From: DR. Alexander Tjaniago ysk...@yahoo.co.id
Date: Saturday, August 8, 2009, 6:59 AM





Tambahan buat Komentar Bung Roeslan.

Untuk RAPBN Presiden SBY menambah Utang pada IMF (lihat article dibawah), 
bagian yang tidak disinggung pada penjelasan  SBY "Kenapa Indonesia Masih 
Berutang", karena Pemerintahan SBY membawa R.I. dan Bangsa Indonesia jauh 
kedalam perbudakan/penjajahan Imperialisme US-Amerika. Kalau SBY akan lama 
menjadi Presiden R.I., maka NKRI akan tinggal hanya legende yang pernah ada, 
dan Bangsa Indonesia akan diperlakukan seperti seperti penduduk asli 
Amerika-Bangsa Indian yang dipunahkan.

Tjaniago

MF ready to inject $2.4 bln to Indonesia 

+ - 13:16, August 06, 2009 


The International Monetary Fund (IMF) is ready to inject 2.4 billion U.S. 
dollars to Indonesia in the end of this month to help strengthen the country's 
forex reserves capacity, the business daily Bisnis Indonesia quoted an official 
as saying. 

The liquidity that will be disbursed in the Special Drawing Rights (SDR), the 
IMF's currency, is a part of fund injection plan to member countries with a 
total of 250 billion dollars to tackle liquidity difficulties in the current 
crisis. 

Thomas R. Rumbaugh, the IMF's division chief for Asia Pacific, said that the 
injection could increase Indonesia's forex reserves deposited in the Bank 
Indonesia, the central bank, with global currency denomination that could be 
cross-converted. 

He believed that the IMF's governor council would give its approval on August 7 
so that the disbursement could be started on August 28. 

The SDR allocation proposal to forex reserves of 186 member countries was 
initiated by the body's managing director Dominique Strauss-Kahn on June. In 
the end of 1970s and 1981, the IMF conducted the same effort and the value was 
ten times smaller that2009's allocation. 

Rumbaugh also said that the Bank Indonesia (BI) could deposit the SDR in its 
genuine form or convert it to other currencies, like U.S. dollar, euro or yen. 

"The BI could deposit the SDR or use it to finance international payment. With 
support of the SDR (and recovering global economy), Indonesia's forex reserves 
would stable until the end of this year," said Rumbaugh. 

BI recorded forex reserves decrease of 200 million dollars as of July 2009 
compared to the previous month to 57.4 billion dollars. Indonesia's forex 
reserves briefly touched the highest level of 60.56 billion dollars in July 
2008.




Dari: Roeslan <roes...@t-online.de>
Kepada: hk...@yahoogroups.com; nasional-l...@yahoogroups.com; 
komunitas-tiong...@googlegroups.com
Cc: suara-minori...@googlegroups.com
Terkirim: Rabu, 5 Agustus, 2009 10:41:47
Judul: [nasional-list] RE: [HKSIS] Presiden Jelaskan Kenapa Indonesia Masih 
Berutang

  



.
REFLEKSI : Pidato SBY adalah merupakan pengakuan bahwa beliau memang benar 
sebagai agen IMF, Bank Dunia atau lembaga asing yang lainnya yang ingin 
menguasai NKRI dengan cara memberikan utang. Dari pidato SBY itu dapat 
disimpulkan bahwa SBY siap tanpa ragu-ragu untuk membangun NKRI sebagai jajahan 
Imperialisme Neoliberal dengan Motto :  Utang sebagi pola pembanguan negara!!!.
 
Motto tersebut telah menjelaskan pada kita semua bahwa SBY sebenarnya adalah 
agen IMF, Bank Dunia dan lembega-lembaga asing pemberi utang, yang dimiliki 
oleh imperialisme neoliberal.  Tidak bisa disangkal lagi bahwa utang kepada 
Imperialisme  neoliberal yang dijadikan sebagai pola pembangunan NKRI adalah 
berarti membangun penjajahan imperialisme Neoliberal di NKRI secara lebih 
intensif dan effektif.  
 
SBY bersabda bahwa Indonesia masih memerlukan utang; Ini berarti bahwa SBY 
telah secara sadar bersedia membantu pihak  imperialisme neoliberal yang sedang 
sekarat, dalam arti secara sistematik membuat  pola pengaturan yaitu suatu 
konfigurasi mengenai hubungan-hubungan yang khas dalam sistem penjajahan 
ekonomi (baca: penjajahan model baru), menjadi fokus pemikiran dan konsep 
pemerintah SBY setelah dinyatakan sebagai pemenang dalam pilpres 2009.
 
Sifat ketergantungan NKRI pada pihak asing sejak dari jamannya orde baru 
Soeharto sampai jamannya SBY tidak perlu kita ragukan lagi. Karena semuanya itu 
telah termanifestasikan dalam penomena utang luarnegeri yang tercermin dalam 
bentuk pembiyayaan pembangunan, baik pembangunan untuk “kepentingan negara“ 
maupun pembangunan untuk interes-interes  bisnis pribadi seluruh kekuarga  
Soeharto dan kroni-krininya; dalam konteks ini utang luarnegri sangat memainkan 
peranan.
 
