Assalammu'alaikum wr wb, Saya sebenarnya males memberi komentar urusan perpolitikan, sebab politik adalah "way to survive" dalam kehidupan manusia. Segala yang hidup menggunakan politik masing-masing untuk dapat bertahan hidup dan mengembangkan keturunan.
Sehubungan berita ini yang memberikan citra "keislaman" Budiono sebagai cawapres, maka perlu diperhatikan oleh siapapun yang ingin memberi kesan Muslim pada dirinya. Baik statistik maupun teologis Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang berpenduduk Muslim terbanyak di dunia. Dan bagi seseorang yang berkeinginan hendak menjadi pembesar bangsa harus memperoleh DUKUNGAN suara dari kaum Muslimin Indonesia. Realitas sejarah Indonesia menunjukkan betapa sulit dan memakan beaya tinggi ketika pemerintah kolonial Belanda belum dapat menaklukkan seluruh enclave kaum Muslimin yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia, sekalipun sudah terjadi genocide di beberapa kpulauan kecil di Indonesia Timur, ketika itu. Dan jangan dilupakan bahwa keberhasilan Komintern (Komunis Internasional) membentuk PKI di tahun 1920 adalah karena dukungan kaum Muslimin Indonesia yang telah memiliki organisasi modern seperti SDI, SI, Sjarekat Rakjat (SR), Thoriqotu al-Islamiyah dll. Dan ketika PKI memusuhi kaum Muslimin Indonesia sesudah 1952, maka PKI hancur luluh dibabat kekutan anti-komunis Indonesia. Bagi siapapun yang ingin berkuasa di Indonesia harus memperoleh dukungan nyata dari kaum Muslimin, tanpa dukungan kaum Muslimin siapapun bakal gagal berkuasa. Inilah fakta di Indonesia. Wassalam, A.M ----- Original Message ----- From: Satrio Arismunandar To: Forum Kompas ; news Trans TV ; kampus tiga ; Pemilu 2009 ; HMI Kahmi Pro Network ; ppiindia ; PPI Belanda ; sastra pembebasan ; jurnalisme ; Syiar Islam ; Pers Indonesia Sent: Saturday, June 20, 2009 12:25 PM Subject: [ppiindia] Umroh Boediono, Pelengkap Citra? INILAH.COM, Jakarta – Dalam politik, pencitraan menjadi sangat penting. Hal ini pula yang dilakukan cawapres SBY-Boediono. Sempat dirumorkan penganut kejawen, tak lama menjelang hari H pencontrengan, Boediono berencana beribadah umroh ke tanah suci. Umroh atau haji kecil ke tanah suci Mekkah adalah hal biasa dilakukan umat muslim. Menjadi tak biasa karena yang melakukan umroh adalah cawapres SBY Boediono. Seperti diberitakan sebelumnya, Boediono di awal kemunculannya dituding sebagai pemeluk Islam kajawen. Tidak biasanya lagi, pelaksanaan umroh dilakukan sesaat menjelang Pilpres 8 Juli mendatang. Menariknya lagi, umroh Boediono atas ajakan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang sebelumnya sempat menggugat figur mantan Gubernur BI itu tak merepresentasikan Islam di Indonesia sesaat sesudah dipilih SBY mendampinginya sebagai cawapres. Kendati demikian, Presiden PKS Tifatul Sembiring membantah, rencana umrohnya dengan cawapres SBY Boediono sama sekali tak terkait dengan upaya memoles citra Boediono agar diterima pemilih muslim. “Nggak,umroh kita untuk ibadah, jangan politisasi agama,” bantahnya, seusai debat capres di gedung Trans TV, Jakarta, Kamis (18/6). Tifatul memastikan dirinya mengajak Boediono untuk melaksanakan umroh saat hari tenang pemilu Presiden atau tiga hari sebelum pelaksanaan pencontrengan. Pada 5 Juli 2009. “Saya memang ajak Boediono umroh,” cetusnya. Langkah Presiden PKS Tifatul Sembring mengajak cawapres SBY Boediono untuk melaksanakan umroh seperti menjadi pelengkap atas pencitraan yang selama ini dilakukan tim SBY-Boediono. Seperti kunjungan Boediono di sejumlah pesantren dan kyai di Jawa Timur. Tidak hanya itu, sholat Jumat dengan mengundang pers juga pernah dilakukan tim pencitraan SBY-Boediono. Di beberapa sudut jalan ibukota Jakarta, juga terlihat spanduk bergambar SBY dan Boediono menggunakan kopiah dan baju koko disebar oleh Majelis Dzikir Nurus Salam SBY, sayap pendukung SBY sejak 2004 dengan segmen pemilih muslim. Senada dengan Tifatul, menurut Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Ahmad Mubarok, umroh Boediono jangan dianggap politis. Menurut dia, umroh Boediomo adalah hal lumrah dilaksanakan sebelum menghadapi tugas besar. “Biasa saja, orang mau menghadapi tugas besar (pilpres, red) melakukan umroh,” katanya kepada INILAH.COM, Jumat (19/6) di Jakarta. Profesor psikologi Islam pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut menegaskan keberangkatan Boediono umroh sama sekali tak terkait dengan isu penganut kejawen yang tersematkan pada diri Boediono. “Nggak benar itu. Itu hanya dikait-kaitkan saja oleh orang,” bantahnya. Mubarok pun berharap keberangkatan umroh Boediono dapat mendorong cawapres SBY tersebut menjadi santri tulen. “Seperti Pak Harto, setelah menjadi presiden dikenal menjadi santri,” ujarnya. Terhadap langkah umroh Boediono ini, Mubarok tak menampik jika disebut meniru langkah Pak Harto kala itu. Umrohnya Boediono ini bakal mengukuhkan pernyataan SBY bahwa mantan Menko Perekonomian itu adalah sosok muslim yang taat saat deklarasi pasangan capres/cawapres di Gedung Sasana Budaya Ganesha ITB Bandung, 15 Mei lalu. Memang ibadah adalah urusan hamba dengan Tuhannya. Semoga saja relasi vertikal tersebut tidak untuk kepentingan politik sesaat. [E1] Get your new Email address! Grab the Email name you've always wanted before someone else does! [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]