Pernyataan dari Bapak Suryanto, ayah korban, kenapa jenazah tidak diotopsi ada 
beberapa hal:

1. Untuk melakukan otopsi diperlukan waktu 2-3 hari
2. Dari pihak rumah sakit menyarankan untuk visum saja
3. Melihat keadaan anak saya waktu itu tidak memungkinkan untuk dilakukan otopsi
karena dari pihak RS Panti Rapih menyarankan agar jenazah  harus segera 
dikebumikan.

"Terus terang kami kurang begitu tahu prosedur hukum, Hanya doa kami semoga 
yang harus bertanggung jawab segera dihukum sesuai dengan tindakan yang telah 
dilakukan, agar anak saya lebih tenang di alam sana," tutur Bapak Suryanto.

Demikian sekilas info dari pihak keluarga. 

Sumber:

http://www.facebook.com/pages/Hukum-Mati-Para-Pembunuh-Teofilus-Caesar/221268595835

___________________________________

Penyebab Kematian Teofilus Uki Caesar Kusuma Belum Disimpulkan, Keluarga Tuntut 
Pengusutan Tuntas

JOGJA - Polisi agak kesulitan menentukan penyebab pasti yang membuat Teofilus 
Uki Caesar Kusuma, 18, meninggal dunia. Sejauh ini, penyebab kematian pemuda 
yang meninggal setelah sebelumnya dikeroyok puluhan pemuda beberapa waktu lalu 
tersebut, belum disimpulkan. 

"Kami belum bisa melakukan menyimpulkan penyebab kematian korban. Beberapa 
dugaan masih kami dalami dengan mencari keterangan dari saksi-saksi," ujar 
Kapoltabes Jogja AKBP Ahmad Dofiri ditemui disela-sela Rapat Pengesahan APBD 
Kota di DPRD Kota kemarin (22/12).

Dari beberapa keterangan dan petunjuk yang didapat polisi, Teo sempat 
mendapatkan tendangan dan pukulan saat dikeroyok. Tapi, fakta itu masih terus 
dikembangkan dengan menginterogasi tersangka yang ditahan.

Informasi terakhir menyebutkan, jumlah tersangka dalam kasus ini berkembang 
menjadi enam orang. Namun, saat dikonfimasi mengenai hal ini, Dofiri memilih 
diam. "Mereka ini hanya sebagian kecil dari kelompok (pelaku pengeroyokan) 
tersebut. Mungkin nggak ada lima persennya dari jumlah seluruh anggota kelompok 
tersebut," jelasnya. Duka menyelimuti keluarga Teo. Keluarga Teo menuntut 
pengusutan tuntas kasus tersebut.

Desakan itu menguat setelah keluarga berpendapat luka yang didapatkan Teo 
mengindikasikan kematiannya bukan disebabkan kecelakaan. Namun, kuat dugaan Teo 
meninggal setelah dianiaya.
"Kami sangat yakin, korban sebelumnya dianiaya. Karena, dari lukanya hanya 
terdapat pada leher dan dagu. Tubuh lainnya, tidak memperlihatkan korban luka 
karena jatuh kecelakaan dari motor," lontar Suryanto, 51, ayah korban, ketika 
ditemui di kediamannya Gondolayu, Jogja, kemarin.

Kuatnya dugaan keluarga bahwa penyebab kematian Teo adalah penganiayaan adalah 
hasil pemeriksaan medis dari RS Panti Rapih, tempat pertama kali korban 
dirawat. "Kata dokter yang menangani, itu luka bukan kecelakaan. Kalau 
kecelakaan, tulang patah atau lecet-lecet pasti ada di tubuhnya," imbuhnya.

Kesedihan keluarga Suryanto kian bertambah dengan tak adanya "perhatian" 
pemerintah. "Untuk pihak sekolah kami sangat bersyukur mereka meluangkan waktu 
mengantar jenazah. Tapi, dari pihak pemerintah sampai hari ini belum ada yang 
ngaruhke ke gubug kami ini," timpal Heru Ponco, famili korban. (eri)


RADARJOGJA (23/12)




[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke