Umat dan Perbedaan

Oleh: KH. A. Mustofa Bisri



Mula-mula adalah dua sejoli ”imigran” dari sorga, Adam dan Hawa, yang
diserahi Tuhan mengelola bumi ini. Kemudian, mereka menurunkan keturunan
yang disebut manusia. Manusia berkembang semakin lama semakin banyak
meramaikan planet ini. Ketentuan-ketentuan Tuhan yang dibawa dan diajarkan
Adam a.s. sebagai panduan untuk mengelola bumi dan wasilah untuk kembali ke
sorga, menuju kepada-Nya, semula dipatuhi dan ditaati oleh semua
anak-cucunya. Namun dengan perjalanan waktu, kian lama ketentuan-ketentuan
itu dilupakan dan diabaikan oleh cicit-cicit Adam yang datang belakangan.



Atas kemurahan dan kasih sayang-Nya, Allah pun mengutus Nuh a.s. untuk
mengingatkan manusia kembali kepada ketentuan-ketentuan-Nya itu.
Bertahun-tahun, Nabi Nuh a.s mengajak manusia untuk kembali kepada jalan
Allah, ketentuan-ketentuan Allah itu, hingga akhirnya Nabi Nuh a.s kehabisan
cara untuk menyadarkan mereka. Hanya beberapa puluh orang yang mengikutinya;
yaitu mereka--yang ketika banjir azab menyapu manusia— ikut bersamanya dalam
bahtera.


Nabi Nuh a.s. dan para pengikut setianya kemudian–setelah banjir
surut—membangun kembali peradaban baru sesuai ketentuan-ketentuan Ilahi
semula. Namun sejarah berulang. Seiring perjalanan waktu dan berkembangnya
jumlah manusia, semakin lama manusia pun kembali banyak yang lupa dan
mengabaikan ketentuan-ketentuan Ilahi yang diajarkan nabi Nuh a.s.


Dan atas kemurahan dan kasih sayang-Nya, Allah pun kembali mengutus utusan
untuk mengingatkan dan menyadarkan manusia. Demikian seterusnya. Setiap kali
lupa dan ketidaksadaran sudah menjadi ”peradaban” manusia, Allah mengutus
utusan-Nya. Sampai akhirnya, Allah mengutus utusan terakhir, Nabi Muhammad
SAW.


”Semula manusia itu satu umat, lalu Allah mengutus nabi-nabi sebagai pembawa
kabar gembira dan pembawa peringatan...”


“Tiadalah semula manusia itu melainkan satu umat, lalu mereka berselisih.
Seandainya tidak ada ketentuan yang mendahului dari Tuhanmu, pastilah akan
diputuskan (di dunia ini) antara mereka mengenai apa yang mereka
perselisihkan.”


Ketentuan-ketentuan Ilahi yang dibawa nabi-nabi itulah kiranya yang kita
istilahkan sebagai agama. Dari sisi lain; ternyata sesuai kehendak Allah,
manusia tidak pernah lagi dapat menjadi umat yang satu dan memang tidak
dikehendaki demikian. Seandainya Allah menghendaki niscaya dengan mudah
manusia akan menjadi satu umat seperti semula.


(Q. 5: 48) ”Seandainya Allah menghendaki pasti (dapat dengan mudah) ia
menjadikan kamu umat yang satu; tapi Ia hendak menguji kalian tentang apa
yang telah Ia berikan kepada kalian, maka berlombalah mencapai
kebaikan-kebaikan. Hanya kepada Allahlah tempat kembali kalian semua, lalu
Ia menceritakan mengenai apa yang pernah kalian perselisihkan.” (Baca juga
misalnya, Q. 11: 118; Q. 16: 93; Q. 42: 8).


Perhatikan redaksi firman Allah di QS. 5: 48. Allah berfirman ”Seandainya
Allah menghendaki...”, berarti Allah tidak menghendaki menjadikan kita semua
umat yang tunggal.


Maka, meskipun manusia berasal dari satu bapa, Nabi Adam a.s, dan satu ibu,
ibu Hawa; atau berasal dari satu bahtera, bahtera Nabi Nuh a.s., selamanya
tidak bisa diseragamkan. Maka, upaya penyeragaman oleh siapa pun adalah
sia-sia.


Di Indonesia, pernah ada upaya gila selama lebih 30 tahun ingin
menyeragamkan bangsa ini. Jalan pikirannya boleh jadi: kalau bangsa ini
seragam maka akan harmonis hidupnya. Kegilaan menyeragamkan ini tidak hanya
sampai soal pakaian, namun sampai ke soal ngecat tembok rumah (termasuk
rumah Tuhan: masjid) dan marka jalan.


Akibat dari kegilaan orde baru menyeragamkan itu, bangsa ini menjadi sulit
berbeda. Berbeda sedikit, bertikai. Bahkan, ada yang dengan semangat
kebencian menolak kemajemukan dengan kekerasan. Padahal, sejak mula bangsa
ini mempunyai semboyan Bhinika Tunggal Ika yang menyiratkan kemajemukan dan
kesadaran tentang kefitrian perbedaan.


Sebenarnya, Allah sudah berkali-kali “menegur” dan “mengingatkan” kita
tentang kefitrian perbedaan itu; misalnya dengan hampir selalu terjadi
perbedaan dalam penetapan Idul Fitri, dengan banyaknya partai dan selalu
munculnya ormas-ormas baru yang nota bene dari kelompok yang sama secara
ideologi. Bahkan, kalau kita “cerdas”, sebenarnya Tuhan sudah pernah
“memberi pelajaran” yang dahsyat tentang kefitrian perbedaan ini, yaitu saat
menganugerahi bangsa ini dengan imam atau presiden Gus Dur yang begitu
kontroversial.


Nah, kini saatnya kita “belajar” kembali tentang kefitrian perbedaan itu
dengan adanya momentum pilpres yang menampilkan tiga pasang capres-cawapres
yang semuanya tokoh Indonesia yang semuanya mengaku ingin mensejahterakan
rakyat Indonesia. Kita lihat, apakah mereka para capres-cawapres, para tim
sukses masing-masing, dan kita semua dapat menyikapinya dengan dewasa atau
setidaknya menjadikannya latihan kedewasaan. Kedewasaan ditandai terutama
oleh kemampuan berbeda. Wallahu a'lam.



Penulis adalah pemimpin Pondok Pesantren Roudhotut Thalibin, Rembang.


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 
4. Satu email perhari: ppiindia-dig...@yahoogroups.com
5. No-email/web only: ppiindia-nom...@yahoogroups.com
6. kembali menerima email: ppiindia-nor...@yahoogroups.com
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:ppiindia-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:ppiindia-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke