Refleksi : Beberapa waktu silam dikatakan oleh Boediono bahwa lebih enak 
menjadi pengusaha dari pada wakil presiden, sekarang sobatnya Mulyani katakan : 
"Jadi menteri tidak enak". Kita tunggu mungkin SBY akan mengatakan "tidak enak 
jadi presiden".hehehe  

Kalau makanan dibilang tidak enak, mungkin benar tidak enak dan maksudnya 
supaya orang lain tidak makan makanan tsb., tetapi dalam jabatan  kekuasaan 
negara berkursi empuk, anehnya mereka masih terus saja pada jabatan yang 
dianugerahkan. Apakah ucapan demikian dimaksudkan agar supaya tidak ada  yang 
ingin kursi jabatan mereka? Atau juga apakah yang tidak enak itu memang 
benar-benar bukan main lezat kenikmatannya?.

Sebagai catatan,  kalau dilihat pada pesta demokrasi banyak orang pada gadai 
harta benda  berlomba-lomba untuk ikut kampanye pemilu guna menduduki kursi 
empuk badan legislatif dan eksekutif negara, jadi pasti ada sesuatu rahasia 
yang  mungkin rakyat jelata tidak memahami keempukan dan kelezatan nikmatnya 
jabatan  kekuasaan negara kleptokratik RI? 

 .

http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2010/02/06/brk,20100206-223951,id.html


Mulyani: Jadi Menteri Tidak Enak 
Sabtu, 06 Februari 2010 | 14:57 WIB


TEMPO Interaktif, Semarang - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan menjabat 
menteri di sebuah pemerintahan menjadikan hidupnya tidak enak. "Jadi menteri 
itu tidak enak, apalagi selalu ada demo-demo terus," ujarnya saat berdialog 
dengan para siswa SMA di Semarang, Sabtu (6/2). 

Namun, Sri Mulyani tidak menjelaskan lebih detail bagaimana tidak enaknya 
menjadi seorang menteri dan aksi-aksi demo. Ia hanya menyebut, menjadi seorang 
menteri membuat dirinya sudah tidak lagi bisa menjalani suasana atau masa-masa 
terindah seperti yang dinikmati pada saat masih menuntut ilmu di bangku sekolah 
di SMA 3 Semarang. 

"Karena orang bilang masa-masa indah ya di sekolahan," kata Sri yang juga 
alumnus SMA 3 Semarang itu. 

Dalam acara itu, Sri Mulyani sebenarnya hanya mendampingi Wakil Presiden 
Boediono dalam acara dialog bersama para siswa dari beberapa sekolah tingkat 
SMA di Semarang. Namun, karena Sri Mulyani merupakan salah satu alumnus SMA 3 
maka diberi kesempatan untuk menyampaikan sambutan. 

Sri Mulyani menegaskan dirinya tidak akan menilai bagaimana kenerjanya selama 
menjabat sebagai menteri. "Saya gak tahu apakah sudah baik atau tidak. Yang 
bisa menilai adalah bos saya, Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono," kata 
Sri Mulyani. Selain Presiden, pihak lain yang bisa menilai adalah ekonomi dunia 
internasional beserta seluruh masyarakat Indonesia. 

Dalam acara dialog itu, seorang siswa SMA Kota Semarang, Niken Wahyu, juga 
bertanya kepada Sri Mulyani apa saja kiat-kiatnya bisa menjadi seorang menteri. 

Sri Mulyani merasa tidak tahu apa saja kiat itu. Namun, kata Sri, tiap tahap 
dalam perjalanan hidup harus selalu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Ia 
bercerita, pada saat masih duduk di bangku SMA ia selalu berusaha mencapai 
prestasi dengan tanpa beban.

"Setiap ada masalah dinikmati saja," kata dia. Sri Mulyani mencontohkan, 
dirinya harus berlari dari Semarang ke Ungaran tanpa alas kaki, setiap pagi 
harus berangkat ke sekolah dengan naik sepeda, tiap hari latihan tari, basket 
dan voli. "Meski semua harus deg-degan tapi juga harus dinikmati." 

Begitu juga pada saat menjadi menteri, Sri menyatakan akan berusaha menikmati 
amanat tersebut. Kebijakan yang akan diambil, kata dia, yang penting apa yang 
dibutuhkan negara, aturannya ada dan sesuai dengan kewenangan yang telah 
diberikan. 

Pada saat usai acara dialog bersama dengan para bupati/wali kota, Sri Mulyani 
enggan berkomentar soal isu perombakan kabinet yang diwacanakan sejumlah pihak. 
"Soal itu saya no comment," kata Sri Mulyani sambil berjalan di lobi Hotel 
Patra Jasa Semarang, Sabtu (6/2) siang. 

Terkait perkiraan hasil Pansus Century DPR, Sri Mulyani juga enggan memberikan 
komentar banyak. "Kita lihat saja nanti," kita dia.








[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke