Setuju Boss... ! moga islam benar benar menjadi rahmatan lil alamin secara
syamil dibumi indonesia tercinta ini.

Dakwah saat ini lebih ke arah bagaimana merubah pola pikir yang sempit ke
arah lebih egaliter.

-----Original Message-----
From: ppiindia@yahoogroups.com [mailto:ppiin...@yahoogroups.com] On Behalf
Of Ananto
Sent: 11 September 2009 8:32
Subject: [ppiindia] Kiai dan Pesantren Indonesia

Kiai dan Pesantren Indonesia

Oleh: KH. A. Mustofa Bisri



Seperti mengenai banyak hal yang lain, kalau kita berbicara tentang kiai dan
pesantren, kita terpaksa harus membuat katagori pembeda: kiai sekarang atau
kiai dulu; pesantren sekarang atau pesantren dulu. Soalnya memang terdapat
banyak perbedaan antara kiai sekarang dengan kiai di zaman dulu. Demikian
pula dengan pesantren; apalagi sekarang ini banyak pesantren baru yang sama
sekali berbeda bahkan sering 'ideologi'nya bertolak belakang dengan
pesantren di zaman dulu.



 Kiai di zaman dulu -biasanya 'pemilik' pesantren-rata-rata adalah orang
yang di samping memiliki ilmu agama lebih dari kebanyakan masyarakatnya,
memiliki kecintaan yang mendalam kepada tanah air dan umatnya. Para kiai di
zaman dulu, membangun pondok pesantren mereka sendiri untuk menampung
santri-santrin mereka yang menimba ilmu darinya. Santri-santri mereka, tidak
hanya diberi ilmu agama, tetapi dididik untuk mengamalkan ilmu yang mereka
dapat. Menurut mereka, iIlmu tidak ada gunanya bila tidak diamalkan.



Kitab-kitab kuning yang diajarkan kiai-kiai kepada santri-santrinya adalah
kitab-kitab yang umumnya merupakan penjabaran dari Kitab suci AlQuran dan
Sunnah Rasulullah SAW menurut pemahaman Ahlu Sunnah wal Jama'ah. Paham yang
mengajarkan Islam *rahmatan lil'aalamiin *dan sikap hidup *tawassuth wal
I'tidaal*, sikap tengah-tengah dan tidak ekstrem.


Para santri juga dididik untuk mencintai tanah air mereka. *Hubbul wathan
minal iimaan*, "Cinta tanah air adalah bagian dari iman", merupakan slogan
di kalangan kiai dan pesantren tempo doeloe. Di zaman penjajahan, banyak
kiai yang menjadikan pesantrennya sebagai markas perlawanan terhadap
penjajah. Banyak kiai yang gugur dan menjadi penghuni penjara pemerintah
kolonialis dalam rangka membela tanah air. Dengan berbagai dalil 'kitab
kuning', para kiai mengobarkan semangat rakyat melawan penjajah . Fatwa
jihad melawan penjajah oleh Kiai Hasyim Asyari Tebuireng Jombang, misalnya,
telah mengorbarkan semangat arek-arek Jawa Timur untuk melawan Sekutu di
Surabaya. Kiai Subki Parakan Temanggung dengan bambu runcingnya yang
terkenal itu, menggembleng mental pejuang-pejuang kemerdekaan. Kiai Baidlowi
Lasem mengutus beberapa santrinya untuk memata-matai Belanda yang konon
mendarat di daerah Sayung.


Itu hanyalah sekedar contoh bagaimana para kiai pesantren dulu mengajarkan,
mendidik, dan mencontohkan sikap patriotisme. Di zaman kebangkitan, para
kiai pesantren medirikan organisasi yang mereka namakan Nahdlatul Wathan
yang artinya Kebangkitan Tanah air.


