*
Entrepreneurial Spirit*

Oleh SRI EDI SWASONO

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia


<http://www.facebook.com/photo.php?pid=30418701&op=1&view=all&subj=145538736070&aid=-1&auser=0&oid=145538736070&id=1124442770>



Perkenankan saya menyampaikan penghargaan saya kepada Saudara Faiz Manshur
yang berhasil dengan baik mengungkap perjuangan nyata KH Fuad Affandi dalam
memotivasi dan menggerakkan kaum tani untuk meraih kesejahteraan melalui
agribisnis.

Sepanjang Kemerdekaan Indonesia, kaum petani termasuk kaum yang belum
beruntung menikmati pembangunan, selalu tersudut, tertinggal dan terabaikan
harkat martabat serta kesejahteraan hidupnya. Kyai Fuad telah membuktikan
berhasil mencarikan terobosan bagi para petani kita.

Di mata saya, Kyai Fuad adalah seorang local genius, yang tahu tugas
hidupnya sebagai Khalifatullah,-pengemban amanat Tuhan. Kyai genius ini
bukan saja seorang entrepreneur yang “diturunkan dari langit”, yang mampu
menerobos pakem-pakem usang, tetapi ia lebih dari itu mampu membentukkan
terwujudnya masyarakat petani sebagai entrepreneurial society.

Saya merasa perlu mengemukakan perihal-perihal di bawah ini dengan harapan
bisa menggugah kaum akademisi yang berada di luar lingkungan perjuangan
nyata Kyai Fuad Affandi sebagai berikut:

Salah satu kalimat agung yang termuat di dalam Pembukaan UUD 1945 adalah
“…mem­bentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut me­lak­sanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, per­damaian abadi dan keadilan sosial…” dan sete­rusnya.

Apa yang perlu disoroti dalam Pembukaan UUD 1945 itu adalah perkataan
“men­cer­daskan kehidupan bangsa”, yang bukan sekadar mencer­daskan otak
bangsa. “Mencerdaskan kehidupan bangsa” adalah kon­sepsi budaya, sedangkan
“mencerdaskan otak” adalah konsepsi biologis-genetika. Berbagai penafsiran
ten­tu saja dapat diberikan, termasuk penafsiran oleh para penyusun
Pem­bukaan UUD 1945 itu sendiri. Dari seorang di antara mereka ini, dapat
dikemukakan di sini, bahwa “mencerdaskan ke­hidupan” dimaksudkan sebagai
upaya mem­­bentuk dignity, membentuk bangsa ini sebagai bangsa yang
dignified.

Kehidupan yang cerdas ada­lah, suatu kehidupan penuh percaya-diri, de­ngan
individualita dan personalita, disertai dengan kepri­badian atau karakter
yang kuat, yaitu kehidupan yang tidak mencerminkan rendah-diri atau minder,
tidak men­cer­minkan sikap hidup “batur” (obah apabila ditu­tur), yang
ujung-ujungnya menjadikan bangsa kita tidak “inlander” lagi.

Dengan demikian, usaha untuk mencapai kehidup­an yang cerdas berbeda dengan
sekadar usaha mencapai otak yang cerdas, baik di dalam dimensi maupun
metode. Tentu yang pertama lebih luas jang­kauan­nya daripada yang kedua.

Seperti dikemukakan di atas, sejak semula Prok­lamasi Kemer­dekaan sudah
berorientasi pada pembangun­an manusia atau sumber insani manusia (human
resource development). Pembangunan ma­nusia ini meru­pakan titik sentral
dalam usaha pembangunan nasional kita. Oleh karena itu pulalah maka
ketahanan nasional Indonesia juga berorien­tasi pada manusia Indonesia: “…
Ketahanan nasi­onal adalah kemampuan dan ketang­guhan suatu bang­sa untuk
dapat menjamin kelangsungan hidup­nya menuju keja­yaan Bangsa dan Negara …”.
Human resource development adalah upaya mem­bentuk human capital menjadi
social-capital yang lebih tangguh. Kewiraswastaan atau entrepreneurship
adalah suatu kuali­tas unggul yang dikandung oleh human capital dan
social-capital itu.

Banyak pihak yang kurang yakin bahwa ke­wira­swastaan dapat di­ajarkan
melalui usaha-usaha pendidikan. Mereka yang berpendapat ini ber­titik-tolak
dari suatu keyakinan bahwa entrepreneurship adalah suatu properti budaya dan
sikap mental, oleh karena itu bersifat behavioral. Seseorang menjadi
entrepreneur karena diyakini dari asalnya memang sudah demikian.

Dengan kata lain, ia menjadi entrepreneur karena ia dibe­sarkan di
lingkungan tertentu, memperoleh nilai-nilai budaya tertentu pula dari
kalangan ter­dekatnya semenjak ia mampu menerima proses sosiali­sasi sebagai
proses alamiah, khususnya dari orangtuanya. Jadi pendidikan formal (sebagai
suatu proses intervensi teren­cana dan terkendali yang kita kenal
sehari-hari ini) untuk membentuk entrepreneur, tidak mereka yakini. Mereka
ini hanya yakin pada proses alamiah itu. Tentu kedua pendekatan itu ada
benarnya.

Ada yang lebih ekstrem lagi, misalnya dika­takan bahwa entrepreneur adalah
khas berasal-usul dari bakat keturunan, atau suatu in-born quality. Di
Indonesia, pendapat ekstrem ini dianggap tidak ilmiah, kolot dan
kadang-kadang dinyatakan seba­gai tendensius secara sosial-politis. Kualitas
entrepreneurship bukan suatu in-born quality. Tetapi fakta-fakta yang ada
tidak selalu demi­kian, bahkan sering sebaliknya.

Kekurangpercayaan mereka kepada pendidikan entrepreneurship adalah
ketidak­yakin­an mereka bahwa pendidikan mengubah si­kap dan tingkah laku
ada­lah sesuatu keniscayaan. Mere­ka ini tidak sadar bah­wa pada hakikatnya
semua pendidikan adalah bertujuan mengubah sikap dan tingkah laku,
pendidikan apa saja. Mere­ka lupa bahwa perubahan sikap dan tingkah laku
inilah yang justru menjadi tolok-ukur keberhasilan dari setiap pendidikan.

Entrepreneurship Indonesia yang belum mema­dai, bahkan mungkin kualitas itu
inferior atau belum bermutu tinggi, masih merupakan pendapat umum. Seperti
halnya tingkat kecer­dasan kehidupan atau ciri-ciri manusia Indo­nesia,
misal­nya: Masih tidak achievement oriented tetapi status orient­ed, apatis
(tidak ingin berubah nasib), berorientasi pada masa lalu, menggan­tungkan
diri pada nasib, konformis (takut me­nerobos pakem usang), ber­orientasi
pada atasan, mere­meh­kan mutu dan suka nerabas (tidak teliti dan
sis­tematik), tidak percaya pada diri sen­diri, tidak ber­disiplin, suka
mengabaikan tang­gung jawab, muna­fik, feodal, percaya pada tahayul,
ber­watak lemah (terutama lemah terhadap uang), tidak hemat (boros), ku­rang
ulet, terlalu fleksibel, hidup man­ja (santai), kurang inovatif, kurang
waspada (gampang me­rasa aman), suka sok kuasa (haus kekuasaan),
men­cam­puradukkan kepen­tingan pribadi dengan kepenting­an umum
(formal/informal dicampur­aduk­­kan), mengem­ban sikap hidup miskin.
(Dikemukakan antara lain oleh Koenjtaraningrat, Mochtar Loebis, Meutia
Hatta, dll).

Oleh karena itu diperlukan motivator, pendidik dan penggerak,-sebagaimana
dilakukan Kyai Fuad,- untuk menumbuhkan entrepreneurial spirit pada
masyarakat. Gambaran mengenai wiraswasta pada umum­nya mendapat kesepakatan
dalam hal antara lain:

Dimilikinya kualitas manusia, sikap dan tingkah laku unggul, ada kemauan
keras mencapai prestasi kehidupan luar biasa untuk merubah nasib. Manusia
atau masyarakat yang entrepreneurial unggul memiliki “tenaga dalam” secara
sendiri-sendiri atau secara kolektif, se­perti kreatif, inovatif,
dimilikinya origi­nalitas, berani mengambil risiko, ber­orientasi ke depan
dan meng­utamakan prestasi, tahan uji, tekun, tidak gampang patah semangat
(tidak cengeng), bersemangat ting­gi, memiliki seribu akal, ber­disiplin
baja, dan teguh da­lam pendirian.

Manusia atau kelompok sosial ini mem­punyai cita-cita dan de­dikasi yang
jelas serta etos kerja produktif yang kuat, kalau perlu dengan cerdik
berkeberagaman mene­robos pakem-pakem penghalang yang masih berlaku,
menggusur cultural unfreedom. Dengan ciri-ciri se­macam ini, dengan
sen­dirinya seorang atau masyarakat wira­swasta tidak saja berkepri­badi­an
dan mempunyai karakter kuat, tetapi juga dengan sen­dirinya memiliki
kepintaran ber­mental unggul (ber-IQ, ber-EQ dan ber-RQ tinggi) dan sehat
jasmaninya.

Entrepreneurial spirit Kyai Fuad tidak saja perlu ditularkan,
disosialisasikan (sebagai pendidikan formal), tetapi bahkan harus bisa masuk
mengisi silabus pendidikan formal di sekolah-sekolah dan di kampus-kampus
kita – biar menara gading bisa pula menjadi menara air yang bermanfaat
secara sosial.

Buku Entrepreneur Organik yang menggambarkan entrepreneurial spirit Kyai
Fuad sebagai Khalifatullah ini pada intinya melawan salahsatu musuh Islam,
yakni kemiskinan. Islam khususnya dan agama-agama besar umumnya mendakwahkan
tentang kemiskinan sebagai musuh kemanusiaan. Buku ini merupakan kekayaan
bahan masukan empirik-akademik yang berharga, yang harus ditularkan makna
dan hakekatnya ke segala penjuru kegiatan pembangunan. Selamat membaca. (*Dari
Kata Pengantar Buku Entrepreneur Organik, Nuansa Cendekia Bandung 2009).

Judul Buku: Entrepreneur Organik: Rahasia Sukses KH Fuad Affandi Bersama
Pesantren dan Tarekat Sayuriahnya.
Penulis: Faiz Manshur
Penerbit: Nuansa Cendekia Bandung 2009
Tebal: 392 Hlm. Harga Rp 88.000

Dapatkan di toko-toko buku terdekat, seperti Gramedia, Togamas, Gunung
Agung, Mitra Aksara, dan toko-toko buku lain. Atau pesan langsung melalui
sms: 0818638038 (Hasyim). Untuk mengenal lebih jauh tentang buku
Entrepreneur Organik kunjungi
*http:entrepreneurorganik.blogspot.com<http://entrepreneurorganik.blogspot.com>
*
*


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 
4. Satu email perhari: ppiindia-dig...@yahoogroups.com
5. No-email/web only: ppiindia-nom...@yahoogroups.com
6. kembali menerima email: ppiindia-nor...@yahoogroups.com
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    ppiindia-dig...@yahoogroups.com 
    ppiindia-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke