Refleksi: Seandainya harta korupsi mantan presiden NKRI Soeharto dijadikan milik negara, mungkin tak perlu lagi adanya pinjaman, sebab menurut UN StAR nilai harta korupsi yang disembunyikan Soeharto antara US$ 30 dan US$ 50,-- miliar. Selain itu apakah pipa-pipa Pertamina sudah tidak ada lagi yang membocorkan migas ke tanki-tanki penyamun?
http://jawapos.com/index.php?act=cetak&id=28 [ Jum'at, 11 Desember 2009 ] Pertamina Dapat Pinjaman Rp 7 Triliun JAKARTA - PT Pertamina (persero) kembali mendapat kepercayaan dari bank-bank dalam dan luar negeri yang diwujudkan dalam bentuk pinjaman USD 700 juta (sekitar Rp 7 triliun). Pinjaman tersebut diberikan untuk jangka waktu 60 bulan sejak diterima. ''Ini merupakan bukti kepercayaan bank-bank terhadap keberhasilan Pertamina dalam meningkatkan kinerjanya,'' ujar Direktur Keuangan Pertamina Frederick ST Siahaan kemarin (10/12). Debitor pinjaman tersebut terdiri atas bank-bank lokal dan luar negeri, yaitu BNP Paribas, ANZ, HSBC, dan RBS sebagai mandated lead arrangers and joint bookrunner, sedangkan BCA, The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Ltd, Sumitomo Mitsui Banking Corporation, dan Panin Bank sebagai mandated lead arrangers. Penandatanganan perjanjian pinjaman itu dilakukan di Kantor Pusat Pertamina kemarin oleh Frederick Siahaan dan para debitor. Dana yang dipinjam akan digunakan untuk mendanai modal kerja dan modal belanja proyek-proyek yang dilaksanakan oleh Pertamina maupun anak usahanya. ''Bunga pinjaman ini 2,5 persen," ungkapnya. Pertamina menganggarkan belanja modal 2010 sebesar Rp 39 triliun. Belanja modal tersebut meningkat 56,4 persen dari tahun ini, Rp 22 triliun. Guna memenuhi kebutuhan itu, Pertamina akan mencari pinjaman USD 2,5 miliar berupa pinjaman dan obligasi dalam dan luar negeri. Tahun depan Pertamina juga menerbitkan obligasi global sebesar USD 1 miliar serta obligasi rupiah Rp 1 triliun. ''Dana-dana itu juga digunakan untuk kegiatan umum korporat.'' Sementara itu, Wakil Dirut Pertamina Omar Sjahwaldi Anwar mengatakan bahwa Pertamina terus berusaha menjadi world class company. Karena itu, Pertamina terus melakukan perbaikan di berbagai bidang, termasuk mengembangkan investasi ke sektor-sektor strategis, seperti pengembangan panas bumi. ''Kita mempunyai anak perusahaan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE)." Dalam hal pemasaran, Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Faisal mengatakan bahwa Pertamina susah untuk membangun SPBU di negara lain di wilayah Asia Tenggara. Sebab, setiap negara sudah memiliki pengembangan bisnis yang serupa. ''Asia Tenggara susah karena mereka memiliki NOC (National Oil Company)," tukasnya. Faisal menuturkan, Pertamina saat ini baru memiliki kesempatan membuka SPBU di Australia, yaitu di Sydney. Di Negeri Kanguru itu, kesempatan pasarnya lebih terbuka. (wir/kim) [Non-text portions of this message have been removed]