Arif.

* * *

Elektabilitas SBY-Boediono Jatuh, Pilpres Dua Putaran
Minggu, 14 Juni 2009

JAKARTA--MI: Koordinator survei Soegeng Sarjadi Syndicate, Toto Sugiarto,
mengatakan, salah satu faktor penyebab penurunan dukungan SBY-Boediono
adalah komentar berbau SARA yang dilontarkan salah satu tim sukses
SBY-Boediono beberapa waktu lalu.

Kemudian, komentar yang menyinggung kelompok kepentingan tertentu seperti
komentar SBY yang menyinggung pengusaha serta isu yang menerpa Boediono
sebagai sosok ekonom beraliran neoliberal.

"Itu tentunya menggerogoti suara SBY," kata Toto. Berdasarkan tren penurunan
dukungan tersebut, secara hipotesis pilpres 2009 diperkirakan berlangsung
dua putaran.

Selain itu, Wapres Jusuf Kalla dipersepsikan publik lebih berperan dalam
menyelesaikan masalah-masalah bangsa yakni sebesar 41,7 persen dibandingkan
Presiden SBY yang memperoleh 40,5 persen.

Menurut Toto, peran cukup besar ditunjukkan Jusuf Kalla selama ini terutama
di bidang ekonomi dan penyelesaian konflik di beberapa wilayah. "Tampaknya
itulah yang merupakan latar belakang pilihan publik terhadap JK," katanya.
(MP/OL-04)

  a.. * *
Ya Ampun... JK "Telanjangi" SBY
Sabtu, 13 Juni 2009 |


BANDA ACEH, KOMPAS.com — Calon Presiden Muhammad Jusuf Kalla, yang juga
Wakil Presiden RI, "menelanjangi" peranan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
baik di saat perundingan damai Pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka
(GAM), maupun di masa sebelumnya saat menjadi Menko Politik dan Keamanan.
Dalam kampanye dialogis di hadapan sekitar 1.000 pendukung dan kader Partai
Golkar di gedung Sarana Kebudayaan Anjung Monmata di Jalan SA Mahmudsyah,
Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sabtu (13/6) siang
tadi, tanpa menyebut dan juga menyebut "presiden" atau "pemimpin" saja,
Kalla menceritakan hal itu dengan gamblang tentang peranan Presiden SBY.
Meskipun tanpa menyebut nama, publik bisa mengetahui siapa yang dimaksud
oleh Kalla. Saat Kalla memaparkan tanpa menyebut nama, tetapi hanya menyebut
"pemimpin" dan "presiden", Kalla menggambarkan penolakan presiden untuk
menandatangani setiap masalah yang dirundingkan dalam perdamaian damai,
seperti soal pendirian partai lokal.
"Coba periksa, tidak ada tanda tangan siapa pun kecuali tanda tangan saya di
dalam perjanjian perdamaian Helsinki itu. Saya pernah minta untuk
ditandatangani soal pendirian partai lokal, akan tetapi presiden tidak mau.
Akhirnya, saya yang menandatangani dengan segala risiko setelah 10 kali
membacakan Surat Yassin bersama istri saya," ungkapnya.
Kemudian, Kalla juga menyatakan soal presiden yang disebutnya hanya
manggut-manggut saat dilapori soal perkembangan perundingan damai Aceh.
"Semua yang saya lakukan terkait perundingan damai Aceh itu, sepengetahuan
Presiden. Dan, itu saya laporkan. Waktu saya laporkan, beliau biasanya
manggut-manggut. Pemimpin itu cukup mengangguk-angguk saja. Presiden kita
bagus karena tidak pernah menolak, meskipun juga tidak pernah memberikan
pengarahan (soal perundingan)," ungkap Kalla.
Kalla selanjutnya juga menceritakan peranan SBY di kala pemberlakuan Darurat
Sipil di Aceh. Sebaliknya, ia juga seperti mengklarifikasi siapa yang
menandatangani Darurat Sipil di Aceh pada waktu itu. "Bukan kami (yang
keluarkan). Kami waktu itu Menko Kesra. Ada teman saya yang meneken darurat
sipil waktu itu. Kalau Pak Wiranto (pasangannya sebagai cawapres), justru
yang mencabut Daerah Operasi Militer (DOM), dan minta maaf atas Aceh,"
lanjut Kalla.
Pada bagian lain, Kalla juga menyinggung tentang hadiah nobel yang
diharapkan seseorang terkait dengan perundingan damai di Aceh. "Hadiah yang
tertinggi dari perundingan damai itu adalah yang datang dari Allah SWT.
Bukan nobel. Tidak tahu, kalau ada orang yang mengharapkan hadiah nobel
itu," demikian dikatakan Kalla.