Maka tidak heran bila beberapa kiai yang -ketahuan-- kemudian diangkat
menjadi pahlawan nasional. Bahkan Mohammad Asad Syihab, seorang wartawan
Arab yang di zaman revolusi tinggal di Indonesia, di antara buku-bukunya
tentang tokoh-tokoh nasional Indonesia yang diterbitkan di Kuwait, menulis
buku berjudul *Al-'Allaamah Mohammad Hasyim Asy'ari Wadli'u Labinati
Istiqlaali Indonesia*. Terjemah harfiahnya: Mahakiai Mohammad Hasyim Asy'ari
Peletak Batu Pertama Kemerdekaan Indonesia.


Para kiai 'model dulu' selalu menanamkan kepada santri-santrinya bahwa
mereka adalah orang Indonesia yang beragama Islam; bukan orang Islam yang
kebetulan berada di Indonesia. Orang Islam yang kebetulan di Indonesia boleh
jadi tidak peduli apapun yang menimpa Indonesia, tapi orang Indonesia yang
beragama Islam tidak bisa tidak memikirkan dan berjuang bagi kebaikan
Indonesia. Kecuali mungkin orang yang terbalik akalnya.


Alhamdulillah, menurut pengamatan saya, minimal para kiai dan pesantren
pelanjut generasi sebelumnya masih tetap mempertahankan pemahaman tentang
Islam *rahmatan lil'aalamiin* dan sikap hidup *tawassuth wal I'tidaal*,
sikap tengah-tengah dan tidak ekstrem, serta memiliki rasa keIndonesiaan
yang tebal seperti kiai dan pesantren di zaman dulu.


Akhir-akhir ini orang dibingungkan dengan munculnya sikap-sikap kasar bahkan
bengis dari kalangan yang juga menyebut diri kaum muslimin. Munculnya
ustadz-ustadz yang dari raut muka hingga tindakan dan ucapannya membuat
orang bergidik. Ada jama'ah yang tampak bangga dengan keangkerannya. Bahkan
ada yang tidak masuk akal: perbuatan merusak yang tegas-tegas dilarang oleh
kitab suci Al-Quran justru dianggap jihad atau minimal dianggap amar makruf
nahi munkar. Bahkan ada yang tega meledakkan bom di tengah-tengah keramaian.
Kalau yang melakukan kekerasan dan pengrusakan itu bukan orang Indonesia,
mungkin kita bisa mengatakan itu pihak yang iri dan dengki kepada kita. Tapi
kalau itu orang Indonesia sendiri, kita jadi bingung.


Kalau jama'ah yang merupakan sekedar anak-anak-buah, kita masih bisa
mengerti. Tapi mereka yang merupakan imam-imam dan ustadz-ustadz itu masakan
tidak mengenal pemimpin agung panutan umat Islam Nabi Muhammad SAW yang
bassam, wajahnya tersenyum menyenangkan, yang bicaranya lembut, yang
sikapnya santun, yang penuh kasih sayang, yang bergaul dengan penuh adab,
yang beramar-makruf dengan baik dan bernahi-munkar tidak dengan munkar, yang
berjihad dengan aturan dan etika?


Saya pikir, inilah yang merupakan tantangan utama kiai dan pesantren saat
ini. Mereka --yang memiliki sanad, mata rantai keIslaman sampai ke
Rasulullah SAW-- dituntut untuk tampil sebagaimana kiai dan pesantren dulu
untuk mengenalkan kerahmatan Islam dan kesantunan serta kasih sayang Nabi
Muhammad SAW. Jangan sampai generasi kita dididik oleh mereka yang yang
-sadar atau tidak, karena kepentingan atau kebodohan-justru ingin
mencemarkan nama baik Islam dan merusak tanah air kita.



Penulis adalah pemimpin Pondok Pesantren Roudhotut Thalibin, Rembang.


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny.
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 
4. Satu email perhari: ppiindia-dig...@yahoogroups.com
5. No-email/web only: ppiindia-nom...@yahoogroups.com
6. kembali menerima email: ppiindia-nor...@yahoogroups.com
Yahoo! Groups Links



Kirim email ke