--- In ITB_:
LONTONG DAN SEMINAR Almarhum Gus Dur sehabis mengikuti suatu penutupan acara tahun baruan imlek, yang pesertanya mayoritas keturunan Tionghua, pernah berkisah sewaktu kecil kerap nonton barongsay. Sambil menikmati lontong cap-go-meh beliau berkomentar, ide menyesuaikan rasa lontong ke lidah kebanyakan orang Indonesia itu adalah hikmat. Ide penyesuaian umat Konghucu di masyarakat boleh juga ditiru kalangan lain kita. Neil Armstrong tatkala menginjakkan kaki di bulan, konon hikayat terheran-heran berjumpa orang dari China dan orang Indonesia. Wahai kalian, koq sudah disini ? Yang dari China bilang, rakyat kami banyak, ekspor bahan energi dari zamrud katulistiwa habis dalam tempo sebilangan hari. Bila rakyat kami itu ditumpuk, tingginya menjangkau bulan. Yang Indonesia tak mau kalah. Di negeri kami banyak sekali seminar. Kalau materi dalam seminar itu ditumpuk, sampai juga ke bulan. Itulah sahibul. Lontong dan seminar bisa menjembatani wacana ke kenyataan, dari kudu-ne menjadi nyata-ne. Begitulah agaknya dan mudah-mudahannya. --- --- End forwarded message ---