* * *

Prabowo Ajak Warga Tionghoa Jadi Pionir Kebangkitan Ekonomi
Sriwijaya Post - 13 Juni 2009

JAKARTA, SABTU - Masyarakat keturunan Tionghoa selama ini dikenal memiliki
kemampuan berbisnis yang baik. Hal itu pun diakui oleh calon wakil presiden
Prabowo Subianto, yang diusung koalisi PDI Perjuangan dan Gerindra. Bahkan,
Prabowo mengatakan, lebih baik belajar dagang dengan masyarakat Tionghoa.

"Kalau mau belajar dagang, dengan keturunan Tionghoa yang memang pintar
dagang," kata Prabowo disambut tawa masyarakat Tionghoa, dalam dialog dan
tatap muka yang berlangsung di Restoran Nelayan, Ancol, Jakarta Utara, Sabtu
(13/6).

Dengan kemampuan tersebut, Prabowo mengajak masyarakat Tionghoa untuk
lebih berperan besar di sektor ekonomi. Sebagai komunitas yang juga bagian
utuh dari Indonesia, ia berpandangan, masyarakat Tionghoa juga bisa
mendorong kebangkitan ekonomi.

"Komunitas Tionghoa bisa menjadi pionir dalam kebangkitan ekonomi Indonesia
karena andal dalam bidang perindustrian dan perdagangan. Saya berharap
saudara akan mengambil peranan besar dalam kebangkitan ekonomi Indonesia,"
ujarnya.

Masyarakat Tionghoa juga diharapkannya lebih banyak lagi turut terjun dalam
dunia politik, seperti yang sudah digeluti segelintir politisi keturunan
Tionghoa.

* * *


Akbar-Ical Mengaku Solid
Suara Pembaruan, 13 Juni 2009

Elite Partai Golkar yang membentuk kubu A3 (Aburizal Bakrie, Agung Laksono,
dan Akbar Tandjung yang dikabarkan pecah kongsi, (SP, 10/6), membantah
keretakan hubungan mereka dan mengaku masih solid dalam sebuah kubu. Mereka
menyatakan siap bergandengan tangan menghadapi Munas Partai Golkar Desember
mendatang. Dalam munas nanti, kubu A3 akan bersatu padu berhadapan dengan
kubu SSJ (Surya Paloh, Siswono Yudo Husodo, dan Jusuf Kalla, memperebutkan
tampuk kepemimpinan di partai berlambang pohon beringin itu. Dalam
persaingan itu, Ical dan Surya berebut jabatan ketua umum, Agung dan Siswono
wakil ketua umum, serta Akbar dan JK diplot menjadi ketua dewan penasihat
masing-masing kubu.

"Kami tidak pecah kongsi. Sekarang saya dan teman- teman berada di rumah Pak
Ical. Silakan bicara dengan Pak Ical," ujar Akbar kepada SP, Jumat malam.

Ical kemudian menegaskan bahwa kubunya masih sangat solid. "Bung Akbar dan
teman-teman ada di rumah saya. Kami tidak pecah kongsi. Kami tetap bersatu
dan Partai Golkar solid," ujar Ical.

Pernyataan solid tersebut, menurut sumber lain di Partai Golkar, mengandung
makna ganda. Apakah solid untuk mendukung pasangan JK-Wiranto dalam Pilpres
8 Juli atau sekadar solid menghadapi kubu Surya Paloh pada munas nanti?

"Idealnya jika Golkar memang benar-benar solid, maka semua elite Golkar,
termasuk Ical, Akbar, dan Agung, turun langsung berkampanye untuk pasangan
JK-Wiranto dong," ujar sumber tersebut. [W-8]

 * * *

Suara PKB Turun 70 Persen
Kamis, 11 Juni 2009

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah pileg selesai dilaksanakan, ternyata suara
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) turun hingga 70 persen. Ini menunjukkan
kegagalan kepemimpinan Muhaimin Iskandar. "Untuk itu kami ingin menyikapi
hal ini dalam muspimnas (musyawarah pimpinan nasional) yang dihadiri 33 DPW
PKB," kata Yenny Wahid, putri Gus Dur, yang ditemui di tengah Muspimnas PKB
pro Gus Dur di Hotel Acacia Jakarta, Kamis (11/6).
Menurut Yenny, ada beberapa sikap yang menyeruak dari para peserta Muspimnas
terkait sikap yang akan dilakukan. "Namun, tadi, suara mayoritas mengarah
pada konsolidasi internal struktural," ungkap Yenni.


