Pers memang tidak boleh netral. Pers harus berpihak pada yg punya duit..kalo 
gak perusahaannya bangkrut! Hidup kapitalisme! 

--- On Wed, 3/25/09, Satrio Arismunandar <satrioarismunan...@yahoo.com> wrote:
From: Satrio Arismunandar <satrioarismunan...@yahoo.com>
Subject: [ppiindia] Pers tidak boleh netral
To: "news Trans TV" <news-tran...@yahoogroups.com>, "kampus tiga" 
<kampus-t...@yahoogroups.com>, "technomedia" <technome...@yahoogroups.com>, 
"warta-lingk" <wartawanlingkun...@yahoogroups.com>, "jurnalisme" 
<jurnali...@yahoogroups.com>, "Pers Indonesia" <persindone...@yahoogroups.com>, 
koran-digi...@googlegroups.com, "HMI Kahmi Pro Network" 
<kahmi_pro_netw...@yahoogroups.com>, aipi_poli...@yahoogroups.com, "naratama 
naratama" <naratam...@yahoogroups.com>, "pantau" 
<pantau-komuni...@yahoogroups.com>, "ppiindia" <ppiindia@yahoogroups.com>
Date: Wednesday, March 25, 2009, 4:52 AM











    
            

http://nasional. kompas.com/ read/xml/ 2009/03/24/ 16323259/ Pers.Tidak. 
Boleh.Netral



JAKARTA, KOMPAS.com â€" Wartawan senior Harian Kompas Budiarto Shambazy 
menyatakan, pers tidak boleh netral, tetapi harus berdiri sendiri. Sebab, 
fungsi pers yang independenlah yang dibutuhkan oleh masyarakat. 



Pernyataan wartawan yang populer dengan kolomnya bertajuk "Politika" di harian 
Kompas itu disampaikan dalam diskusi "Isu-isu Keterbukaan Informasi dan Publik" 
di Hotel Nikko, Jakarta, Selasa (24/3).



"Untuk meneruskan fungsi watch dog, pers boleh bersikap, enggak netral. Pers 
harus independen," katanya. 



Ia mencontohkan seorang wartawan di Amerika berani menyuarakan dukungannya 
kepada Obama. "Saya berpihak Obama sebagai tokoh yang diharapkan saat ini," 
katanya menirukan wartawan Amerika tersebut.



Menurut Budi, pers di Indonesia sulit memberitakan yang mana yang bagus atau 
buruk. "Semua berita tanggung. Seharusnya pemberitaan itu seperti New York 
Times, digali secara personalitas, " lanjutnya.



Selanjutnya, Budi menerangkan, saat ini pers dikalahkan oleh jajak pendapat 
yang berani mengemukakan pendapat, sedangkan pers cenderung berlindung di balik 
kenetralan. "Pers enggak mampu melakukan judgement pada capres atau parpol. 
Enggak fair juga kalau politisi dipojokkan melulu, hanya karena ia tidak 
melakukan kampanye besar-besaran. Kampanye di Jakarta itu mahal, sehari minimal 
Rp 5 juta," katanya.



Oleh karena itu, Budi mengajak pers melakukan instrospeksi untuk menyukseskan 
pemilu. "Pemilu ini gawe nasional, enggak main-main," ujarnya.



/terms/




 

      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke