Maaf semuanya, ini cuma bhayangan, bagi saya artinya hayalan,jadi bisa 
Gila-gilaan
 
hhhhhh
boleh juga neh di gabung dg Ide saya :.......
REPUBLIK KEBON KOSONG,
KABINET BAYANGAN, 
RAKYAT JEJADIAN(kuntilanak,pocong,kolor ijo,suster ngesot,dedemit ,setan,jin 
dll)
khusus Bidang kesehatan, melayani BERANAK DALAM KUBUR,HHHHH(ktwa dlu aah)
Juga melayani kredit mobil,MERCY,BMW,FERARY,JAGUAR DG :
Tanpa DP, Tanpa CICILAN, Tanpa Baraaaang.HHHHH
TAWARAN :
Siapa yg mau jadi Rakyat ?........hhhhhhh
Saya tidak mau jadi peran tiga-tiganya .....hhhhh
saya mau jadi TUHANNYA saja...
siapa yg mau jadi pembantuku,para malaikat,
akan ku beri HP Buat menyampaikan perintahku,kalau ada yg mau kucabutnyawanya 
karena Curang...
Hihihihihihihi
 


--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Indra J Piliang" <pi_li...@...> wrote:
>
> Kepada Nagabonar
> Oleh
> Indra J Piliang
> 
> Ah, sudah kubilang, jadilah presiden. Presiden jadi2an juga tidak apa2. 
> Presiden bayangan juga tidak apa2. Pokoknya: presiden. 
> 
> Apa jawabanmu: "Aku hanya punya satu dasi, itupun sudah dijual ke tukang 
> loak. Bagaimana aku bisa jadi presiden?"
> 
> Bonar, Bonar. Apa hubungannya presiden dgn dasi itu? Tapi tak apalah, 
> mudah2an kau benar, Bonar. 
> 
> Tapi bukan aku kalau aku mau menyerah. 
> Kubilang lagi: jadilah kau presiden. Terserah presiden direktur, presiden 
> partai, presiden petani atau presiden pengemis di negeri ini. 
> 
> Nah, mati kau! Kulihat wajahmu berbinar. 
> 
> "Alah, mana bisa presiden tanpa rakyat. Rakyat tanpa presiden bisa melakukan 
> apa saja. Tapi presiden tanpa rakyat? Tidaklah. Kau sajalah!" Jawabmu sambil 
> nelangsa. 
> 
> Bonar, bonar. Kali ini kau tetap benar. Apa kau telah makan minyak tangkur 
> buaya dari Tarutung sana? Kirimilah aku satu sendok saja, agar lemas 
> ketegangan di otakku ini. 
> 
> Tapi bukan aku namaku, karena pasti adalah kamu, bukan? Kubuka lagi buku2 
> primbon, kudatangi pusara datuk panglima elang, kupanjati pohon dedemit di 
> pinggir hutan jati itu. Kucari akal, agar kau mau jadi presiden. 
> 
> Nah, kukatakan lagi kepadamu, Bonar: Nih, sekepal tanah dari kuburan 
> moyangmu, sebilah belati patah yang kutemukan di dasar sungai Cisadane, serta 
> sobekan kain tujuh rupa peninggalan patih Gajah Mada. Jadilah presiden! 
> 
> "Apa? Apa aku mau kau jadikan sebagai presiden orang mati? Presiden itu untuk 
> orang hidup, tahu!" 
> 
> Ndilalah, ndilalah! Habislah akalku, Bonar. Kali ini kau lagi2 benar, Bonar. 
> 
> Kaupun mendengkur, di dekat kandang ayam. Tinggal aku yg nanar menatap ke 
> langit hitam. 
> 
> Titik2 bintang di langit terlihat muram. Tak sanggup mengirim cahaya ke bumi 
> ini. Warna bulan terlihat pudar. 
> 
> Dan tiba2, tiga ekor naga muncul dari langit malam. Matanya merah, hidungnya 
> merah, sungutnya merah, nafasnya merah! 
> 
> Aku berteriak: "Bonar, ada naga! Ada naga! Ada naga!" 
> 
> Aku tergoncang. Byur! Air bau pete dan jengkol mendarat di kepalaku. Ah, 
> mimpi buruk. 
> 
> Dan kau memegang ember sambil terkekeh: "Kalau si Bonar jadi Naga, baru itu 
> Presiden. Tapi kalau si Bonar jadi Presiden, kau hanya akan berputar2 saja 
> dgn igauan dan logikamu  yg tdk kumengerti  itu. Hahahaha!"
> 
> Batavia, setelah "pidato KPK itu", 23 November 2009.
> 
> 
> "Tiada Kata Jera dalam Perjuangan..."
>


Reply via email to