Masih dari Yenni, desakan peserta muspimnas untuk melakukan konsolidasi bisa
mengarah pada percepatan pelaksanaan muktamar. "Muktamar adalah forum
pengambilan tertinggi partai. Muhaimin tidak bisa menyelenggarakan muktamar
tanpa dihadiri Ketua Dewan Syuro PKB yang dipegang Gus Dur," katanya.


Di dalam muktamar itu, menurut Yenny bisa saja agendanya adalah
mengembalikan kepemimpinan PKB kepada Gus Dur. "Karena pada pileg kemarin
terbukti banyak yang mendukung Gus Dur," ungkapnya.


Namun, katanya, keputusan untuk sampai pada percepatan muktamar ini
tergantung dari keputusan muspimnas ini. "Kita lihat besok," pungkas Yenni.


* * *

Tim SBY Anggap Megawati Nodai Deklarasi Pemilu Damai

Kamis, 11 Juni 2009

JAKARTA--MI: Tim kampanye nasional pasangan capres-cawapres Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY)-Boediono menganggap acara deklarasi pemilu damai yang
diselenggarakan KPU Rabu (10/6) malam dinodai oleh pasangan
Megawati-Prabowo.

Pasangan Megawati-Prabowo (Mega-Pro) melakukan orasi yang menyerang pasangan
capres lainnya.

"Katanya deklarasi pemilu damai, tetapi semalam sudah ada yang menyerang
dengan orasinya Butet seperti itu," kata anggota tim kampanye nasional
SBY-Boediono Andi Malarangeng di Jakarta, Kamis (11/6).

Dalam penampilan kesenian dari setiap pasangan capres pada Rabu malam, tim
Megawati-Prabowo selain menampilkan tarian dari Jawa Tengah juga
mengeluarkan pertunjukkan teater monolog yang dibawakan oleh Butet
Kertaradjasa.

Monolog yang disampaikan Butet banyak melontarkan kritik terhadap kebijakan
pemerintahan SBY seperti kekayaan budaya yang dirampok hak patennya oleh
negara lain dan seringnya pesawat militer jatuh.

Butet juga melancarkan kritik agar semua pejabat negara dan mantan pejabat
diperlakukan sama dalam pemberantasan korupsi.

Menurut Andi yang juga fungsionaris Partai Demokrat, orasi oleh Butet yang
menyerang capres lain itu mungkin bukti ketidakmampuan pasangan
Megawati-Prabowo untuk mengkritik atau menyerang pasangan lain.

"Yang orasi harusnya hanya capres. Tetapi mungkin ada yang kurang percaya
diri sehingga butuh bantuan orasi orang lain," katanya.

Andi juga menyesalkan peristiwa itu, karena menurutnya deklarasi pemilu
damai seharusnya benar-benar menunjukkan niatan para capres-cawapres untuk
berkompetisi secara sehat, berbudaya dan beretika.

"Pak SBY walau terus diserang oleh lawan-lawannya akan tetap dalam prinsip
untuk berpolitik, berkampanye secara santun dan beretika karena itu sudah
sifat beliau. Kitapun berharap capres-capres lainnya melakukan hal yang
sama," katanya.

Namun, kalau ternyata dua pasangan capres-cawapres lain tidak mengindahkan
harapan untuk berkampanye secara santun dan beretika itu, menurutnya biarlah
rakyat yang menilai.

"Kalau lawan-lawannya melakukan cara-cara yang seperti itu biar rakyat yang
menilainya. Becik kethitik olo kethoro," kata Andi mengucapkan pepatah Jawa
yang berarti yang benar-benar baik akan keliatan begitu pula yang buruk akan
terlihat juga buruknya.

Sementara itu SBY pada Rabu malam mengatakan seharusnya para calon pemimpin
memberi contoh kepada rakyat untuk selalu mampu menjaga tali silaturahmi
meski saling berkompetisi.

Ajakan silaturahmi Yudhoyono itu dilengkapi pula dengan ajakan untuk
berkompetisi secara sehat dan beretika dalam semua tahap pelaksanaan Pemilu
Presiden 2009. (Ant/OL-01)






[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke