Refleksi : Tidak terima gaji bukan berarti tidak akan menerima tunjangan. 

Jawa Pos
[ Jum'at, 19 Juni 2009 ] 

Megawati-Prabowo Sepakat Tidak Terima Gaji bila Menang Pilpres 


JAKARTA - Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto terus bermanuver untuk 
menarik simpati publik. Salah satunya, capres-cawapres PDIP-Partai Gerindra itu 
berjanji tidak menikmati gaji plus tunjangan bulanan bila kelak memenangi 
pemilu presiden (pilpres).

Aksi pantang gajian itu akan terus dilaksanakan selama komitmen yang tertuang 
dalam kontrak politik belum terealisasi. ''Saya sudah bicara dengan Ibu 
Me­gawati. Bila terpilih, kami sepakat tidak akan memanfaatkan semua gaji dan 
tunjangan yang diberikan selama sasaran-sasaran kami di kontrak politik atau 
delapan program aksi untuk rakyat itu belum tercapai,'' tegas Prabowo di 
Jakarta Selatan, kemarin (18/6). 

Lantas, selama tidak gajian, diberikan kepada siapa penghasilan bulanan 
tersebut? ''Semua akan kami salurkan kepada pihak-pihak yang lebih memerlukan. 
Misalnya, yatim piatu, kaum duafa, dan mereka yang tertimpa bencana,'' ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Departemen SDM DPP Partai Demokrat Andi 
Mallarangeng menyatakan, persoalan di negara ini tidak sekadar menerima atau 
tidak menerima gaji. ''Yang penting adalah bagaimana menjalankan kekuasaan 
pemerintahan itu,'' katanya di Kantor Presiden.

Menerima atau tidak menerima gaji, jelas dia, tidak berkaitan dengan kinerja 
seorang pemimpin. Kalau ki­nerja pemimpin jelek, meski tidak menerima gaji, 
hasil yang dicapai tetap akan buruk.

Menurut dia, yang justru menjadi pertanyaan publik terhadap Mega bukan soal 
menerima gaji atau tidak. Tapi, yang perlu dijelaskan saat Mega menjalankan 
kekuasaan pemerintahan adalah apakah program-programnya untuk rakyat 
menguntungkan negara atau merugikan negara. (pri/tom/agm)


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to