Refleksi : Sudah satu lebih drama monoton dan gerak "slow motion" tentu membosankan dan ini siasatrezim berkuasa agar rakyat menjadi bosan berakibat tidak lagi mau ambil pusing dengan Bank Century, jadi kasusnya bisa mudah menghilang ditelan alam kebisuan dengan aman dan damai. http://www.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/33725/pentas-politik-yang-membosankan
Pentas Politik yang Membosankan Kamis, 28 Januari 2010 | 01:20 WITA DRAMA Century yang digelar di panggung DPR seolah memasuki babak antiklimaks. Dinamika retoris para aktor di pentas politik Senayan Jakarta itu makin hari kian kehilangan daya tarik karena ujung-ujungnya sudah bisa diraba. Debat di antara para anggota sendiri yang kadang tidak mencerminkan tata krama orang terdidik, seringkali menyimpangkan perhatian dari substansi persoalan utama. Interogasi terhadap para pihak yang diundang untuk dimintai keterangan, lebih mirip pengadilan timpang. Sejak awal Desember, ketika Panitia Khusus DPR mulai pementasannya di teater terbuka Senayan, hingga hari-hari ini, penonton disuguhi adegan yang hanya mungkin terjadi di parlemen Indonesia. Mulai dari baku maki antaranggota dewan, sampai 'pembantaian' terhadap orang-orang yang mereka perlukan keterangannya. Sedangkan materi pembahasan terus berputar-putar di sekitar alasan subjektif kebijakan penyelamatan bank itu yang sesungguhnya masih bisa diperdebatkan. Dari dinamika yang dibangun, mereka tampak sekali bersemangat untuk membidik partai pemenang pemilu. Namun sepanjang sidang tak terlihat konsistensi penelusuran atas aliran dana itu ke arah yang semula mereka curigai masuk rekening dana kampanye sebuah partai. Apa yang mereka hasilkan dari sidang yang berlarut-larut itu, tampaknya belum cukup kuat untuk jadi dasar kesimpulan awal tentang apa yang sesungguhnya terjadi. Pansus DPR tentang Hak Angket Bank Century baru mengumpulkan 27 dari 97 dokumen yang dibutuhkan. Berbekal sejumput dokumen itu, dan rangkaian keterangan para saksi bisa saja DPR menyusun kesimpulan sementara, meski tentu belum bermakna apa-apa. Di sisi lain, ada juga yang selama ini luput dari perhatian publik, yakni bagaimana nasib nasabah. Dalam drama Century, para nasabah tampaknya hanya dijadikan figuran dalam pementasan yang melelahkan itu. Para wakil mereka lebih tertarik membongkar dan memburu target untuk menggusur pihak yang mereka anggap paling bertanggung jawab dalam pengaliran dana talangan terhadap Bank Century, daripada memperjuangkan rakyat yang jadi nasabah. Luapan emosi perwakilan nasabah bank Century yang ditumpahkan di hadapan anggota dewan dalam drama lanjutan Selasa lalu, menunjukkan bahwa rakyat tidak terlalu butuh aneka akrobat dan retorika politik, mereka hanya ingin agar dananya segera kembali. Rakyat berharap, wakil-wakil mereka memperjuangkan percepatan pengembalian dana nasabah yang sudah sekian lama terperangkap jaring-jaring masalah Bank Century. Sangat masuk akal jika kemudian muncul kecurigaan adanya motif menggunakan kasus Century sebagai amunisi politik untuk menaikkan posisi tawar mereka dalam pertarungan kepentingan yang jauh dari tujuan fungsi pengawasan atau kepentingan antikorupsi, termasuk membenahi pengelolaan Bank Indonesia (BI) dan sistem akuntabilitas penjaminan lembaga keuangan. Jika hal itu yang kini sedang berlangsung, tentu saja sangat menyakitkan, karena formula penyelesaian kasus Century di DPR ujung- ujungnya hanya akan memenuhi kepentingan elite guna memperluas kekuasaan politik dan ekonomi mereka, bukannya mencari akar persoalan sehingga pola penyelesaiannya betul-betul menunjukkan pembelaan terhadap kepentingan rakyat. Sesungguhnya banyak warga masyarakat masih percaya bahwa Presiden Yudhoyono tidak terlibat langsung dalam kasus Bank Century. Dengan keyakinan itu, masyarakat yakin pula bahwa penyelesaian kasus Bank Century sangat bergantung pada keputusan politik presiden, dan keputusan ini akan sangat berimplikasi pada kejujuran pemerintah. Rasanya tidak terlalu keliru jika ada harapan agar Yudhoyono yang meraih dukungan politik sangat besar dalam Pemilu 2009 menunjukkan kualitas kepemimpinannya untuk mencari solusi jitu guna mengakhiri kasus Century tanpa mengabaikan kepentingan perekonomian nasional. Dengan demikian, masyarakat segera mendapat kepastian, dan wakil mereka konsentrasi lagi pada tugas utamanya, bukan semata mempertontonkan drama politik di pentas parlemen. (*) [Non-text portions of this message have been removed]