Jika kita cermati secara saksama, maka kita akan melihat dan merasakan bahwa; 
hubungan antara NKRI dan utang luarnegerinya telah menyebabkan terjadinya suatu 
penomena, dimana semakin banyak cicilan dan bunga utang yang dibayar, maka 
terjadilah akumulasi utang luar negerinya NKRI, ini disebabkan oleh karena 
cicilan plus bunga utang  luarnegeri secara substansial dibiyayai oleh utang 
baru, sedangkan utang baru yang didapatkan nilainya lebih kecil dari jumlah  
pembayaran cicilan utang plus bunga utang luar negeri yang dikalukan oleh NKRI. 
Kekurangannya telah di tutup dengan menjual BUMN, atau mengadaikan 
sumber-sunbar daya lama (baca; Minyak bumi ,Emas dll). Nampaknya itupun tidak 
cukup, maka dari itulah sekarang ini Indonesia masih harus terus menjalankan 
utang yang berkalanjutan demikian SBY.
 
Tulisan ini tidak berarti secara absolut menolak utang, boleh saja utang, tapi 
seharusnya kita tidak perlu terus-menerus utang, jika kita mau bersikap jujur 
terhadap tanah air, bangsa  dan seluruh  rakyat Indonesia; Artinya uang utangan 
dari luar negeri itu harus benar-benar di manfaatkan untuk menjalankan suatu 
usaha produksi, misalnya dengan uang utangan itu kita bur minyak bumi kita dan 
kita olah minyak mentah itu sampai menjadi minyak, bensin dll. Dan hasilnya 
kita jual, dengan demikian kita akan bisa mendapatkan nilai tambah  dari uang 
utangan yang kita gunakan untuk berproduksi itu. Jika produksinya terus 
menerus, maka nilai tambah pun akan berskumulasi, sehingga dapat kita gunakan 
untuk membayar kembali utang luarnegerui itu. Bisa dipercaya bahwa Indonesia 
dewasa ini sudah mempunyai banyak Insinyir pertambangan- perminayakan yang bisa 
mengebur dan mengolah minyak mentah menjadi minayak yang dapat diperdagangkan 
keseluruh dunia pengguna 
 mjinyak. Jadi seharusnya yang dibangun itu adalah pola ekonomi berdikari bukan 
pola utang luarnegeri seperti yang kita saksikan dewasa ini. Ini baru dilihat 
dari segi perminyakan saja, disamping itu masih banyak usaha prosduksi yang 
bisa kita lakukan yang akan bisan mendapatkan nilai tambah.
 
Kita  ambil contoh misalnya  misalnya Aldjasir , dengan sumberminyak yang 
mereka miliki itu, mereka telah bisa melunasi utang-utang luar negerinya. Jadi 
tidak seperti memerintah NKRI ini  utang luar negeri dikorup oleh para penguasa 
negaranya, dan tambang-tammbang minya dijual atau digadaikan pada pihak asing 
untuk membayar utang.
Sehingga dengan demikian  terjadilah budaya utang terus berkelanjutan, seperti 
yang dikhotbahkan oleh SYB. 
 
Selama NKRI  tetap dikuasai oleh komprador-komprador imrprialisme neoliberal, 
maka selamanya NKRI akan tetap akan menjadi negara jajahan model baru sampai 
akhir zaman. Ironinya sangat minim elite politik NKRI ini yang menyadari 
masakah tersebut, karena pada umumnya para elite bangsa ini telah kejangkitan 
penyakit Konsum-Sindrom, yang sumbernya adalah Holargi Globalisasi- ekonomi dan 
budaya. Dampak-kongkrit >globalisasi- ekonomi-budaya ini< kini terbukti 
telah merusak struktur-cara- berpikirpara elite politik dan ekonomi, para pakar 
ilmu pengetahuan, para pakar-spirituil (terutama para kyai dan ustadnya). 
Keadaan seperti ini sudah terjadi sejak zamannya pemerintahan orde baru, 
misalnya berapa triliun utang luarnegri yang telah disulap menjadi modal bagi 
bisnis-bisnis pribadi Soeharto dan kroni-kroninya.  Yang sekarang ini telah 
menjadi beban rakyat Indoensia samapai generasi-generasi bangsa yang 
berkelanjutan.  Sangat menyedihkan kondesi elite politik NKRI yang hanya 
memikirnan kepentingan kantongnya sendiri. Merka sudah gagal dalam menegakkan 
keadian dan kesejahteraan generasi bagsa dimana kita hidup sekarang ini, selain 
itu mereka telah pula secara sadar meninggalkan beban berat (baca: utang luar 
negeri yang besar sekali jumlahnya) bagi generasi bangsa yang berkelanjutan.
Pemilu 2009 telah gagal total dalam usaha untuk mendirikan suatu pemerintahan 
yang baik dalam arti mengabdi negara, bangsa dan pada amanat pendritaan rakyat 
!!!
 
