http://www.equator-news.com/index.php?mib=berita.detail&id=14377
Senin, 22 Februari 2010 , 15:37:00 Potensi Bencana Utama di Kalbar Tinggi Kabupaten/Kota Minim Personel BPBD PONTIANAK. Kalbar memiliki dua kelompok potensi bencana, yakni bahaya utama (main hazard) dan bahaya ikutan (collateral hazard). Tetapi potensi bahaya utama lebih tinggi. "Bahaya utama menunjukkan bahwa Kalbar merupakan wilayah dengan zona-zona bencana yang rawan," kata Drs Maryadi MSi, Asisten II Sekda Kalbar kepada Equator, kemarin (21/2). Bahaya utama dari potensi bencana itu tidak hanya pada musim kemarau yakni bencana kabut asap, tetapi juga pada musim penghujan berupa bencana banjir. "Hal ini tentu sangat tidak menguntungkan," kata Maryadi. Dia menerangkan, bencana merupakan suatu gangguan serius masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia, dari segi ekonomi, ekologi dan sosial. Dengan luas Kalbar sekitar 1,13 kali luas Jawa, terletak di garis Khatulistiwa (garis lintang 0 derajat) atau daerah tropis dengan suhu udara serta kelembaban yang cukup tinggi. Maryadi mengungkapkan, pada musim kemarau, terjadi bencana asap yang menyebabkan terganggunya aktivitas masyarakat. Negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura juga terkena dampaknya. Akibat bencana asap tersebut, terpaksa dilakukan penutupan Bandara Supadio Pontianak yang merupakan satu-satunya akses pintu masuk jalur udara di Kalbar. Di musim kemarau ini, angka penyakit daerah tropik juga terus meningkat seperti ISPA. Angka penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) juga terus meningkat, seperti pada tahun lalau di mana beberapa kabupaten/kota ditetapkan sebagai daerah Kejadian Luas Biasa (KLB). Sementara pada musim hujan, di Kalbar sering terjadi bencana banjir diikuti angin puting beliung. Bencana banjir terutama sering terjadi di daerah perhuluan Kalbar. Sementara puting beliung sering melanda Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. Maryadi mengatakan, melihat kondisi Kalbar yang sering terjadi bencana di setiap tahun pada musim kemarau dan hujan tersebut, dibutuhkan upaya-upaya untuk penanggulangan bencana tersebut dan faktor risiko bencana tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalbar, kata Maryadi, telah membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalbar pada 14 Agustus 2009 yang dipimpin secara ex-officio oleh Sekda Kalbar berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 76 Tahun 2009 tentang Organisasi, Tata Kerja BPBD Kalbar. "BPBD Kalbar memiliki tugas dan fungsi merumuskan dan menetapkan kebijakan penanggulangan bencana dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien serta mengkoordinasi pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan terkoordinasi," papar Maryadi. Minim personel Kabupaten/kota di Kalbar yang secara formal memiliki Badan Penanggulangan Bencana hanya Kota Pontianak, Singkawang, Kabupaten Kayong Utara, Ketapang dan Sambas. "Karyawannya baru satu atau dua orang, tetapi kelembagaannya ada," kata Ir H Tri Budiarto, Kepala BPBD Kalbar kepada wartawan, kemarin (21/2). Tri mengharapkan kabupaten/kota yang telah memiliki kelembagaan penanggulangan bencana tersebut mengisinya dengan personel yang profesional, dilakukan secara tepat dan didukung dengan peralatan kerja serta penganggaran yang memadai. Kendati demikian, Tri memberikan apresiasi terhadap kabupaten/kota yang merasa penting untuk membentuk badan penanggulangan bencana. Kabupaten lainnya yang belum membentuk badan penanggulangan bencana tersebut memiliki alasan-alasan masing-masing di antaranya, karena minimnya anggaran dan lainnya. (dik) [Non-text portions of this message have been removed]