Roeslan.
 


Von: hk...@yahoogroups. com [mailto:HKSIS@ yahoogroups. com] Im Auftrag von 
Rudy Patirajawane
Gesendet: Montag, 3. August 2009 10:35
An: Andre Andreas; Christian Post; Fed Ser Petani Indonesia; gsbi_pu...@yahoo. 
com; Institute for Economic Social and Cultural Rights; Jatam; KAU; PRPP; 
Revrisond Baswir; Serikat Tani; Wahidinst
Cc: Antara; apaka...@yahoogroup s.com; c...@yahoogroups. com; depkominfo; Eep 
S; F Basri; Farid G; FPN; g...@groups. marhaenis. org; hk...@yahoogroups. com; 
Ignas Kleden Dr; Indo Latin; JIL; Kerja Pembebasan; marhae...@googlegro 
ups.com; mediac...@yahoogrou ps.com; nasional-list@ yahoogroups. com; 
pet...@indosat. id; PPMUH; sastra-pembebasan@ yahoogroups. com; Sinar harapan; 
wahana-news@ yahoogroups. com; Walhi
Betreff: [HKSIS] Presiden Jelaskan Kenapa Indonesia Masih Berutang
 
  








Pernyataan dari kubu neoliberal seperti ini pasti membuat tertawanya Komite 
Anti Utang dan para pejuang anti-globalis dan pendamba ekonomi kerakyatan.

 

Presiden Jelaskan Kenapa Indonesia Masih Berutang




KRISTIANTO PURNOMO

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
/

Artikel Terkait: 

Kemiskinan Turun, Presiden Ucapkan Terima Kasih 
Presiden: Subsidi Tahun Depan Rp 144,4 Triliun 
Presiden: Atasi Krisis, Pemerintah Terapkan Kebijakan "Countercyclical" 
Pemerintah Tetap Prioritaskan Kebijakan Tiga Pro 
Pidato RAPBN Presiden tak Singgung Dampak Bom 

Senin, 3 Agustus 2009 | 10:18 WIB

Laporan wartawan KOMPAS Suhartono

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, pembiayaan 
dalam bentuk utang acapkali sering menjadi isu politik dan sekaligus perhatian 
publik. Oleh karena itu, secara khusus Presiden memberi penjelasan agak panjang 
terkait masalah defisit RAPBN yang diatasi dengan pembiayaan utang.

Penjelasan ini disampaikan Presiden Yudhoyono saat menyampaikan pidato 
pengantar pemerintah atas Rencana Anggaran Pembiayaan dan Belanja Negara 
(RAPBN) 2010 beserta nota keuangannya di depan Rapat Paripurna Luar Biasa Dewan 
Perwakilan Rakyat (DPR) di Gedung DPR, Jakarta, Senin (3/8).  

"Perlu saya sampaikan, pemerintah memiliki komitmen yang nyata untuk penetapan 
kebutuhan tepat berkaitan dengan utang pemerintah yakni dengan senantiasa 
mengacu pada perinsip kehati-hatian dan asas manfaat," terang Presiden.

Dipaparkan, kebijakan seperti itu ditetapkan agar pembangunan untuk 
meningkatkan kesejahteraan rakyat, termasuk upaya mengatasi krisis ekonomi 
dewasa ini mendapatkan pembiayaan semestinya. 

"Pemerintah juga senantiasa menjaga rasio utang terhadap pendapatan nasional 
dan kemampuan negara untuk membayarnya yang dalam perkembangan semakin baik 
angkanya. Kebijakan ini ditempuh dengan tentu saja sama sekali tidak 
mengorbankan kedaulatan ekonomi dan kedaulatan politik kita," jelas Presiden.

Sebelumnya, persoalan utang luar negeri menjadi sorotan sejumlah pihak apalagi 
di masa kampanye pilpres lalu. Pemerintah banyak disorot terkait kebijakannya 
dalam utang luar negeri yang dinilai tidak memiliki kemandirian ekonomi.

Lebih jauh, terkait dengan pembiayaan defisit anggaran yang direncanakan 
sebesar 98 triliun atau 1,6 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 
depan, pemerintah merencanakan menggunakan sumber-sumber pembiayaan dalam 
negeri sampai dengan Rp 107,9 triliun dan pembiayaan luar negeri neto sebesar 
Rp -9,9 triliun. 

"Dengan demikian, stok utang luar negeri kita menurun yang berarti 
ketergantungan kita kepada luar negeri juga terus menurun," ujar Presiden.

Dikatakan, defisit RAPBN 1,6 persen dari PDB dinilai masih cukup aman dan tepat 
bagi perekonomian.

KOMPAS Suhartono 

Together We Stand Against Terrorism! KOMPAS.com support #IndonesiaUnite
 




Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang!


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke